Eps 3

Keesokan harinya, dengan tertatih Aisyah melangkah ke ruangan pak Dhiaz. Setelah mengucapkan salam, ia langsung masuk.

“Bagaimana kuenya, enak kan?”

“Iya, enak sir.” Aisyah membalasnya dengan nada tak bersemangat.

“Sudah pasti enak. Calon mertuamu memang pandai membuat kue,” kelakar pak Dhiaz demi mengembalikan mood Aisyah. Hanya di hadapan Aisyah pak Dhiaz bisa bercanda seperti itu.

“Keysya dan Ilham jadian sir.” Terlalu sakit, Aisyah jadi curhat pada pak Dhiaz.

“Memangnya kenapa kalau mereka jadian?”

“Ilham selalu bilang dia akan menikahiku. Tapi dia malah jadian dengan Keysya.”

“Wow, so cruel. Kamu yang sabar ya Aisyah. Itu tandanya Ilham laki-laki yang brengsek, jadi dia tidak pantas untuk jadi suami kamu.”

“Ditikung sahabat sendiri, ternyata sesakit ini sir.” Aisyah menangis sejadi-jadinya di ruangan pak Dhiaz.

“Aku tahu betul perasaan kamu seperti apa sekarang. Menangislah, tumpahkan semua kekesalanmu. Tapi setelah ini kamu harus move on. Kamu harus kuat Aisyah! Jangan biarkan mereka merasa menang karena penderitaanmu.”

“I can’t sir. Aku tidak bisa lagi berpura-pura kuat. Rasanya sakit sekali.” Aisyah tak berhenti menitikkan air mata.

Sejauh ini, ada banyak pengkhianatan yang menyakitkan baginya. Tapi ditikung sahabat sendiri adalah pengkhianatan paling sakit, yang pernah ia rasa.

Bagaimana bisa seseorang yang ia anggap sahabat, bahkan sudah seperti saudara kandungnya sendiri begitu tega mengkhianatinya? Mampukah ia menyembuhkan perasaan sakit yang Ilham dan Keysya berikan?

“Begini saja, saya bantu kamu balas dendam ke mereka. Tapi syaratnya, kamu juga mau bantu saya.”

“Bantu apa sir?” tanya Aisyah seraya mengelap air matanya.

“Kamu harus mau berpura-pura menjadi calon istriku. Sampai aku ketemu jodohku. Bisa?”

Aisyah mengangguk pelan. Perlahan ia berdiri, ia tak boleh menangis terus. Karena sebentar lagi akan ada kelas.

“Mulai sekarang, jangan pernah lagi bersedih di hadapan Keysya dan Ilham. Kalau mau menangis, lakukan tanpa sepengetahuan mereka. Jangan sampai mereka tahu kalau kamu sedih karena tahu mereka jadian.”

Terbukti, pengalaman adalah guru terbaik. Pak Dhiaz bisa begitu cakap menasehati Aisyah, karena ia pernah merasakan hal yang sama.

“Iya sir.”

Aisyah bersiap keluar dari ruangan itu. Saking sedihnya, Aisyah sampai lupa mengambil buku yang pak Dhiaz siapkan untuk bahan mengajarnya selama menjadi asisten nanti.

“Ini, gunakan saat di rumahmu.” Pak Dhiaz memberikan tisu berukuran besar.

Aisyah mengambilnya, “Terima kasih sir.”

“Makan coklat ini juga kalau sedang stress. Kalau habis, bilang ya. Nanti aku kasih lagi.”

Pak Dhiaz memberikan delapan bungkus SILVERQUEEN yang diambil dari lacinya. Banyaknya coklat yang ia simpan membuktikan, kalau ia sendiri juga masih rentan stress.

Aisyah mengangguk lagi, SILVERQUEEN itu dimasukkannya ke tas. Kemudian kembali ke kelas dengan wajah seolah sedang baik-baik saja.

Ia sudah bertekad, apa pun yang terjadi ia tak akan menampakkan kesedihannya di hadapan Keysya dan Ilham. Bahkan misinya saat ini adalah membalaskan dendamnya. Ia akan membuat mereka berdua menyesal telah menyakitinya.

Memasuki mata kuliah Writing. Bu Reka meminta mahasiswa menemukan satu kata yang tidak familiar, beserta dengan penjelasannya.

Aisyah dan teman kelasnya mulai mencari kata. Tiga puluh menit pun berlalu, bu Reka meminta semua mahasiswa untuk membacakan kata beserta maknanya.

“Next, Aisyah. Kata apa yang kamu dapat?”

Aisyah berdiri lalu mengucapkan kata yang ia dapat. “Mauerbauertraurigkeit ma’am.”

“Wow, unique. Lain daripada yang lain. Kata itu artinya apa ya?”

“Mauerbauertraurigkeit adalah perasaan ingin membuang teman atau sahabat dekat ma’am.”

Keysya dan Ilham saling melirik. Alih-alih merasa bersalah, mereka justru tertawa terbahak-bahak di kelas itu.

“Kalian berdua kenapa tertawa? Kalian pikir kelas ini kelas lawak? Sekarang juga kalian berdua keluar dari kelas ini. Saya tidak suka jika ada mahasiswa yang tidak serius dalam belajar di mata kuliah saya.”

Ilham dan Keysya terpaksa harus keluar. Tanpa sepengetahuan bu Reka, Aisyah melambaikan tangan pada mereka berdua. Senyum penuh kemenangan juga sengaja ia tampakkan.

Aisyah yang kemarin bukanlah Aisyah yang sekarang. Aisyah sudah keluar dari hubungan yang toxic antara ia dan Ilham.

Untuk apa juga ia bertahan pada sesuatu yang ia sendiri tak kuat untuk menghadapinya? Memang tak ada solusi terbaik dari sakit hati, selain move on dari masa lalu yang menyakitkan.

Hanya ada tiga kelas hari ini. Selesainya kelas bu Reka, Aisyah langsung pulang. Lagi, pak Dhiaz memberhentikan mobil di depannya saat ia menunggu angkot lewat. Ia diminta untuk masuk.

“Sesuai perjanjian kita tadi. Aku bantu kamu balas dendam dan kamu berpura-pura menjadi calon istriku.”

“Terus kita mau ngapain? Maksudnya apa yang bisa kubantu sir?”

“Kita ke rumah nenek, katanya dia mau kasih sesuatu ke kita.”

Di tengah-tengah perbincangan mereka, perut Aisyah berbunyi. Jam segitu, memang waktunya ia makan siang di rumah. Tapi hari ini tidak ia penuhi, karena pak Dhiaz langsung memintanya untuk ikut tanpa pulang ke rumah dulu.

“Nanti sekalian kita makan di rumah nenek,” ujar pak Dhiaz lalu melajukan mobilnya ke rumah nenek.

Di sepanjang perjalanan, mereka membisu. Namun mata mereka begitu aktif menangkap setiap keindahan yang mereka lalui. Sawah hijau nan membentang luas, memberi kenyamanan yang luar biasa saat memandangnya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

next kak othor..

2022-03-25

1

Mega Ackerman

Mega Ackerman

Jejak dulu

2022-02-10

1

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

🤣🤣🤣kasihan amat dikira punya anak

2022-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!