Dinikahi Milyader Bagian 4
Oleh Sept
Rate 18 +
[Aku bukan pengemis. Apa maksud pria ini? Melempar uang kepalaku? Aku bahkan tidak berharap terima kasih darinya. Oh ... apa orang kaya memang selalu begitu? Memandang rendah pada manusia lain yang dianggap tidak selevel dengannya?]
Tiba-tiba Levia merasakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Ia merutuk di dalam hati. Karena lidahnya keluh tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun.
"Ambil!" titah Dirga dengan dingin.
Jelas saja Levia tidak mau, untuk apa ia menerima uang itu. Dan lagi pesan yang menyertai uang tersebut cukup membuat kupingnya panas. Bahwa dia tidak boleh muncul di depan pria itu. Hello ... pria tersebut mungkin terlihat kaya raya. Tapi, di atas langit masih ada Hitman Paris. Entah mengapa, Levi jadi gedek sendiri. Dengan mengangkat dagu tinggi-tinggi, Levia langsung berbalik dan pergi.
"Heiiii! ... hey kau!" panggil Dirga yang tidak tahu nama gadis bau karbol tersebut.
"Cih ... sombong sekali! Bukannya kau kerja seperti ini karena butuh uang?" cibir Dirga yang mendengar derap langkah Levia yang semakin memudar.
***
Masih dengan perasaan sebal, Levia menyusuri trotoar yang sepi. Dilihatnya jalanan nampak lengang, tidak ada kendaraan umum sama sekali. Sambil ngedumel, dan sesekali menendang apapun yang menghalangi langkah kakinya, Levia memperhatikan ujung jalan. Ia menunggu angkot lewat.
"Ke mana angkot ini? Apa lagi demo?" gumam Levia sambil memainkan tali tas. Dilihatnya di dekat sana ada pangkalan ojek. Alhasil, ia langsung menghampiri tukang ojek berjaket ijo-ijo tersebut.
"Permisi, Bang. Lebak bulus ya?"
Tukang ojek yang asik main kartu, mendongak sekilas. Kemudian melanjutkan main kartunya.
Plakkkk
Levia menepuk pundak Kang ojek, karena malah mengacuhkan dirinya.
"Lagi istirahat, Neng! Ke bapak itu aja!"
Levia melirik tajam sambil mengumpat dalam hati. "Ish ... siallll!"
"Ojek, Pak!" seru Levia pada tukang ojek yang lebih tua.
Pria itu langsung memberikan helm pada sang pelangan. Berbeda dengan Kang ojek yang lebih muda usianya. Ia lebih pilih-pilih pelangan. Entah mau pelangan apa cari pacar.
Mbrem ...
NGeng ....
Sepeda motor matic warna orange itu pun melaju pelan, sepertinya mesinnya sudah tua. Tidak bisa lagi meluncur dengan cepat.
"Tambahin dong, Pak!" seru Levia yang merasa mereka melaju cukup pelan karena hampir dibalap oleh pesepeda di trotoar.
"Maaf, Neng. Bapak gak bisa cepet-cepet. Sudah janji sama istri Bapak. Gak mau ngebut lagi. Karena bulan kemarin habis nabrak gerobak satur."
"Stop ... stop ... berhenti di bawah rambu stop itu, Pak."
"Maksudnya, Neng?"
Beberapa saat kemudian.
Mbremm ....
"Pegangan, Pak!"
WERRRR ....
Motor orange itu melaju dengan kecepatan penuh, membalap semua kendaraan yang menghalangi jalannya.
TIN ... TIN ...
Suara klakson bersahutan ketika Levia membelah jalanan. Seolah jalan itu yang membangun adalah kakeknya.
"Astaghfirullahaladzim ... Neng, jangan kenceng-kenceng." Si bapak jadi panik.
Sedangkan Levia, ia menekan rem mendadak ketika di depannya ada lampu merah.
"Hampir saja!" batin Levia.
BRUAKKK ....
"Ishhh!" Levia mendesis ketika mobil di belakangnya menciumm ekor motor matic yang ia kendarai.
Seketika si bapak panik sambil memegang pinggangnya yang sakit.
"Aduhhh motorku!" Si bapak langsung turun dan berjongkok memeriksa motornya.
Hufff ....
"Apes banget aku hari ini, ya Tuhan!" Levia menghela napas panjang.
Gadis itu lalu turun.
"Neng, mau ke mana? Tanggung jawab. Motor bapak desok!" si bapak memegangi tangan Levia. Takut gadis itu kabur dan tidak tanggung jawab.
"Tenang, Pak! Lepasin dulu. Saya mau datengin tuh sopir!" Levia berusaha melepaskan tangannya.
Setelah lepas, Levi langsung mengetuk pintu kaca mobil FArrari merah yang sepertinya masih gress tersebut. Platnya masih putih, sepertinya baru beli.
Tok tok tok
"Keluar!"
Di dalam mobil.
"Gimana nih, Mas. Mas sih ... Kan Ve bilang belum siap mengemudi di jalan umum!" Velia merasa panik saat mobil hadiah ultah dari abangnya ia pakai uji coba. Velia memang kurang jago mengemudi. Gara-gara pernah kecelakaan waktu SMA. Ia trauma dan grogi saat menyetir sendiri.
"Udah, tenang. Tidak apa-apa ... mungkin gores dikit. Biar Mas bereskan!"
KLEK
Anak pertama Radika tersebut keluar sembari melepaskan kacamata hitamnya.
Lagi-lagi Levia dibikin tepana. Kenapa hari ini dia melihat cowok-cowok keren berterbangan dengan bebas. Sedangkan Zio, pria tersebut langsung memeriksa motor tersebut.
"Tidak parah, tapi saya akan ganti rugi."
Zio berbalik, ia membuka pintu mobil. Kemudian balik lagi dengan selembar cek.
Ia berikan cek itu pada si bapak, karena melihat motor itu sepertinya motor ojek. Terlihat dari pakaian bapak yang melegenda tersebut.
"Jangan diperpanjang ya, Pak." Zio menepuk punggung sang bapak. Dan mengacuhkan Levia yang sejak tadi terkesima menatap dirinya.
Tanpa bicara pada Levia, Zio masuk lagi ke dalam mobil. Kemudian meminta Ve pindah. Biar ia saja yang menyetir.
WUSHHHH ....
Tin tin tin
Bunyi klakson kembali bersahutan, Levia langsung menepi bersama si bapak.
"Bagaimana, Pak. Kita bawa ke bengkel?"
"Nggak ... nggak usah, Neng."
Levia jadi kepo dengan nominal cek yang diberikan pria kaya tersebut. Karena wajah si bapak terlihat berseri-seri. Ia pun mengintip.
"Astaga! Ini mah dapat motor M-Max!" batin Levia menjerit.
"Makasi ya, Neng. Rejeki nomplok."
Tukang ojek itu tersenyum girang, sedangkan Levia tersenyum kecut.
***
Setelah tragedy tabrak kecil-kecilan di lampu merah, kini Levia sudah sampai di depan rumahnya. Mau masuk, tapi ia menghela napas dalam-dalam terlebih dahulu.
KLEK
"Tuh ... anak Mama baru pulang!" celetuk adik tiri Levia.
"Ngelayap saja kerjaan kamu!" cerocos mama Dona sambil berkacak pinggang.
"Levi kan kerja, Ma."
"Alasan! Kerja yang lain! Gajimu tidak seberapa. Contoh adikmu. Dia bisa kasih Mama uang banyak. Dia lebih muda dari pada kamu. Tapi lebih productive!" cibir mama Dona.
Levia langsung menundukkan wajahnya, yaiyalah adiknya bisa kasih uang banyak. Kan kerjanya model. Lah dia? Mana laku? Mana ada majalah yang mau modelnya seperti Levia? Majalah trubusss spesialis tanaman mungkin masih mikir-mikir.
"Sana! Cari kerja yang bener. Cari duit buat Mama. Tuh .. kamu gak lihat? Uang Mama habis buat berobat papamu. Tolong ya, jangan nambah beban mama!"
Lagi-lagi Levia hanya bisa diam.
"Dan lagi. Cepat bereskan rumah ini. Percuma kamu jadi cleaning service, tapi rumah berantakan seperti kapal pecah!"
Jari-jari Levia perlahan menyatu, ingin rasanya ia menjambak adik tirinya yang cantik itu. Diliriknya sang adik yang makan kuaci dengan membuang sampah sembarangan. Belom lagi di atas wastafel. Banyak cucian piring kotor. Padahal tadi, sebelum ia pergi ia merasa semua rumah sudah bersih. Pasti adik kunyuknya itu membawa teman ke rumah.
"Permisi, Ma. Iya ... Levi akan bereskan."
"Cepet! Dan tebus resep ini nanti kalau semua sudah beres. Obat papamu habis!"
"Baik, Ma." Levia hanya menurut tanpa mau membantah. Meski jahat, ini tetap lebih baik. Dari pada tidak memiliki ibu. Jahat pun tidak masalah, setidaknya ia merasa memilikinya. Meski mama Dona tidak pernah bersikap adil pada anak-anaknya.
Begitulah hidup Levia selama ini, bagai upik abu di sarang penyamun.
Beberapa hari kemudian.
Levi sudah berada di kantor jasa cleaning service on-line. Ia sedang duduk bercanda dengan temannya.
"Lev! Di panggil bu Dewi!" seru karyawan yang lain.
"Kamu bikin masalah?" teman Levia jadi kasak-kusuk.
Levia menggeleng. Perasaan ia sama sekali tidak buat masalah. Lalu kenapa dirinya dipanggil?
"Ya udah, aku ke ruang bu Dewi dulu."
"Bismillah, Lev. Berdoa aja kamu gak dipecat tanpa bonus?"
Levi seketika langsung lemas.
Tap tap tap
KLEK
"Selamat siang, Bu!"
"Duduk!"
Levi merasakan firasat tidak enak. Gadis itu kemudian duduk dengan perasaan yang sudah ketar-ketir.
"Ada penawaran buat kamu, gajinya lumayan. Kamu bisa periksa dan baca dulu perjanjian kerjanya."
Bu Dewi mengulurkan berkas pada Levia.
"Perjanjian? Apa ini, Bu?" alis gadis tersebut mengerut.
"Baca dulu!" ujar bu Dewi datar.
Mata Levia langsung terbelalak.
***
Apartment Dirga, pria itu sedang memutar-mutar ponsel Levia di atas meja dengan tatapan aneh.
Sejak gadis itu menolak uang darinya. Dirga pun mencari ponsel yang ia yakini pasti milik cleaning service tersebut. Begitu dia lihat isi di dalam ponsel, Dirga tiba-tiba saja menghubungi pihak layanan jasa cleaning service on-line yang selama ini ia percaya membersihkan apartment miliknya.
Sesaat kemudian, pintu apartment terdengar diketuk. Bersama dengan suara bell yang nyaring menyeruak hingga ke ruang tengah.
KLEK ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lilisdayanti
di atas langit masih ada, Hitman Paris,,tuh datang orangnya 🤭
2023-12-11
3
Rara
hitman paris gk tuh 😂
2023-09-19
0
Yuliasyaripah
Astaghfirullah ngakak Thor
2023-08-10
0