Pagi yang cerah di sebuah cluster perumahan mewah, sebuah mobil Porsche 911 merah melaju sesuai arahan Naomi dan berhenti di carport rumah megah bernuansa modern dengan sedikit ornamen khas jepang. Didepan pelataran rumah terlihat seorang wanita sedang merawat sebuah bonsai, wanita itu adalah Naoko.
Naoko memang memiliki hobi merawat bonsai dan dia tidak mempercayakan perawatan bonsai nya kepada para perawat kebun di rumah itu, Naoko tidak akan pernah mengalihkan perhatiannya saat merawat bonsai namun Kehadiran mobil Jester ketika itu mengalihkan perhatian Naoko.
Disaat Mobil itu berhenti sempurna Naoko nampak memberikan peralatan perawatan bonsainya kepada seseorang yang dari tadi berdiri disebelah Naoko, tidak lama Naomi keluar dari mobil itu diikuti Jester setelahnya. Melihat ada Jester datang berkunjung Naoko langsung berdiri dari duduknya dan segera berjalan mendekati Jester dan Naomi, tanpa senyum Naoko menatap Jester dari kejauhan.
"Aku heran ketika supir dan mobil Naomi sampai lebih dulu, ternyata kalian berdua merencanakan kencan" celetuk Naoko dengan sedikit berteriak karena posisinya masih agak jauh dari Jester dan Naomi, sungguh sebuah sambutan yang menegangkan bagi Naomi.
"Aku pulang bu, maaf membuatmu khawatir" Naomi sedikit berlari mendekati Naoko lalu membungkuk memberi hormat kepada Naoko, Jester yang melihat Naomi membungkuk pun dengan sigap ikut membungkuk meski terlihat kaku.
"Selamat siang Nyonya Scott!" Sapa Jester dengan penuh semangat, garis senyum Naoko terlihat saat menatap Jester yang perlahan mengangkat badannya menatap Naoko
"Selamat siang Jester san... senang berjumpa lagi denganmu" sapa Naoko dengan suara yang lembut dan terdengar hangat, Naoko terlihat lebih bersahabat dari pertemuan pertama Jester dengannya
"Jester san?" Jester agak bingung menatap Naomi, Naomi menoleh menatap Jester namun tidak mengatakan apapun.
"Itu panggilan untuk menghormati seseorang" Naoko menjelaskan kebingungan Jester dengan senyuman, Jester membalas senyuman Naoko dengan perasaan malu
"Hoo seperti itu, aku tidak pernah diajarkan seperti itu. Maaf atas ketidaksopanan ku" Jester kembali membungkuk sambil memperhatikan Naomi yang nampak tertekan saat itu, ketika Jester mengangkat badannya kembali Naoko memberi gestur tangan agar Jester masuk ke dalam rumah.
"Bagaimana kalau kamu bersantai sebentar? aku ingin lebih mengenal pacar putriku" ajak Naoko
Mendengar ajakan Naoko tiba - tiba Naomi hendak berbicara tapi Naoko memberikan gestur tangan agar Naomi diam, Jester agak ragu untuk menjawab ajakan Naoko karena memahami jika Naomi keberatan namun tidak mampu untuk menolak. Sejenak berfikir sembari menggaruk - garuk dahinya tapi masih terdiam sesaat.
"Aku senang dengan undangan ini tapi... aku ada sedikit urusan, jadi mohon maaf Nyonya Scott aku..." belum selesai Jester berbicara Naoko memotong
"Tentu.. aku paham, mungkin lain kali. Hanya saja mungkin aku akan segera jadwalkan untuk bertemu dengan orangtuamu dan membahas tentang hubungan kalian, aku mencurigai kalian bukanlah pasangan seperti yang Naomi dan kamu katakan padaku" ucap Naoko terdengar mengintimidasi, Jester pun terkejut dan terlihat sangat bingung harus melakukan apa.
Jester terdiam dan menatap kearah Naomi, perlahan tatapan Naomi beralih menatap Jester dan memahami jika Jester bingung. Disaat bertatapan mata itu seketika Naomi mengangguk seakan memberi izin kepada Jester untuk menerima permintaan Naoko, merasa dapat ijin dari Naomi dengan segera Jester menatap Naoko lalu menyetujui permintaannya.
"Baiklah nyonya Scott, aku akan tunda urusanku, terima kasih atas undangannya" ucap Jester dengan santai, Naoko tersenyum lalu berbalik dan memandu Jester dan Naomi untuk masuk kedalam rumah.
Jester dan Naomi mengikuti Naoko menuju sebuah ruangan luas bernuansa jepang dengan tatami yang terhampar di ruangan itu, sebuah ruangan yang sejuk dengan angin sepoi - sepoi yang masuk karena bersebelahan dengan sebuah taman disebelahnya. Suara bambu yang bergesekan karena angin sangat terdengar jelas di ruangan itu membuat suasana nyaman sangat terasa, namun tidak bagi Naomi yang sedari tadi sudah tertekan oleh keberadaan ibunya.
Didalam ruangan itu Jester duduk bersebelahan dengan Naomi sedangkan Naoko berada di depan mereka yang dipisahkan oleh sebuah meja, namun tatapan menekan Naoko terlihat sangat tertuju pada Naomi yang menundukkan pandangannya.
"Jadi sejak kapan kalian berpacaran?" Naoko bertanya dengan nada santai dengan sebuah senyuman meski tatapannya masih tertuju pada Naomi, Naomi pun tersentak saat itu mendengar pertanyaan Naoko
"Heem... Sejak..." belum selesai Jester berbicara Naomi menimpali
"Sejak empat bulan yang lalu!" agak sedikit keras dan panik Naomi menjawab, Jester memandang kearah Naomi karena terkejut.
"Naomi... bukan kah tidak sopan kamu melakukan itu?" Ucap Naoko dengan sedikit menaikkan nada bicaranya
"Maaf bu..." Naomi kembali menunduk, Naoko menatap Jester begitu pula dengan Jester yang mengalihkan pandangannya menatap Naoko.
"Bagaimana Jester san?" tanya Naoko dengan nada yang kembali santai namun kali ini tanpa senyuman.
"Yaah... Seperti kata Naomi, kami sudah berpacaran sejak empat bulan lalu" jawab Jester terdengar tenang, Jester terlihat tidak terintimidasi sama sekali sejak awal bertemu Naoko.
"Apa kamu tahu Naomi punya pacar 1 bulan sebelum berpacaran denganmu?" Naoko kembali bertanya, Jester terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Apakah itu Daniel? aku benar kan?" dengan wajah tanpa rasa berdosa Jester mengatakannya sambil menatap Naomi, Naomi hanya melirik arah Jester dan kembali menunduk
"Jadi Naomi sudah menceritakannya padamu?" tanya Naoko yang terlihat terkejut dengan jawaban Jester
"Yah sebagian sih, tidak jelas juga karena itu hal menyakitkan bagi Naom... Aaauuu!!" kata - kata Jester terputus karena Naomi mencubit paha Jester, serentak Jester dan Naoko menatap Naomi.
"Apa kamu pernah mempunyai seseorang yang kamu cintai sebelum Naomi, Jester san?" Tanya Naoko lagi, hari itu Jester dipenuhi dengan pertanyaan dari Naoko yang membuat Jester mulai tertekan namun mencoba terus terlihat tenang.
"Tidak... aku belum berpacaran dari dulu sampai sekarang, haha... mungkin terdengar memalukan ya?" Jester mengatakannya santai dengan sedikit malu, senyuman Jester menandakan dia tidak terpancing sama sekali dengan pertanyaan - pertanyaan menjebak Naoko.
"Menurutku tidak, bukankah cinta harusnya diberikan pada orang yang tepat bukan untuk coba - coba, bagaimana menurutmu Jester san?" tanya Naoko lagi kali ini nadanya mulai berubah menjadi sebuah pernyataan tegas, Jester sedikit tersentak dan kehilangan senyumannya saat menatap Naoko.
"Tunggu.... kemana arah pembicaraan ini?" Jester mulai nampak terpancing
Naoko mengambil handphone miliknya dan membuka aplikasi Ingram lalu mencari vidio viral yang baru saja terekspose kemudian menaruhnya diatas meja depan Jester dan Naomi, itu adalah vidio kejadian tadi ketika Naomi, Jester, Daniel dan Sarah terlibat keributan disebuah restoran cepat saji. Terlihat Naomi dan Jester kaget setengah mati melihat vidio itu viral begitu cepat, dengan komentar dan jumlah Like yang sangat banyak menunjukkan seberapa viral nya vidio itu hari ini.
"Jika memang kamu bukan pacar Naomi, apa bisa kamu melakukan hal yang memalukan ini Jester san?" Tanya Naoko kembali
Jester terus memandangi vidio itu dan yang paling dia perhatikan adalah ketika Jester dengan sok kerennya mempertanyakan apa wajahnya terlihat tidak cocok menjadi pacar Naomi, dengan wajah yang memerah Jester terlihat sangat malu.
"Sulit ya berpacaran dengan Naomi, sedikit saja ada keributan maka seluruh penjuru dunia akan mengetahui. Seolah semua mata memandangi kalian, tidak ada tempat privasi bagimu dan Naomi" celetuk Naoko, perlahan Jester menatap Naoko dengan perasaan malu.
"Aku tahu, tapi itu tidak masalahkan nyonya Scott? aku kan hanya melindungi Naomi saat itu" jelas Jester berusaha menutupi tingkah lakunya yang memalukan itu, Naoko tersenyum terlihat senang.
"Tentu... aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan kalian?" tanya Naoko terdengar menggantung pertanyaan seperti sedang memancing mereka berdua untuk mengakui kebohongan mereka
"Aku tidak masalah, lagi pula kami memang..." Belum selesai Jester berbicara, Naoko kembali memotong perkataan Jester dan kali ini tatapan tajam Naoko begitu terlihat.
"Bagaimana dengan kebohongan kalian? apa kalian yakin aku tidak akan mengetahuinya secepat mungkin?" Naoko memandang Naomi yang saat itu sudah benar benar terpojok, Naomi sadar ini adalah akhir dari sandiwaranya.
Nampak sekali keringat keluar dari dahi dan punggung Naomi dan membasahi dress nya, wajah ketakutan itu sudah tidak dapat di tutupi lagi. Jester mengalihkan pandangannya menatap Naomi beberapa saat dan kemudian menatap Naoko yang seperti sedang menunggu pengakuan dari Naomi.
"Aaa..." Naomi hendak berbicara namun tangan Jester langsung menggenggam tangan Naomi dengan erat dibawah meja, Naomi tersentak saat Jester menggenggam tangannya dengan erat lalu menatap Jester. Saat itu Jester menatap Naoko tanpa keraguan sedikitpun
"Tidak ada kebohongan, aku dan dia benar - benar sedang berpacaran sekarang. Aku harap nyonya Scott dapat memberikanku ijin agar kami bisa menjadi pasangan yang sempurna" Jester mengatakan itu dengan nada santai dan senyum yang lebar. Naoko tersenyum menatap Jester lalu mengambil handphone nya diatas meja dan berdiri hendak meninggalkan mereka berdua
"Semoga aku tidak mendengarkan sebuah berita yang dapat mengecewakanku, Evans san, Will san, dan Marrie San. Selamat datang di keluarga Scott Jester San. Aku mewakili keluarga ini menerima mu disini dengan tangan terbuka lebar. terima kasih atas waktunya" Naoko sedikit membungkuk lalu berjalan meninggalkan mereka berdua ditempat itu.
Untuk kedua kalinya Jester menjadi pahlawan bagi Naomi, walaupun situasi tadi benar - benar menegangkan bagi mereka berdua. Suatu hal yang tidak mereka duga karena harus menghadapi Naoko tanpa persiapan, Naomi yang masih menatap wajah Jester sejak tadi merasa kali ini Jester terlihat keren sampai membuat wajah Naomi memerah.
Naomi terlihat terpesona menatap Jester yang masih menatap pintu keluar ruangan, tiba - tiba Jester berbaring dan mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya dengan keras. Jester nampak lega karena intimidasi itu akhirnya berakhir, namun Naomi masih tertegun menatap Jester.
"Huuaah... apa itu tadi? aku begitu tertekan" celetuk Jester sembari mengatur nafasnya, Naomi hanya diam saja menatap Jester.
Merasa tidak di hiraukan, Jester menatap Naomi yang terlihat melamun itu. Jester merangkak mendekati Naomi dan menepuk pundaknya untuk menyadarkan Naomi dari lamunannya, Naomi pun tersentak.
"Heii... kamu melamun?" tanya Jester yang mengkhawatirkan Naomi
"Aah Eeh... iya maaf..." jawab Naomi yang tersadar dari lamunannya lalu menundukkan kepalanya.
"Jadi seperti ini ya ibumu, wow itu tadi benar - benar menegangkan... kamu tahu, baru kali ini aku merasakan di intimidasi" Jester menjelaskan suasana hatinya saat itu namun Naomi tidak merespon Jester sama sekali, keduanya terdiam beberapa saat sampai Naomi kemudian menatap Jester.
"Jadi.... bagaimana? setelah kamu tahu bahwa aku juga membutuhkan pertolonganmu, aku rasa..." Naomi berhenti berbicara karena jari Jester menyentuh bibir Naomi, meski terkejut karena jari Jester menyentuh bibirnya namun Naomi hanya diam menatap Jester.
"Kontrak itu tetaplah berjalan, ini bukan siapa yang butuh siapa. Aku akan menghormati privasimu dan aku juga yang sudah menyeret mu kedalam pusaran ini. Jadi terima kasih mau bersandiwara untukku, kita tetap bersandiwara dengan mematuhi kontrak yang sudah aku tanda tangani" timpal Jester sambil tersenyum lebar dan dengan tatapan mata yang begitu hangat.
Mata Naomi mulai berkaca dan disaat bersamaan Naomi tersipu malu, kemelut dalam otaknya mendadak mencair karena tingkah Jester saat itu. Naomi tersenyum lebar sembari menepis tangan Jester yang dari tadi telah menyentuh bibirnya, ekspresi wajah Naomi kini terlihat marah menatap Jester.
"Ini juga termasuk dalam pelanggaran kontrak tahu!" bentak Naomi dengan raut wajah yang marah namun dengan nada suara yang terdengar manja.
"Haaah?? itu tidak termasuk kan?!! aku sedang berusaha menenangkan mu!!" dengan nada panik Jester mengatakannya
Naomi tertawa agak keras karena berhasil mengerjai Jester, sedangkan Jester yang merasa dikerjain pun terlihat begitu kesal. Keduanya pun terlibat pertengkaran kecil saling serang kata - kata, terlihat Jester dan Naomi kini lebih akrab.
Ditengah keributan antara Jester dan Naomi didalam ruangan, nampak diluar ruangan itu Naoko tengah berdiri dan tidak jauh dari pintu keluar sedang menguping pembicaraan Jester dan Naomi. Ternyata Naoko mendengarkan semua pembicaraan mereka berdua, Naoko perlahan berjalan meninggalkan tempat itu sambil terus memandangi taman.
"Ternyata memang berbohong... tapi mereka sangat cocok, bisa kah aku membantu mereka berdua dan mengobati hati Naomi yang sudah terluka karena ku?" gumam Naoko dengan suara yang pelan, tidak beberapa lama handphone Naoko berbunyi. Dengan segera Naoko menatap layar Handphone dan langsung mengangkat telepon itu
***
"Halo" ucap Naoko
"Hai Naoko San... ini Marrie Gates yang berbicara" Marrie yang menelepon Naoko saat itu
"Marrie San... Suatu kehormatan kamu meneleponku" dengan nada sinis Naoko menjawabnya
"Aku senang untuk memulai kembali permusuhan kita dulu hohoho... tapi bisakah kamu taruh sejenak dendam masa lalu dan membuka lembaran baru denganku?" tanya Marrie yang ternyata mereka sudah lama saling mengenal dan mempunyai hubungan yang tidak baik satu sama lain.
"Apa mau mu Marrie Chan, apa kamu sebegitu nganggurnya sampai harus meneleponku?" Naoko menjawab dengan sindiran dan penuh kebencian.
"Hohoho, masih pedas seperti dulu ya? begini, mungkin instingmu sudah tumpul.... tapi kamu pasti tahu apa tujuanku repot - repot menghubungimu seperti ini kan?" nada Marrie sedikit menyindir
"Maaf, aku tidak tertarik..." belum selesai Naoko menjawab, Marrie kembali menimpali
"Tentang putraku dan putrimu, mereka berbohong kan?" nada Marrie agak sedikit menekan, Naoko yang mendengar itu mendadak tersulut emosinya.
"Apa maumu?!" Naoko menjawabnya dengan nada sedikit marah
"Besok jam 10 di Restoran Hotel Gates aku menunggumu, terserah kamu akan datang atau tidak... tapi aku akan menunggumu disana, bye bye Naoko San..." Marrie langsung menutup teleponnya.
***
"Orang itu!! aku masih tidak bisa berhenti untuk membencinya!!" ucap Naoko sembari menghentakkan kaki agak keras kelantai
Pagi menjelang tengah hari, di pelataran rumah keluarga Scott. Terlihat Jester sudah masuk didalam mobil dan membuka kaca mobil untuk berpamitan dengan Naomi, disebelah mobil dengan kaca jendela yang terbuka itu Naomi berdiri dan menatap Jester dengan senyum merekah hendak melepaskan kepulangan Jester.
"Baiklah, aku pamit. sampaikan salamku pada Tuan dan Nyonya Scott" ucap Jester dari dalam mobil, Naomi mengangguk beberapa kali
"Tentu... dan uum... besok kamu ada waktu luang?" Naomi bertanya dengan sedikit malu - malu, Jester mencoba mengingat tentang jadwalnya untuk besok.
"Besok ya? sepertinya tidak, aku akan berada di kampus karena aku brand ambasador dari setiap klub yang ada di kampus" jawab Jester, Naomi sedikit tertawa dengan jawaban Jester.
"Yaa sebenarnya untuk itu aku bertanya padamu, saat aku datang ke kampus kemarin itu aku ingin memulai mengenal kehidupan kampus. tapi tragedi denganmu terjadi begitu saja, Haah..." penuh penyesalan Naomi mengatakannya, Jester pun terlihat kesal dengan perkataan Naomi yang seakan menyesali tragedi itu.
"Heeii... aku kan sudah minta maaf untuk itu" ucap Jester dengan nada agak kesal, Naomi kembali tertawa kecil melihat ekspresi Jester
"Tidak cukup, kamu harus membawaku berkeliling kampus besok. Aku tidak mau tahu, besok jam 9 aku sudah ada di kampus dan kamu sudah harus ada di pintu masuk kampus sebelum aku datang. baiklah, daah... sampai ketemu besok!" ucap Naomi lalu berlari masuk kedalam rumahnya meninggalkan Jester yang masih bengong di dalam mobil menatap Naomi menjauhinya.
"Apa sih yang dipikirkan wanita itu?" dengan wajah bengong Jester nampak masih menyimpan kekesalan pada Naomi, tapi disisi lain Naomi tersenyum lebar sambil terus berlari didalam rumahnya menuju kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Athaya
Sie jester bapaknya yang sadis lah sie Naomi Ema nya serem🤭🤭 cocok lah
2022-06-06
2