Salma dan Tari terdiam memikirkan apa yang di ucapkan oleh Ghozi, jika memang bisa seperti itu maka akam sangat menguntungkan bagi keduanya mereka bisa mendapat tempat tinggal sekaligus pekerjaan, juga bisa sekalian belajar agama di sana.
"Menurutmu bagaimana Tari?" tanya Salam.
Tari sejenak terdiam mempertimbangkan semua yang akan terjadi, termasuk perubahan hidup dan lingkungan yang berbeda yang akan dia temui.
"Jika menurutmu baik, aku ikut sajalah, toh kalau kamu ke pesantren aku juga makin kesepian," jawab Tari.
Bukan karena Tari tak punya pendirian hanya saja dia memang akan benar-benar sendiri jika Salma tinggal di pesantren, selama ini Tari sering sekali menginap di rumah Salma, menghabiskan waktu bersama Salma dan Ibunya, mereka begitu dekat bahkan jika ada yang tidak tahu pasti menganggap mereka saudara saking dekatnya.
"Baiklah, kita tinggal di pesantren saja, kamu kemasi semua barang yang penting dan perlu di bawa! begitu juga denganku, setelah ini kita tinggal di pesantren saja," ucap Salma membuat senyum Ghozi begitu merekah karena bahagia.
Tari kembali ke rumahnya untuk mengemasi sisa barang yang akan dia bawa, sedang Salma melanjutkan perjalanan menuju rumahnya untuk mengemasi barang yang akan dia bawa ke pesantren.
"Aku tunggu di sini, berkemaslah!" ucap Ghozi setelah sampai tepat di depan rumah Salma.
"Kamu tidak ikut masuk ke dalam? biar aku buatkan minum dulu." Tawar Salma.
"Tidak, aku tunggu di sini saja. Tidak baik laki-laki dan perempuan berada dalam satu rumah hanya berdua tanpa ada orang lain, karena jika itu terjadi takutnya menimbulkan fitnah Salma," Gjozi menjelaskan alasan dirinya tak bisa masuk ke dalam kelas dan hanya biaa menunggu di dalam mobil yang terparkir di teras rumah.
"Baiklah, aku mengerti, aku tinggal dulu." Pamit Salma, berjalan keluar dari mobil meninggalkan Ghozi menuju rumahnya dan mengemas beberapa barang yang akan dia bawa.
"Apa hanya itu barang yang akan kamu bawa Salma?" tanya Ghozi saat melihat Salma hanya membawa satu koper berukuran sedang keluar dari dalam rumah.
"Aku hanya bawa baju yang bisa aku pakai di pesantren, dan beberapa barang saja, sisanya ku tinggal," jawab Salma.
Ghozi hanya mengangguk mendengar jawaban Salma, dia membawakan koper milik Salma untuk si masukkan ke dalam rumah, kemudian melanjutkan perjalanan untuk menjemput Tari.
"Astaghfirullah Tari, banyak sekali barang yang kamu bawa," ucap Salma dengan ekspresi heran melihat Tari membawa begitu banyak barang, dua koper berukuran sedang dan satu ransel di punggungnya.
"He he he, kamu tahukan Salma kalau barangku memang banyak, aku sengaja membawa hampir semua barangku ke pesantren agar rumahku bisa ku sewakan, lumayan buat bekal sebelum gajian," jawab Tari sambil nyengir kuda, sedang Salma hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sang sahabat.
"Tinggalkan saja di sana! biar aku yang memasukkannya ke bagasi." Cegah Ghozi saat melihat Tari hendak memasukkan kopernya ke dalam mobil.
"Wah, terima kasih atas bantuannya, tahu aja kalau kopernya berat," celetuk Tari.
"Tari! kamu ini kebiasaan deh," ujar Salma sambil menggelengkan kepala tanda jika Tari tak boleh melakukannya lagi, tapi Tari tetaplah Tari, dia orang yang suka berkata juga bertindak apa adanya, baginya berpura-pura bukanlah hal yang baik dan Tari lebih suka jujur apa adanya dari pada harus berpura-pura baik tapi berhati busuk.
"Biarin, emang bener kan, koperku berat," sahut Tari tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Sudahlah, ayo duduk!" ajak Salma yang langsung di ikuti oleh Tari.
Keduanya duduk manis di jok bagian belakang menikmati perjalanan menuju pesantren dengan perasaan yang campur aduk. Takdir seseorang memang tak bisa di sangka, tak pernah terbesit sedikitpun di benak Salma jika dirinya akan tinggal di pesantren dan sang Ibu akan pergi meninggalkannya secepat itu. Tapi hidup memang penuh misteri dan kejutan yang harus tetap di terima dengan lapang dada.
"Ummi," sapa Ghozi sesaat setelah sampai di halaman rumah Ummi yang ternyata telah menunggunya di teras sambil mengobrol dengan beberapa santri di sana.
"Alhamdulillah akhirnya kalian datang juga," ujar Ummi yang langsung menyambut Tari dan Salma.
"Ummi," sapa Salma dan Tari hampir bersamaan.
"Ummi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, bolehkah aku meminta waktunya sebentar Ummi?" Ghozi yang ada di samping Salma dan Tari langsung meminta waktu Ummi untuk mengatakan rencana yang telah dia katakan pada Salma dan Tari.
"Katakan saja! Ummi akan dengarkan," jawab Ummi.
"Ummi, sebenarnya Salma mengajak Tari untuk ikut tinggal bersamanya di pesantren apa Ummi mengizinkan?" tanya Ghozi.
Ummi yang mendengar ucapan Ghozi sejenak terdiam sambil menatap kedua gadis yang berdiro dengan ekspresi cemas di hadapannya, tapi satu menit kemudian Ummi justru tersenyum manis ke arah keduanya.
"Tentu saja boleh, Ummi akan sangat senang jika kalian tinggal bersama di sini," jawaban Ummi membuat senyum di wajah Salma dan Tari merekah karena senang.
"Tapi Salma dan Tari ingin bekerja membantu Mbok Yem di kantin agar bisa bertahan di pesantren, apa Ummi juga mengizinkannya?" Ghozi kembali mengatakan apa yang sudah dia bicarakan dengan Salma dan Tari sebelumnya.
"Kenapa harus bekerja? Ummi yang akan memenuhi segala kebutuhan kalian," tanya Ummi yang merasa heran dengan keinginan Taei dan Salma.
"Kami tidak ingin merepotkan Ummi, dan tinggal cuma-cuma di sini, apa Ummi mengizinkannya?" sahut Salma dengan ekspresi penuh harap.
"Ummi mengizinkan selagi kalian senang dan mau tinggal di sini, tapi apa Tari sudah izin ke orang tuanya untuk tinggal di sini?" Ummi yang tak mengerti kehidupan Tari akhirnya bertanya sebelum terjadi masalah yang tak di inginkan.
"Orang tuaku susah lama bercerai dan memiliki keluarga masing-masing Ummi, dan Nenek yang merawatku juga sudah meninggal satu tahun yang lalu," Tari menjelaskan keadaannya pada Ummi.
"Maaf, Ummi tidak tahu," ujar Ummi dengan ekspresi rasa bersalah karena telah menanyakan sesuatu yang membuat Tari terlihat sedih.
"Tidak apa-apa Ummi, aku sudah terbiasa dengan pertanyaan semacam itu," ujar Tari yang kini merubah ekspresi wajahnya menjadi senang.
"Baiklah, ayo Ummi antar ke kamar yang akan kalian tempati sekaligus Ummi akan tunjukkan di mana kalian bisa bekerja membantu Mbok Yem," ajak Ummi pada kedua gasis yang berdiri di hadapannya.
Ummi memilihkan kamar yang cukup dekat dengan ndalem di mana dia tinggal agar bisa mengawasi kedua gadis yang sekarang sudah dia anggap putrinya sendiri. Kemudian Ummi menunjukkan kantin dan bertemu dengan Mbok Yem.
"Mbok!" sapa Ummi.
"Eh, Ummi, ada yang bisa Mbok bantu?" sahut Mbok Yem.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments