Eps 4

Pak Dhiaz dan Aisyah sudah tiba di sebuah rumah megah. Yup, rumah nenek sang dosen killer.

Asri, ada banyak pohon di sekitar rumah itu. Ada danau buatan juga. Di tengah-tengah danau itu, terdapat rumah kecil.

Keberadaan danau buatan itu semakin menambah keindahan suasana rumah nenek pak Dhiaz.

“Rumah ini adem sekali. Benar-benar luar biasa,” batin Aisyah saat melihat ke sekeliling.

Pak Dhiaz lalu mengajak Aisyah masuk ke rumah besar itu. Sesampainya di ruang tamu, ia meminta Aisyah untuk menungguinya.

Aisyah kini duduk seraya menerka-nerka, tugas apa lagi yang akan pak Dhiaz berikan padanya kali ini. Sementara pak Dhiaz, ia melangkahkan kaki ke kamar kakek dan neneknya.

Nenek yang biasanya begitu asyik membaca novel Karena Terlambat Menikah dengan bantuan kacamata, ternyata sedang tidak berada di kamar. Begitu pula dengan kakek.

Pak Dhiaz lalu kembali ke ruang tamu. Sekarang, ia mengajak Aisyah ke halaman belakang. Salah satu tempat favorit kakek dan neneknya.

Tak sampai lima menit, mereka sudah tiba di halaman belakang. Aisyah kembali tercengang takjub, “What a perfect home ever.”

Di halaman belakang itu, terdapat banyak sayuran, juga beberapa pohon buah. Salah satunya pohon jambu biji, yang mulai langka didapati di rumah masyarakat saat ini.

Pak Dhiaz menyalami kakek dan nenek, Aisyah turut melakukannya. Tanpa ia sadari, sikap sopannya spontan membuat kakek dan nenek pak Dhiaz terkagum-kagum padanya.

“Ambilkan calon istrimu ini jambu! Siang-siang begini enaknya makan yang segar-segar,” perintah nenek pada pak Dhiaz.

“Kamu mau?” tanya pak Dhiaz.

Aisyah mengangguk kegirangan bak anak kecil. Tiba-tiba pak Dhiaz yang biasanya sulit tersenyum, dengan mudahnya tersenyum lebar melihat tingkah menggemaskan Aisyah yang seperti itu.

Ada rasa berbeda yang ia rasakan saat menatap Aisyah dengan ekspresi seperti itu. Ingin sekali rasanya ia mencubit pipi tembem Aisyah. Ia mencoba menepis perasaannya dengan segera memanjat pohon jambu.

“Kenapa kamu buka sepatu Aisyah?” tanya pak Dhiaz.

“Mau ikut manjat sir.”

“Nope, nanti kalau kamu jatuh bagaimana? Jangan-jangan kamu sengaja ya mau memanjat pohon. Supaya kalau jatuh, kamu bisa bebas tugas jadi asisten saya.”

“Enak saja asal nuduh. Ini nih yang bikin bapak susah dapat jodoh. Suka suudzan sih ke orang lain. Let me tell you sir, culun-culun begini aku bisa memanjat pohon. Apalagi pohon sependek ini, sudah pasti gampang dipanjat.”

Jiwa usil pak Dhiaz kambuh karena Aisyah yang tak ingin dilarang. Ia lalu mengambil buah jambu yang masih kecil. Jambu kecil itu kemudian ia lemparkan tepat di kepala Aisyah.

“Aduh. Sakit tau sir.”

Karena kesal, Aisyah juga mengambil beberapa jambu biji. Dilemparkannya jambu-jambu itu ke pak Dhiaz, tapi tak pernah kena. Pak Dhiaz tertawa penuh kemenangan untuk itu.

Tawa pak Dhiaz membuat Aisyah semakin kesal saja. Tak ingin kalah, ia mendekat ke pak Dhiaz. Tapi pak Dhiaz memanjat ke dahan yang lebih tinggi. Itu membuat Aisyah jadi kesulitan untuk membalas keusilannya.

Tak patah aral, Aisyah berhasil menarik ujung celana panjang pak Dhiaz. Hampir saja celana dosen jahil itu melorot.

“Stop it Aisyah! Saya tidak pakai cel*na dalam, burung elangku bisa kelihatan kalau celanaku kamu tarik terus.”

“Ha ha ha, siapa suruh tidak pakai cel*na dalam.” Aisyah masih tak melepaskan genggamannya dari celana pak Dhiaz.

Kakek dan nenek yang berada agak jauh dari pohon jambu itu tidak bisa mendengar percakapan Aisyah dan Dhiaz. Yang mereka tahu, pasangan muda mudi itu pasti sedang cekcok. Benar-benar tontonan yang sangat menarik bagi mereka berdua.

“Kalau sampai celanaku melorot, siap-siap kamu kunikahi.” Mendengar ancaman itu, Aisyah langsung berhenti.

“Diihh, ogah saya dinikahi dosen killer seperti sir.”

Aisyah melompat turun dari pohon jambu itu. Pak Dhiaz ikut melompat turun. Mereka kemudian membantu kakek dan nenek memanen semangka.

Dalam hitungan menit, semua semangka yang matang sudah dipanen. Karena sudah tua, kakek dan nenek tidak mampu lagi mengangkat buah dari tumbuhan menjalar tersebut.

Jadi pak Dhiaz meminta mereka untuk langsung masuk ke rumah saja. Dia dan Aisyah lah yang akan membawa semangka itu ke dalam rumah.

Kakek dan nenek sudah jauh dari mereka berdua. Iseng, Aisyah memasukkan salah satu buah semangka itu ke dalam bajunya. Membuatnya terlihat seperti perempuan yang tengah mengandung saja.

“Aamiin,” kata pak Dhiaz kala melihatnya.

“Duhhh, cepat sir. Bawa saya ke bidan terdekat. Anakmu sudah mau keluar ini.”

Jleb, gurauan Aisyah ngena sekali di kalbu pak Dhiaz yang memang sudah mendambakan menjadi seorang suami. Hanya saja belum ia wujudkan, karena belum ketemu perempuan yang cocok untuk ia jadikan teman hidup.

“Hati-hati kalau bercanda! Jangan sampai kata-katamu itu diaminkan malaikat,” sahut pak Dhiaz kemudian melangkah dengan membawa dua buah semangka berukuran besar.

“Wuuuu baperan,” teriak Aisyah padanya.

Aisyah pun menyusul pak Dhiaz yang sudah agak jauh darinya, ia juga membawa dua buah semangka. Tapi yang berukuran sedang.

Terpopuler

Comments

Mega Ackerman

Mega Ackerman

Mampir lagi kak

2022-03-24

0

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

penasaran

2022-02-05

2

April

April

maksudnya Ilham apa ya ? kok jalan sama Keysa ?

2022-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!