"Khem, kita jadi berangkat atau tidak?" Salma benar-benar heran melihat Ghozi yang sering melamun.
"Maaf," ujar Ghozi berjalan lebih dulu agar dia berada di depan, melihat Ghozi melangkah keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Tari dan Salma mengikuti langkahnya di belakang kemudian ikut masuk ke dalam mobil.
Perjalanan menuju rumah sakit tidak terlalu lama karena jarak antara rumah sakit dan rumah Salma cukup dekat.
"Silahkan!" Ghozi membukakan pintu tengah di mana Tari dan Salma duduk yang di sambut dengan senyuman oleh Tari, tapi Salma masih saja diam tanpa kata, fikirannya masih terfokus pada sang Ibu.
"Ikuti saya!" titah Ghozi.
Mendengar perintah Ghozi membuat Tari dan Salma tak lagi bertanya, keduanya berjalan mengikuti langkah Ghozi tanpa banyak bicara hingga mereka sampai di ruang rawat inap bertuliskan R. Mawar no 2.
"Masuklah! Ummi, Abah dan Ibumu ada di dalam." ucap Ghozi sambil membukakan pintu agar kedua gadis di belakangnya itu bisa masuk ke dalam ruangan.
Salma yang tak sabar ingin segera melihat sang Ibu langsung masuk lebih dulu tanpa memperdulikan Ghozi yang masih setia berdiri di samping pintu.
"Ibu!" panggil Salma saat melihat sang Ibu tergolek lemas di ats brankar rumah sakit dengan selang infus di tangan san selang oksigen di hidungnya.
"Salma! kemarilah, Nak!" suara Ibu Salma terdengar begitu lemah dan lirih, meski begitu masih terdengar di terlinga hampir semua orang yang ada di ruangan, kecuali Tari dan Salma yang berada sedikit lebih jauh dari sang Ibu.
"Salma, Ibumu meminta kamu mendekat," tutur Ummi yang melihat Salma tetap diam tak berpindah tempat.
Setelah mendengar ucapan Ummi, Salma berjalan mendekat ke tempat sang Ibu yang terlihat masih terbaring lemah.
"Ibu, bagaimana keadaanmu?" tanya Salma saat berada tepat di samping sang Ibu sambil memegang tangannya yang terlihat lemah.
"Alhamdulillah, Ibu tidak apa-apa," jawab sang Ibu dengan senyum yang mengembang di pipinya.
"Syukurlah," lirih Salma.
"Nak," Ibu Salma kembali bersuara membuat semua yang ada di ruangan itu memasang telinga untuk mendengarkan apa yang ingin di katakan oleh Ibu Salma.
"Iya, Ibu, apa yang engkau inginkan?" sahut Salma yang ikut memasang telinga agar bisa mendengar semua yang Ibunya katakan tanpa satupun yang tertinggal.
"Ibu ingin berpesan padamu, sebelum akhurnya Ibu pergi," ujar Ibu Salma.
"Ibu mau ke mana? jangan tinggalkan Salma Bu, ajak aku bersamamu." Pinta Salma dengan ekspresi wajah memelas.
"Waktu Ibu sudah tidak banyak, Nak, setiap yang bernafas pasti akan kembali ke tempat di mana dia seharusnya kembali," tutur Ibu Salma.
"Ibu jangan pernah katakan hal itu! jangan tinggalin Salma, hanya Ibu satu-satunya orang yang Salma punya," Salma yang mendengar penuturan sang Ibu langsung memeluknya dengan erat, air mata yang tadi menetes kini turun deras bak air terjun.
"Sudah, jangan menangis terus! malu sama Ummi dan Abah," ujar Ibu Salma, kali ini Ibu Salma terlihat begitu tenang, tutur katanya juga lembut selembut sutera.
Salma sejenak menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah Ummi dan Abah yang berada tak jauh dari tempat Salma duduk. Ummi dan Abah hanya tersenyum membalas tatapan Salma.
"Jika nanti sudah tiba waktunya, Ibu ingin kamu ikut bersama Ummi dan Abah, jadilah santri di sana dan jangan pernah lupa do'akan Ibu! karena hanya do'amu yang Ibu tunggu Salma," pesan Ibu Salma.
"Iya, Ibu," jawab Salma, tak ada yang bisa di lakukan lagi oleh Salma selain menuruti keinginan sang Ibu, dia langsung menyetujuinya tanpa mendebat lagi.
Suasana kamar rumah sakit kembali hening setelah Salma menjawab keinginan sang Ibu, Tari yang sejak tadi ikut hanya diam mematung menyaksikan apa yang terjadi, sungguh saat ini dia ingin sekali memeluk Salma sang sahabat dan menguatkan hatinya yang terlihat rapuh, tapi Tari hanya bisa diam pasalnya di samping Salma masih ada Ummi yang setia mengusap punggungnya, seolah memberi kekuatan pada Salma.
"Salma," lirih Ummi.
"Iya, eh~" Salma nampak bingung menyahuti panggilan Ummi.
"Panggil saja Ummi!" titah Ummi yang di angguki oleh Salma.
"Iya, Ummi," Salma mengulangi kalimatnya.
"Ummi dan Abah akan pergi dulu, jika ada apa-apa kamu bisa mengatakannya pada Ghozi, dia ada di depan ruangan ini dan Kami akan ke sini lagi besok," pesan Ummi pada Salma.
"Baik, Ummi," Jawab Salma singkat.
Salma tak begitu memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya kecuali Sang Ibu yang kini jadi pusat perhatian Salma meski sang Ibu terlihat damai dalam mimpinya.
Hari semakin sore, Salma masih saja betah menatap sang Ibu tanpa mengubah posisinya, sedang Tari kini sudah duduk di sofa 0anjang yang berada tak jauh dari tempat sang sahabat duduk.
"Salma, aku mau keluar, apa kamu tidak apa-apa sendirian di sini?" tanya Tari sebelum dia pergi.
"Kamu mau ke mana Tari?" tanya Salma.
"Aku pulang dulu. Ambil baju ganti dan makanan untuk kita, setelah itu aku akan kembali ke sini." Ujar Tari.
"Baiklah, maaf ya Tari, aku jadi merepotkanmu," cicit Salma saat melihat ekspresi lelah di wajah Tari.
"Hey, bukankah kita sahabat?" ucap Tari dengan senyum yang dia buat semanis mungkin.
"hm," sahut Salma sambil menganggukkan kepala.
"Sesama sahabat itu harus saling membantu Salma, jadi kamu tenang saja, aku melakukan semuanya dengan senang hati kok," ujar Tari.
"Terima kasih, kamu memang sahabat terbaikku," ujar Salma.
"Sudah, aku pergi dulu." Pamit Tari melenggang pergi meninggalkan Salma dan Ibunya.
"Loh, kamu masih ada di sini?" tanya Tari saat melihat Ghozi masih setia duduk di kursi ruang tunggu depan ruangan Arum.
"Iya, apa ada yang bisa saya bantu?" tawar Ghozi.
"Eh, ti~tidak, aku mau pulang sebentar ambil baju ganti dan ambil makanan untuk Salma," jawab Tari sedikit gugup, berhadapan deng Ghozi yang terlihat begitu tampan dengan tatapan teduh membuat jantung Tari berdebar.
"Apa perlu saya antar?" Ghozi menawarkan tumpangan pada Tari.
"Eh, jangan! kalau kamu mengantarku , siapa yang akan menemani Salma di dalam? lebih baik kamu di sini saja, takut ada apa-apa, jadi Salma masih punya temen," tolak Tari.
"Baiklah," satu jawaban singkat yang cukup mewakili segalanya.
Tari akhirnya meninggalkan Ghozi yang kembali duduk di tempatnya sambil menatap layar ponsel yabg ada di tangannya, Ghozi mendapat fasilitas istimewa dari Ummi dan Abah dengan membawa ponsel karena Ghozi termasuk santri ndalem yang bertugas membantu Ummi dan Abah, jadi dia di perbolehkan membawa ataupun mengoperasikan ponsel agar lebih mudah di hubungi di manapun dia berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
aku kira ghozi putranya abah umi/gus ooo tibakno santri ndhalem
2024-11-02
0
titaros
👍👍👍
2022-07-28
0
Risdiana Darajati
Lanjut kakak 😍
2022-02-03
1