Suasana rumah sakit terasa begitu hening dan sepi setelah Tari pergi untuk mengambil baju ganti. Sedang Salma masih saja menatap lekat wajah sang Ibu, satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini, meski dia begitu sering di marahi tapi Ibu adalah orang yang paling Salma sayangi.
"Ibu, kamu kenapa? ada apa Ibu?" tanya Salma saat sang Ibu tiba-tiba bangun dan terlihat kesulitan untuk bernafas.
"Tidak a~pa-apa, Nak, kamu jangan khawatir! ukhuk ...." suara ringkih sang Ibu terdengar.
"Ibu mau apa? jangan terlalu banyak bergerak! biar Salma yang mengambilkan untuk Ibu." Ujar Salma saat melihat sang Ibu hendak bangun dari tidur.
"Tidak ada, Nak, hanya saja Ibu sudah di jemput, ingat baik-baik pesan Ibu! jadilah seorang gadis yang bisa membanggakan Ibu nanti, dan jangan lupa do'akan Ibu karena do'a itu akan selalu ku tunggu, Ibu menyayangimu, Nak," ungkap Ibu Salma dengan senyum di bibirnya, sedang Salma hanya terdiam menatap heran sang Ibu hingga akhurnya dua kalimat syahadat terucap dari bibir Ibu Salma dan bunyi panjang alat yang ada di samping sang Ibu menandakan jika dia telah tidur lelap untuk selamanya.
"Ibu, ibu ... Dokter!! Dokter!!" Salma yang biasa nya tenang kini berteriak histeris memanggil sang Ibu dan Dokter yang dia harapkan bisa membangunkan sang Ibu.
"Ada apa, Salma?" tanya Ghozi yang baru saja masuk ke dalam ruangan di mana Salma berada.
"Panggilkan Dokter!! cepat!!" sahut Salma tanpa menoleh ke arah Ghozi, dia masih setia menatap wajah damai sang Ibu dengan ekspresi wajah paniknya.
Seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan, menemui Salma dan memeriksa keadaan sang Ibu.
"Maaf, pasien tidak tertolong, jadi kami minta Mbaknya sabar menghadapi semua ujian ini." Ucap Dokter yang menangani Ibu Salma.
Hancur sudah, dunia Salma seolah runtuh mendengar ucapan sang Dokter, tak ada lagi harapan yang tersisa dalam hidupnya, kini dia benar-benar seorang diri, kakinya seperti tak lagi memiliki otot, Salma pun luruh ke lantai.
"Yang sabar Mbak Salma, semua yang bernyawa pasti akan kembali ke hadapannya," lirih Ghozi yang kini ikut duduk di samping Salma yang terlihat begitu hancur dengan menundukkan kepala, air mata tak lagi bisa dia bendung, mengalir bagai air terjun yang tak bisa di hentikan.
"Aku benar-benar sebatang kara saat ini," lirih Salma.
"Jangan pernah merasa sendiri di dunia ini! karena sejatinya masih ada Allah yang akan selalu menemani kita, kamu yang tabah karena aku yakin kamu bisa melewati semua ujian ini, ingatlah jika allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya, jika saat ini kamu mendapat ujian ini maka itu tandanya kamu mampu melewatinya. Percayalah!" kata-kata penyejuk jiwa terdengar begitu menenangkan hati Salma yang tengah gunda, dia memejamkan mata meresapi setiap kata yang terucap dari bibir Ghozi.
"Terima kasih," Salma kembali berucap meski suaranya kini parau dan lirih, tapi Ghozi masih mampu mendengarnya.
"Tidak perlu berterima kasih, sudah kewajibanku mengingatkan sesama saudara muslim," jawab Ghozi kini berdiri dan sedikit menjauh dari Salma, Ghozi memberi kabar pada Ummi dan Abah tentang kepergian Ibu Salma.
"Salma! ada apa ini?" ucap Tari yang baru saja sampai di rumah sakit dengan saru tas selempang dan satu kantong plastik di tangannya.
"Tarii!" melihat sang sahabat, Salma langsung berlari menghambur ke pelukannya menumpahkan segala rasa sakit yang kini ada di hatinya.
Sedang Tari hanya bisa diam tanpa kata melihat tubuh Ibu dari sahabatnya itu sepenuhnya sudah di tutup oleh selimut yang memberi arti jika Ibu Salma telah pergi untuk selama-lamanya.
"Kamu yang sabar Salma, aku yakin semua yang telah terjadi pasti ada hikmahnya, aku di sini bersamamu, kamu yang tabah," ujar Tari mencoba menenangkan Salma yang masih saja menangis.
"Kenapa semuanya pergi meninggalkan aku Tari?" lirih Salma.
"Mereka pergi bukan karena keinginan mereka Salma, ini sudah takdir yang harus kamu jalani, yang tabah dan ikhlas, semua akan indah pada waktunya," Tari masih saja mencoba menenangkan Salma yang terlihat begitu kacau.
"Assalamualaikum," ucap Ummi yang langsung berjalan cepat mendekat ke arah Salma yang masih betah berada di pelukan Tari.
"Yang sabar Nduk, semua pasti ada hikmahnya, maafkan Ummi, semua ini karena kesalahan Ummi dan Abah," sambung Ummi sambil mengusap pelan kepala Salma yang masih tertutup hijab.
Mendengar ucapan Ummi, membuat Salma sadar jika apa yang terjadi memang sudah takdir yang harus dia jalani, menangis sejadi-jadinya pun akan percuma karena Salma yakin Ibunya tahu bagaimana keadaannya saat ini.
"Tidak Ummi, ini bukan salah siapa-siapa, tapi ini memang takdir yang harus aku jalani, terima kasih sudah membantu membiayai rumah sakit Ibu." Ucapan Salma seperti hantaman bom di hati Ummi, dia merasa bersalah bercampur kagum dengan apa yang di ucapkan Salma.
"Setelah ini ikutlah bersama Ummi, dan Ummi akan menjagamu seperti putri Ummi sendiri, seperti janji Ummi pada almarhum Ibumu," ucap Ummi dan Salma hanya diam tanpa berkomentar mendengar penuturan Ummi, dia masih bingung dan tak memikirkan apapun saat ini.
Pemakaman di lakukan di pesantren, Ibu Salam di makamkan bersama dengan keluarga ndalem lainnya, sesuai dengan perintah Ummi dan Abah.
"Mulai hari ini tinggallah di sini bersama kami!" pinta Ummi setelah selesai memakamkan Ibu Salma.
"Tapi Salma ingin tinggal di rumah saja Ummi, maaf sebelumnya bukan maksud Salma menolak," jawab Salma.
"Tinggallah di sini, Nak, sesuai dengan wasiat Ibumu, karena Ummi dan Abah akan merasa sangat bersalah jika kamu tak mau tinggal di sini," kini giliran Abah yang berucap.
Salma tak langsung mengiyakan apa yang di minta oleh Ummi dan Abah, dia masih terdiam memikirkannya hingga suara Tari yangs sejak tadi duduk di sampingnya kini mulai bersuara.
"Tinggallah di sini Salma, aku yakin kamu akan merasa jauh lebih tenang jika berada di sini, dari pada kamu harus sendirian di rumah yang akan mengingatkanmu pada Ibu," Tari ikut mendukung Salma agar mau tinggal di pesantren Ummi.
"Baiklah, aku akan tinggal di sini," jawaban yang membuat hati Ummi dan Abah begitu lega mendengarnya.
"Alhamdulillah, Ummi senang mendengarnya, Nak," ujar Ummi.
"Ummi akan segera menyiapkan kamar untukmu," ujar Ummi.
"Apa Salma boleh tinggal di asrama bersama santri yang lain Ummi?" tanya Salma.
"Tentu saja, apapun yang kamu minta, Nak," jawab Ummi tanpa banyak berfikir.
"Dan biarkan Salma membantu pekerjaan Ummi sebagai gantinya," Salma kembali berucap.
"Ummi akan memberikan apapun selama kamu mau tinggal di sini," jawab Ummi dengan ekspresi lega yang tergambar jelas di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
anik ponco
🌹 pertama untukmu 😊
2022-02-04
0