Hari telah kembali pagi, Eryn kembali membuka matanya. Ia ingat semalam Eric datang dan menghiburnya. Eric memintanya untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana.
Eryn keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Ia bertemu dengan Matilda, pengasuh Eryn saat kecil sekaligus asisten rumah tangga keluarga Albana.
"Bibi Matilda," panggil Eryn.
"Eh? Nona sudah bangun? Mari sarapan dulu, Nona. Bibi sudah memasak untuk Nona."
"Dimana ayahku?" tanya Eryn yang tidak melihat keberadaan ayahnya.
Matilda bingung harus menjawab apa.
"Bibi, dimana ayahku?" Eryn mendesak Matilda.
"Tuan Edward semalam tidak pulang ke rumah, Nona."
Eryn terbelalak. "Jadi, ayah masih di kantor?"
Eryn merasa bersalah pada Edward. Ia masuk ke dalam dapur dan memasak makanan kesukaan Edward.
Setelah selesai memasak, Eryn kembali ke kamar dan membersihkan diri. Kemudian ia keluar kamar dan kembali bertemu dengan Matilda.
"Nona mau pergi kemana?" tanya Matilda.
"Aku bosan di rumah terus. Aku ingin ke kampus, Bibi," jawab Eryn.
Matilda menghela napasnya. "Nona, sebaiknya Nona tetap di dalam rumah. Nona tahu bukan jika rumor tentang Nona..."
Sebelum Matilda menyelesaikan kalimatnya, seseorang sudah lebih dulu memotongnya.
"Aku akan mengantarnya!"
Eryn dan Matilda langsung menoleh kearah sumber suara. Itu adalah Eric. Pria itu menghampiri Eryn dan Matilda.
"Bibi jangan khawatir. Aku akan menjaga Eryn," ucap Eric.
Matilda tidak bisa menolak permintaan Eric. Dengan terpaksa ia mengizinkan Eryn keluar, meski sebelumnya ia sudah diwanti-wanti untuk tidak membiarkan Eryn keluar rumah.
Eric membukakan pintu mobil untuk Eryn. Gadis cantik itu masih terus terdiam dan tak mengatakan apa pun.
Eric melirik ke arah Eryn. Akhirnya ia membuka penbicaraan.
"Kau tidak berniat untuk pergi ke kampus, bukan?" ucap Eric.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak.
"Iya, aku tidak berniat pergi ke kampus. Tolong antarkan aku ke kantor ayah. Sejak semalam ayah tidak pulang. Aku khawatir dengannya," balas Eryn dengan wajah sendu.
Eric menganggukkan kepala kemudian melajukan mobilnya menuju Albana Grup.
......***......
Eryn tiba di Albana Grup dan berjalan cepat menuju ruangan ayahnya. Beberapa pasang mata terlihat bergunjing tentangnya. Sudah ia prediksi jika orang-orang akan membicarakan hal buruk tentangnya.
"Apa yang dia lakukan disini? Apa dia masih berani menginjakkan kakinya disini?"
"Mungkin dia berpikir dengan melenyapkan Tuan Eldric dia bisa mendapatkan seluruh harta keluarga Albana."
"Dasar perempuan tidak tahu malu! Sudah untung Tuan Edward mengadopsinya, sekarang dia malah membuat ulah!"
Begitulah segelintir kalimat yang Eryn sempat dengar ketika dirinya melangkah masuk menuju ruangan ayahnya.
"Permisi, Martina, apa ayahku ada di ruang kerjanya?" tanya Eryn pada sekretaris Eldric yang kini berubah menjadi sekretaris Edward.
"Maaf, Nona. Tuan Edward sedang rapat bersama kliennya. Beliau tidak bisa diganggu," jawab Martina.
"Kalau begitu biarkan aku menunggu di ruang kerja ayah saja," ucap Eryn.
"Tapi, Nona..." Martina tidak jadi melanjutkan kalimatnya ketika melihat Eric yang memintanya untuk mengizinkan Eryn masuk. Meski hanya lewat sebuah tatapan, Martina tahu jika sahabat bosnya meminta hal itu.
"Silakan masuk, Nona." Martina mempersilakan Eryn menunggu di ruangan ayahnya.
Eric senantiasa menemani Eryn. Pria itu tahu jika hati gadis ini sedang tidak baik-baik saja.
Setelah menunggu selama 30 menit, Edward masuk ke dalam ruang kerjanya dan melihat Eryn ada disana.
"Ayah!" seru Eryn menghampiri Edward.
"Eryn? Kau ada disini, Nak?" Edward nampak terkejut melihat kehadiran Eryn.
"Aku khawatir dengan Ayah. Ini aku bawakan makanan untuk Ayah. Aku yang memasaknya sendiri." Eryn mengeluarkan kotak makan yang ia simpan di dalam tasnya.
"Makanlah, Ayah!" pinta Eryn.
Edward menatap sendu kearah putrinya.
"Terima kasih, Nak." Sungguh Edward tidak tega melihat raut sedih di wajah Eryn.
......***......
Rumor mengenai Eryn mulai mereda, karena Edward sendiri tidak pernah berpikir jika putri angkatnya telah melenyapkan putranya. Ia juga meminta orang-orangnya untuk menghentikan rumor yang menyebar tentang Eryn.
Gadis itu masih beraktifitas seperti biasa. Meski senyumnya tak lagi mengembang seperti dulu, namun sebisa mungkin ia menyembunyikan kesedihannya.
Seperti saat ini, Eryn tengah berjalan cepat menyusuri lorong-lorong rumah sakit dimana ayahnya dirawat. Sudah satu bulan sejak kematian Eldric, Edward yang mengambil alih semua pekerjaan Eldric hingga membuat tubuh rentanya kelelahan dan jatuh pingsan saat sedang memimpin rapat penting.
Air mata yang sedari tadi Eryn tahan, akhirnya luruh juga ketika melihat ayahnya yang terbujur kaku diatas brankar rumah sakit.
"Ayah!" panggil Eryn lirih.
Terlihat seorang dokter sedang memeriksa kondisi Edward.
"Tuan Edward mengalami serangan jantung. Beliau juga kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Bersabarlah, Nona. Dan tolong jaga ayah Nona," ucap seorang dokter usai memeriksa kondisi Edward.
Eryn menghapus air matanya kemudian mengangguk. Setelahnya dokter itu berpamitan kepada Eryn.
"Ayah..." Lirih Eryn disamping ayahnya.
"Kumohon jangan tinggalkan aku. Apa yang harus kulakukan tanpamu dan juga El..." Eryn yang kelelahan menangis, akhirnya tertidur disamping Edward dengan posisi duduk.
Satu jam kemudian, Eryn terbangun karena merasakan pegal di area tangannya yang ia jadikan sebagai bantal. Ia melirik Edward yang masih terpejam.
"Ayah, bangunlah! Aku mohon..."
Terdengar bunyi perut Eryn yang meminta untui di isi. Ia lupa jika sedari pagi dirinya belum memakan apa pun. Ia memutuskan untuk keluar kamar dan menuju kantin rumah sakit.
Di saat seperti ini ia tak boleh lemah. Ia harus kuat untuk bisa menjaga ayahnya. Begitulah pikiran Eryn saat ini.
Setelah menyantap makanan di kantin, Eryn segera kembali ke kamar rawat Edward. Ia tak ingin terlalu lama meninggalkan Edward.
Namun Eryn tertegun ketika melihat beberapa orang perawat berlarian menuju kamar ayahnya. Eryn segera mempercepat langkahnya.
"Ada apa ini?" tanya Eryn.
"Maaf, Nona. Kami belum bisa memastikannya. Kami akan membawa pasien ke ruang periksa terlebih dahulu."
"Hah?!" Eryn syok mendengar jawaban si perawat. Pasti terjadi sesuatu dengan ayahnya.
Perawat mendorong brankar ayahnya keluar dari kamar. Eryn melihat napas ayahnya yang tersengal.
"Tidak! Itu tidak mungkin!" Pikiran buruk mulai menggelayutinya.
"Tuhan, tolong jangan ambil ayahku! Aku tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini!" batin Eryn dengan tubuh yang mulai limbung.
Beruntung seseorang segera menangkap tubuh lemah Eryn.
"Eric?" Eryn bergumam.
"Kau baik-baik saja?" tanya Eric.
Eryn menggeleng. Tangisnya kembali pecah. Eric segera membawa tubuh Eryn dalam dekapannya. Ia begitu iba melihat kesedihan Eryn yang bertubi-tubi.
......***......
Dan disinilah Eryn berdiri sekarang. Di depan dua buah makam orang-orang terkasihnya. Edward tidak bisa diselamatkan. Kini tinggalah Eryn sendiri dengan mendapat tatapan dan cibiran dari orang-orang yang mengenal keluarga Albana.
Eryn Albana, ia juga menyandang nama besar keluarga Albana sejak Edward memutuskan untuk mengadopsi dirinya. Namun kini kebahagiaan itu telah sirna. Berganti dengan kesedihan yang berturut-turut.
Eryn yang masih berusia 19 tahun, terpaksa menggantikan posisi ayahnya menjadi pemimpin perusahaan. Namun apa yang bisa Eryn lakukan? Ia bahkan tak mengerti sama sekali tentang bisnis.
Hari itu, perwakilan dari JK Grup datang untuk menemui Eryn. Kontrak kerjasama yang dengan susah payah didapatkan oleh Eldric, kini terpaksa harus batal karena Eryn tak memiliki kapasitas untuk memimpin proyek.
"Saya Lee Hyun Woo, saya perwakilan JK Grup dengan sangat berat hati menyampaikan kepada Nona jika kerjasama antara Albana Grup dan JK Grup tidak bisa dilanjutkan."
Eryn hanya bisa diam. Ia mengerti pastinya satu persatu klien milik mendiang ayah dan kakaknya akan pergi karena tak ada yang bisa menggantikan mereka.
"Baik, Tuan. Terima kasih. Mohon maaf karena harus membatalkan kontrak dengan cara seperti ini," ucap Eryn.
Setelah kepergian perwakilan JK Grup, Rodrigo yang tak lain adalah pengacara Edward datang menemui Eryn.
"Maaf, jika saya harus menemui Nona saat Nona masih berkabung. Tapi, ada hal penting yang harus saya sampaikan mengenai perusahaan dan juga surat wasiat dari tuan Edward."
"Tidak apa, Paman. Katakan saja. Aku baik-baik saja."
"Dengan sangat terpaksa kita harus menjual semua aset dan saham perusahaan. Terjadi banyak masalah setelah kepergian tuan Eldric dan tuan Edward. Saya harap Nona mengerti."
Dengan berat hati Eryn menjawab. "Aku mengerti, Paman. Lakukan saja apa yang perlu dilakukan. Aku sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini. Tak masalah jika aku juga harus kehilangan semuanya." Buliran bening itu meluncur di pipi mulus Eryn bersamaan dengan ia menandatangani semua berkas persetujuan penjualan saham dan aset.
...B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Susan Susanah
ko aku curiga ya Ama Eric,,
2023-01-28
1
pensi
mengandung bawang disini 😭😭
2022-03-26
2
pensi
😭
2022-03-26
1