Kota Meksiko,
Eryn akhirnya bersedia ikut pindah bersama Eric ke kota asalnya. Ia berharap ia bisa menemukan ketenangan di kota yang baru. Tak lupa ia juga mengajak Matilda untuk ikut bersamanya.
Eric meyakinkan Eryn jika dirinya akan bertanggung jawab dengan kehidupan Eryn dan juga bayi yang ada dalam kandungannya. Eric bersedia menikahi Eryn meski ia tahu jika gadis itu tidak mencintainya. Cinta bisa saja datang seiring berjalannya waktu, begitulah pikir Eric.
Eric membawa Eryn ke rumah keluarga besarnya. Sebelumnya Eric sudah bercerita pada Chris jika dirinya akan kembali ke Meksiko bersama dengan seorang gadis yang dicintainya. Tentu saja pria paruh baya itu sangat senang karena putra sulungnya akhirnya menemukan pujaan hatinya.
Eryn menapakkan kakinya di halaman sebuah rumah mewah kediaman Evans. Ternyata Eric memang bukan pria biasa. Keluarganya memiliki kerajaan bisnis di kota ini.
Eryn nampak ragu untuk masuk ke dalam rumah besar itu. Namun lagi-lagi Eric meyakinkannya. Sama seperti malam itu, dimana Eric berhasil membuat Eryn percaya jika semua akan baik-baik saja.
..."Aku akan menikahimu dan menjadi ayah dari bayimu. Bayimu akan menjadi anakku juga. Aku berjanji, Eryn. Tolong percayalah!"...
Kalimat Eric selalu terngiang di telinga Eryn. Bagaimanapun juga ia tak mungkin membesarkan bayinya sendirian. Meski banyak juga ibu yang membesarkan anak tanpa adanya seorang ayah. Tapi Eryn twk bisa setega itu mengatakan pada anaknya nanti jika ayahnya telah meninggal dunia.
"Ayo masuk!" ucap Eric hingga membuyarkan lamunan Eryn.
Eryn hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Kakinya melangkah masuk ke dalam istana keluarga Evans.
Terlihat beberapa orang menyambut kedatangan Eric dan Eryn. Chris lah yang menyambut mereka dengan hangat.
"Anakku, kau sudah datang!" Chris memberikan sebuah pelukan hangat pada Eric.
"Iya, Ayah. Kenalkan, ini Eryn," ucap Eric.
"Halo, Paman." Eryn mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Chris.
"Halo, Nak. Eric sering bercerita tentangmu."
Eryn membulatkan mata. "Benarkah Eric sering menceritakan tentangku pada ayahnya?" batin Eryn bertanya.
Lalu Eric beralih pada wanita cantik yang memandangi Eryn dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dialah Eleanor, ibu kandung Eric.
"Ibu, kenalkan ini Eryn," ucap Eric setelah memeluk dan mencium pipi ibunya.
"Iya, Ibu sudah mendengarnya tadi," sahut Eleanor sinis.
Eryn langsung menyimpulkan jika ibu kandung Eric tidak menyukai dirinya. Namun sebisa mungkin ia tersenyum dengan ramah dan manis pada Eleanor.
Tak kalah sinis dengan Eleanor, wanita cantik disampingnya juga terus memandangi Eryn.
"Eryn, ini adalah Bibi Erica. Dia adalah adik ayahku," terang Eric.
Eryn kembali mengembangkan senyumnya untuk wanita yang berwajah tak bersahabat itu.
"Lumayan! Seleramu bagus juga, Eric," ucap Erica.
"Tentu saja, Bibi. Aku tidak akan sembarangan membawa seorang gadis, bukan?"
"Tapi, sepertinya kau bukan asli orang Amerika," celetuk Eleanor.
"Bukan, Bu. Eryn memiliki darah Korea," jawab Eric.
"Nak, Ibu bertanya padanya bukan padamu."
"Bu, sama saja kan entah aku atau Eryn yang menjawab."
"Kenapa kalian lama sekali mengenalkan aku? Halo, Kakak! Aku Elza. Aku adiknya Kak Eric." Seorang gadis remaja menghampiri Eryn dan memeluknya.
"Kau tahu, dari dulu aku sangat penasaran seperti apa kekasih Kak Eric nantinya. Ternyata selera Kak Eric memang bagus."
"Hei, kau! Tidak sopan bicara begitu!" Eric memukul kepala Elza pelan.
"Aw! Jadi ini alasan Kakak tidak pernah pulang kemari, hmm?" goda Elza.
"Sudahlah! Biarkan Eric dan Eryn istirahat. Mereka pasti lelah. Eric, bawa Eryn ke kamarnya," lerai Chris.
"Iya, Ayah. Ayo!" Eric mengajak Eryn dan Matilda menuju kamar mereka.
......***......
Eryn meminta agar dirinya tinggal di kamar yang sama dengan Matilda. Bayangan mimpi buruknya membuatnya takut untuk tidur sendiri. Eric menyetujuinya. Lagi pula pasti terasa aneh jika Eryn menjadi seperti putri raja juga di rumah keluarga Evans.
Eryn menatap sekeliling kamarnya. Luas kamarnya tidak jauh berbeda dengan kamarnya yang dulu. Ada sebuah meja kerja, sofa dan tempat tidur ukuran king size.
"Nona, istirahatlah dulu. Bibi akan bereskan barang-barang Nona," ucap Matilda.
Eryn hanya mengangguk lalu duduk di tepi ranjang.
"Bibi, apakah ini adalah keputusan yang tepat?" tanya Eryn.
"Tentu saja, Nona. Tuan Eric adalah orang yang baik. Nona beruntung jika menikah dengannya."
Eryn hanya tersenyum tipis mendengar kalimat Matilda.
.
.
.
Sementara di kamar berbeda, Eleanor nampak menggerutu di depan Eric. Wanita yang melahirkan Eric itu rasanya tidak rela jika harus melepas putranya untuk menikah muda.
"Sejak kapan kau bersama dengan gadis itu? Ibu tidak pernah mendengar tentangnya darimu? Dan dimana orang tuanya?" Eleanor mencecar Eric.
"Ibu, Eryn tinggal di panti asuhan, jadi tidak ada yang tahu dimana keluarganya."
"Bukankah dia diadopsi oleh keluarga kaya? Kudengar anggota keluarga itu meninggal dengan waktu yang berdekatan. Apa kau tidak aneh dengan hal itu?"
"Apa yang aneh, Bu?" Sepertinya Eric harus membujuk ibunya secara perlahan. Pastinya sulit menerima seorang menantu dengan mendadak.
"Bukankah itu artinya dia adalah pembawa sial? Jangan sampai keluarga kita juga ikut sial karena dia!"
"Ibu! Jangan berpikir terlalu jauh. Eryn adalah gadis yang baik. Percayalah!"
"Kau yakin akan menikah dengannya?"
"Tentu saja!" tegas Eric.
......***......
Di rumah besar itu, Eryn tak bisa bersantai ria layaknya seorang nona. Eryn terbiasa melakukan pekerjaan rumah, jadi ia juga ikut membantu di dapur untuk menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga.
Pagi itu, usai memasak Eryn pergi ke taman belakang untuk menyiram kebun bunga disana. Bunga-bunganya sangat cantik dan membuat Eryn betah berlama-lama disana.
"Eryn!" Suara berat Eric membuat gadis itu menoleh.
"Apa yang kau lakukan disini? Kau jangan terlalu lelah. Itu bisa berpengaruh pada janinmu."
Eryn tersenyum. "Tidak apa. Bukankah aku tidak bisa menumpang gratis disini?"
"Hei, Nona. Kau akan menjadi nyonya Evans. Kita akan menikah secepatnya."
"Eh? Secepat ini?" Eryn terkejut.
"Iya. Kau tenang saja! Aku tidak akan pernah menyentuhmu tanpa seizin darimu."
"Eric..."
"Ini untuk bayimu. Aku juga sudah bicara dengan keluargaku. Kita adakan pesta sederhana saja. Bagaimana?"
Eryn mengangguk. "Terima kasih, Eric. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana jika aku tidak bersama denganmu..."
Air mata Eryn menetes di pipi mulusnya. Eric menghampiri Eryn dan menghapus buliran bening itu.
"Mulai sekarang jangan menangis lagi. Kau akan bahagia, Eryn. Aku janji akan membahagiakanmu dan juga anakmu."
Tanpa aba-aba Eryn memeluk tubuh Eric. Gadis itu kembali menangis dalam dekapan Eric. Eric mengusap punggung Eryn.
"Andai saja kau tahu bagaimana isi hatiku, Eryn. Meski aku hanya pengganti posisi Eldric dihatimu, tapi aku akan berusaha agar kau juga bisa mencintaiku." batin Eric.
Mereka berdua tak sadar jika sepasang mata tengah memperhatikan mereka dengan senyum mengembang.
"Semoga kau bahagia, Nak. Ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu..." gumam Chris dalam hati.
...B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
yaampun mak Eleanor kenapa begono sih😏belum apa-apa udsh sinis bae
2022-02-18
2
DEBU KAKI
lanjut
2022-02-16
2
👑Meylani Putri Putti
erick aku pada mu
2022-02-06
2