Santai aja kali. Nikmati hidup dulu. Jangan di rumah terus kamu tiap malam. Sesekali kamu harus tahu yang beginian." Ucap Rara yang kini sudah berdiri, dia pun bergoyang sesuai dengan irama musik yang diputar oleh DJ.
"Iya zahra, ayo kita berjoget." Teman mereka yang bernama Sinta menarik Zahra dengan paksa dan menggoyang-goyang badan Zahra, sambil tertawa-tawa.
Zahra kesal bukan main. Dia tidak suka yang begini.
"Kamu mau kemana? ayo joget lagi." Rara menarik tangan Zahra yang hendak meninggalkan tempat itu. Memaksa wanita itu untuk ikut bergoyang.
"Kamu benar-benar ya tidak menghargai ketulusanku, ingin berbaikan denganmu. Kamu hanya ingin berjumpa dengan Ayahku kan? baiklah, setelah kita happy-happy. Aku akan antar kamu ke tempat Ayah." Celetuk Rara, dia menjawir dagu Zahra dengan tertawa. Dia senang bukan main. Karena, dia akan membuat hidup Zahra hancur.
"Baiklah, aku tunggu di sana saja. Aku tidak suka berjoget." Ketus Zahra, berjalan cepat menuju sofa tempat tadi dia duduk.
Rara mengacungkan jempol pada Zahra, dengan terseyum. Dia bersikap seolah benar-benar tulis ingin berbaikan.
Waktu terus berlalu, dan kini sudah menunjukkan pukul 11 malam. Zahra sudah mulai merasa bosan dan kantuk. Dia ingik pulang saja. Tapi, Rara selalu menghalanginya.
"Kamu minum dulu, sebentar lagi kita ketemu Ayah. Ayah masih sibuk." Ucap Rara bohong, dia mengarang cerita. Padahal ayahnya saja tidak tahu, kalau dia buat acara perpisahan di klub malam.
"Aku gak mau minum begituan." Ucap Zahra menepis gelas yang disodorkan oleh Rara. Rara pun tertawa.
"Oh iya, kamu kan sukanya juice. Tapi sayang disini gak ada juice. Tenang saja, ada gantinya, kamu bisa minum sirup Kurnia. Hahahaha....!" lagi-lagi Rara mengejek Zahra. Wanita itu sudah setengah sadar.
Tak berselang lama, datanglah waiters membawa segelas minuman berwarna merah kepada Zahra.
"Ayo minum, itu sirup Kurnia. Kamu hauskan? aku sengaja pesankan buatmu. Padahal disini tidak ada disediakan meminum itu. Asal kamu tahu Zahra, begitu baiknya aku padamu. Tapi, kau selalu membantahku." Ujar Rara, dengan sempoyongan.
Zahra yang merasa haus itu pun mulai menyeruput minuman yang berwarna merah itu. Ya rasanya seperti sirup Kurnia. Itu sirup kesukaan Zahra. Karena, dia haus sekali dia pun meneguk habis minuman itu. Seketika dia merasa legah, karena kerongkongannya yang kering dari tadi, sudah dialiri oleh cairan.
Seger...!
"Ok Baby, nikmati malam ini." Rara menatap sinis Zahra, yang melihat gelagat Zahra mulai tidak tenang dan memegangi kepalanya. Seperti obatnya sudah bereaksi.
"Ra, kamu kasih apa ke minuman aku? koq kepala ku sakit banget setelah meminum minuman tadi?" ujar Zahra kesal, sambil memegangi kepalanya.
"Aku gak ada kasih racun sianida samamu. Kamu main menuduh saja. Mungkin kamu masuk angin kali." Jawab Rara berdalih. Matanya melirik kawannya di sebelahnya, memberi kode, agar aksi segera dimulai.
"Terserah deh, tali aku curiga samamu. Aku pamit pulang aja!" Zahra memegangi kepalanya, sambil meringis. Dia juga kini merasa tubuhnya panas. Ada rasa aneh di sekujur tubuhnya. Apalagi dia merasa darah berdesir hebat ke bagian inti bawahnya. Dia merasa bagian itu berdenyut-denyut.
"Apa kamu gak mau jumpa Ayah dulu?" Rara tersenyum sinis saat mengatakan hal yang diinginkan oleh Zahra. Berjumpa dengan pria itu, berharap diberi pinjaman.
"Pingin, tapi ini sudah jam dua belas malam. Kamu entah kapan mau mengantarku berjumpa dengan beliau." Ujar Zahra yang kini merasa tubuhnya semakin tidak terkendalikannya. Bahkan tubuhnya sudah berkeringat, bagian bawahnya semakin berdenyut-denyut. Ingin disentuh atau diapain, agar denyutannya hilang. Mungkin digesek-gesek atau digaruk.
Rara tertawa sinis, melihat Rara yang menggesek-gesek pahanya.
Mampus loh, hidupmu akan hancur. Rara membathin, menatap Zahra sinis. Tapi kedua bibirnya melengkung sempurna.
"Baiklah, kamu akan aku antar berjumpa dengan ayah." Rara pun mulai memapah tubuh Zahra yang sudah sempoyongan.
"Rara, aku curiga kepadamu. Kamu pasti berniat jahat padaku. Aku koq merasa tubuhku ada yang aneh..!" Zahra masih mencari pembenaran dari apa yang dirasakannya. Sesuatu rasa ganjal dan menuntut di bagian intinya.
"Bisa gak sih, sekali saja kamu jangan soudzon padaku. Aku tuh sudah mau berbaikan denganmu. Tapi, kamu seperti nya gak mau. Jawab Rara pura-pura kesal, merasa tidak dipercaya.
Tepat di depan kamar 119. Rara memasukkan kartu untuk membuka pintu kamar itu. Dia pun mulai membaringkan Zahra yang sudah seperti cacing kepanasan itu. Zahra benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Rara tersenyum puas. Misinya akan berhasil.
"Ya aneh saja, koq kamu jadi baik samaku." Zahra mulai tidak bisa mengontrol dirinya. Bahkan dia berkeringat, di ruang ber AC itu.
"Ra, koq panas banget sih, hidupkan ACnya dong!" Celetuk Zahra, entah kenapa dia merasa tidak berdaya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan dirinya.
Zahra yang polos, tidak tahu, kalau dia sudah diberi obat perangsang. Bahkan dia yang biasanya bersifat keras. Kini sudah seperti kucing yang manja, ingin mengelus-eluskan tubuhnya kepada orang lain.
"Kamu negatif Mulu. Sudah kamu tunggu di kamar ini. Aku akan panggilkan Ayah." Rara pun meninggalkan kamar itu, tanpa mengunci kamar itu. Dia ingin pria yang disewanya untuk merenggut kesucian Zahra. Bisa masuk sesuka hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Nafi' thook
Kasihan Zahra
2022-02-03
2
🍭ͪ ͩႮოi⛅ͧ ͫ ͥ
jaat btul c rara ni
..kasian dri mu zahraa..
2022-02-02
2
Fenti Husmala Dewi
lanjut,💪💪💪💪
2022-02-02
0