[Aku rasa, sosok pangeran tidak hanya ada di Arab atau di Dubai saja]
[Sadar Lev, astaga ... apa kepalamu terbentur sesuatu?]
[Dia tampan!]
[Sangat tampan, tapi wajahnya menggandung banyak kesedihan]
[Sok tahu!]
Levia menggeleng keras kepalanya. Dia seolah mendengar banyak bisikin di sebelah kanan dan kiri telinganya.
"Tunggu!" pekik Levia dengan mulut tertutup rapat, suaranya seakan tertahan di dalam kerongkongan. Ia spontan mengulurkan tangan, menghalangi pintu lift tertutup kembali saat tangan pria berkacamata itu memencet tombol lift. Sepertinya pria tersebut ingin menutup pintu lagi karena Levia enggan masuk.
Di balik kacamata hitam yang membuatnya terlihat keren, Dirga hanya melirik dengan dingin lewat ekor matanya. Pria itu kemudian mundur, memilih menjaga jarak dari sosok wanita aneh yang tiba-tiba masuk lift bersamanya. Tampilannya lusuh, sepertinya hanya seorang asisten atau petugas kebersihan di apartment mewah tersebut.
"Maaf!" ucap Levia sambil sedikit membungkuk. Ia menoleh untuk melihat pria tersebut. Namun, Dirga sama sekali bergeming. Pria itu malah seolah tidak menganggap keberadaan dirinya. Levia juga dapat merasakan aura keacuhan laki-laki satu lift dengannya itu.
Sadar kalau diacuhkan, Levia kembali berdiri tegap menghadap ke depan. Beberapa detik rasanya cukup lama, menit seolah berasa menjadi jam.
TIT ...
Pintu lift terbuka, mereka ternyata turun di lantai yang sama. Levia keluar duluan, ia langsung berlari kecil mencari petugas apartment yang semula ia berikan access card.
Tap tap tap
Levia berjalan cukup cepat, hingga derap langkah gadis tersebut mengusik perhatian Dirga. Pria itu sempat melirik sekilas. Namun, kembali melanjutkan langkah kakinya. Dirga berjalan dengan tatapan kosong menuju apartment miliknya.
KLIK ...
Dilihatnya ruangan sudah rapi, sama seperti saat ia tinggalkan beberapa jam yang lalu. Hanya saja, wangi lantai aroma cemara masih menguar keharuman yang menyejukkan.
Mata Dirga kemudian tanpa sengaja melihat vas, ada sesuatu yang mengusik pandangan mata Dirga. Ada sesuatu yang tidak semestinya ada di situ.
"Ponsel siapa ini?"
Dirga lalu meraih benda pipih yang terlihat jadul tersebut. Mungkin lebih mahal harga remote TV di apartment miliknya dari pada ponsel yang kini ia amati dengan saksama.
Entah mengapa, ia merasa terganggu dengan itu. Tiba-tiba saja ia raih ponsel yang menurutnya buluk tersebut. Ia bawa benda itu dan memasukkan ke dalam laci dengan kasar. Hingga menimbulkan sebuah bunyi.
Dirga seolah tidak peduli dengan handphone itu. Ia hanya tidak suka benda itu merusak pemandangan mejanya saja.
Sembari melepaskan jas, ia matikan semua lampu di ruangan itu. Dirga dengan malas berjalan menuju kamar mandi, ia mau membersihkan diri karena kepalanya terasa berat.
Mungkin karena belum makan dari kemarin, tubuhnya merasa sedikit melemah. Ditambah selesai dari makam. Dirga paling tidak bisa berpikir terlalu berat. Kecelakaan bersama Arunika beberapa tahun silam. Meninggalkan bekas cidera di kepala pria tersebut.
Sempat gegar otak, membuat Dirga tidak bisa tertekan. Dan saat kembali dari makam, tanpa sadar, pikirannya kembali ke masa-masa kelam tersebut. Bagaimana ia berjuang mati-matian keluar dari himpitan kursi mobil. Dan bagaimana ia mencoba mengeluarkan Arunika yang saat itu tubuhnya juga terhimpit dan bersimbah darah. Sebuah kenangan yang mengerikan, bahkan ia harus mengalami ribuan mimpi buruk pasca kecelakaan maut tersebut.
Lama-lama semua pikiran tentang kenangan buruk memenuhi kepalanya. Semakin deras air dari shower menguyur tubuh Dirga. Semakin cepat pula kejadian itu muncul, berputar dan berulang di pelupuk mata. Sampai Dirga merasakan sakit di kepalanya dan pria itu tiba-tiba jatuh pingsan. Dirga tumbang di kamar mandi, saat air terus menguyur deras tubuhya.
***
"Maaf, Pak. Saya jadi merepotkan Bapak."
Levia merasa canggung karena meminta bantuan petugas untuk meminjam access card lagi.
"Tidak apa-apa. Santai saja sama Bapak!" ucap petugas yang ramah tersebut sambil mengeluarkan access card.
Begitu mendapat kartu untuk membuka kunci kamar apartment Dirga. Levia bergegas menuju ke sana. Ia langsung membuka pintu tersebut dengan kartu access yang ia miliki sekarang. Buru-buru ia berlari ke meja.
"Aku tadi letakkan di sini, kan? Lalu ke mana benda itu?"
Levia melihat jam yang menempel di tembok. Ibu tirinya pasti sudah kesal menunggu. Tapi, dia tetap harus mencari ponselnya itu. Di sana banyak nomor penting. Nomor-nomor bosnya selama ini. Kerja part time di banyak tempat, membuat ia memiliki banyak atasan.
"Ish ... aku taruh si sini kok!"
Levia menatap sekeliling, matanya kemudian tertuju pada bawah meja.
"Apa jatuh?" gumamnya.
Dengan cepat ia berjongkok, mencari ponsel di kolong meja.
"Ya ... di mana dong?"
Levia sampai mengeser meja dan meraba-raba di bawah sofa. Mungkin jatuh dan terpental di bawah kolong sofa. Bukan handphone yang ia dapat, melainkan selembar foto. Foto gadis cantik yang dirangkul oleh seorang pria tampan.
Mendadak alis Levia terangkat sambil berguman. "Ini pria yang tadi, kan?"
Bibirnya menggembang, Levia tersenyum getir.
"Oh ... sudah punya kekasih. Apa jangan-jangan istrinya? ASTAGA ... sadar Levi. Itu suami orang!"
Levia menggeleng keras, kemudian menaruh foto itu di atas meja. Levi pun pergi ke dapur, mungkin ponselnya tertinggal di dapur saat ia cuci piring tadi. Atau mungkin tertinggal karena ia lupa.
"Di sini nggak, ya?" Ia menggambil tempat sampah yang kosong, mencari-cari ponselnya yang hilang.
"Keburu mama marah. Ya Allah ... ke mana ini ponselku?"
Sepuluh menit ia mencari, tapi tidak ada hasil, akhirnya Levi pun putus asa. Tapi, tiba-tiba ia jadi teringat sesuatu. Levia tadi sempat mengganti seprai kamar utama. Levi pun bergegas, ia langsung menuju kamar utama.
KLEK
"Di mana ya, duh?"
Ia mengangkat bantal dan guling, tapi tetap nihih. Benda pipih itu tidak ada di mana-mana.
"Mikir Lev .... mikir! Tadi kamu bersihin apa aja?" Levia memegangi kepalanya. Lama-lama pusing mencari ponsel yang tidak ketemu juga.
"Kamar mandi! Mungkin terjatuh di dalam sana," gumam Levia sambil bergegas melangkah ke kamar mandi.
Gadis itu tanpa pikir panjang langsung masuk begitu saja.
KLEK
Sempat terpaku sesaat, Levia langsung menarik handuk yang ada didekatnya. Ia balutkan kain handuk tersebut untuk menutupi tubuh pria yang terkapar di dalam kamar mandi itu.
Dengan tangan masih gemetar, ia seret tubuh pria yang belum ia ketahui namanya tersebut keluar dari kamar mandi. Levi yakin, pasti itu si pemilik apartment. Pria yang sempat satu lift dengan dirinya tadi.
Susah payah gadis itu menyeret tubuh sang pria hingga naik ke atas sofa yang paling dekat dengan pintu. Sebab, ranjang dirasa masih jauh. Levia saja kini sudah ngos-ngosan. Napasnya nyaris putus-putus. Ternyata berat juga memindahkan pria yang ia taksir memiliki tinggi 185 cm lebih tersebut.
"Ambulan ... almbulan ... aku harus panggil ambulan!" ucap Levia dengan jantung yang masih berdegup kencang. Namun, saat ia akan berbalik untuk mencari telpon. Tiba-tiba Dirga menarik ujung pakaian Levia. Bersambung
Halo mak-mak kesayangan, adek ..
kakak Sept terlopeeee ... habis baca jangan lupa jempolnya digoyang. Heheheh ... Makasih ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Deliza Yuseva
masih awang 2 thor
2024-05-27
0
Lilisdayanti
nyimak dulu Mak 🤭
2023-12-11
2
Hadriyani Dindaaa
kereeen
2023-07-09
0