Mari pak, kita ke ruangan sekarang!" Ucapnya ramah sambil tebar pesona. Maklum ibu gurunya masih gadis. Wajar, khilaf saat lihat pria tampan, macho lagi. Secara di kampung jarang liat yang berkelas begini.
Syukur-syukur pria ini Duka (Duda kaya). Si ibu guru piket membathin sembari melirik Ezra yang berjalan di sebelahnya.
Sesampainya di ruangan BK. Ezra masuk dengan penuh wibawa. Para guru sempat tercengang melihat kharisma pria itu.
"Ayah, koq lama sekali datangnya. Aku sudah diomeli-omeli sama mereka." Ucap Rara sedih, wajah nya penuh kekesalan.
"Maaf Bapak, Ibu. Saya telat, karena ada insiden kecil tadi." Ezra tidak menggubris hasutan putri nakalnya itu. Ezra malah merasa sungkan kepada Guru-guru yang ada di ruangan itu. Kebetulan jumlahnya ada tiga. Yaitu, Guru BK, wali kelas dan Guru bagian kesiswaan.
"Iya Pak, silahkan duduk." Wali kelas Rara mempersilahkan Ezra duduk di sofa sederhana di ruangan itu.
"Begini Pak, mungkin Bapak sudah tahu tujuan kami mengundang bapak." Ujar Wali kelas penuh wibawa. Wanita paruh baya itu, memang berkharisma.
"Iya Bu. Maaf anak saya memang selalu berbuat kekacauan." Ucapan Ezra membuat para guru kembali tercengang. Biasanya, orang tua akan getol membela anaknya. Lah ini mana ikut-ikutan menyalahkan anaknya.
"Saya tahu kenapa putri saya berbuat seperti itu. Dia ingin dikeluarkan dari sekolah ini. Iya kan Rara?" Ezra menatap kesal putrinya. Kelakuan putrinya sama persis dengan istrinya. Gak ada akhlak, tahunya buat rusuh.
"Itu ayah tahu, lagian siapa juga yang mau sekolah di pedesaan." Jawab Rara enteng.
Para guru saling pandang. Ternyata sebelum mereka mengancam ingin mengeluarkan Rara. Malah anak itu ingin keluar dai sekolah itu.
"Saya sebagai orang tua Rara benar-benar minta maaf kepada semua pihak yang ada di sekolah ini. Saya harap, anak saya diberi surat pindah. Bukan surat pemecatan, kasihan anak saya jika dipecat. Karena dia akan sulit diterima di sekolah lainnya. Apalagi dia sudah kelas XII. Saya mohon kebijakan dari para guru-guru." Ezra benar-benar sudah membuang urat malunya. Harus merendah, karena putrinya memang salah.
Dia yang memberi hukuman kepada putrinya dengan menyekolahkan di kampung. Tepatnya di kampung Ibunya ternyata tidak membuahkan hasil. Nyatanya anaknya itu tidak berubah. Malah semakin brutal, karena jauh dari pengawasannya. Ezra salah ambil keputusan.
"Assalamualaikum... !" semua orang menoleh ke asal suara. Tampak Zahra sedang menggandeng Neneknya di ambang pintu.
Zahra terdiam di ambang pintu, karena terkejut melihat pria kaya yang menabraknya ada di ruangan itu. Begitu juga dengan pria itu.
"Ayo masuk Zahra." Ucap wlai kelasnya. Zahra dengan sungkan menggandeng Neneknya. Duduk di kursi yang kosong. Tepatnya di sebelah Rara.
"Lama kali sih loe, jemput nenek kempotmu itu." Ujar Rara penuh kebencian.
"Rara--- jaga mulutmu!" Hardik Ezra, Ayahnya. Rara pun menatap kesal Ayahnya yang duduk di sebelahnya.
"Baik semuanya sudah ada disini. Tidak perlu panjang lebar lagi mukoddimahnya. Tentu Bapak dan Nenek tahu, kenapa kami panggil kesini. Yang tak lain adalah, membahas masalah anak-anak kita yang melanggar peraturan.
"Pak Ezra, Rara selaku putri Bapak, selalu buat masalah di sekolah. Dan dia juga selalu mengusik Zahra."
Zahra terkejut mendengar wali kelasnya mengatakan bahwa pria yang disukainya saat pandangan pertama adalah ayahnya Rara. Zahra pun curi-curi pandang ke arah Ezra. Tahu Zahra menatapnya, Ezra pun tersenyum manis.
Dug..,
Jantung Zahra berdetak cepat, dia terkejut mengetahui fakta. Bahwa dia menyukai ayah dari musuh bebuyutannya.
Aachhhh... ini tidak benar, aku hanya kagum dan terkesima saja kepadanya. Karena dia baik. Zahra membathin, dia masih saja mencuri-curi pandang kepada Ezra.
"Terimakasih kami ucapkan kepada Nenek, yang sudah meluangkan waktunya, hadir ke sekolah ini. Sebenarnya Zahra tidak punya kasus. Kami hanya ingin memberikan penghargaan untuknya. Semua biaya sekolah Zahra untuk semester ini akan ditanggung sekolah." Ucapan Wali kelasnya Zahra, tentu saja membuatnya terkejut. Tadi pihak sekolah ngotot memanggil walinya, agar masalahnya saat praktikum di laboratorium selesai. Tenyata bukan masalah itu yang dibahas. Ehhmmmm..... Zahra telah di prank.
Sang Nenek, menatap semua orang di ruangan itu dengan perasaan haru.
"Terimakasih Nenek ucapkan kepada Bapak sekolah dan semua guru-guru di sini. Semoga Bapak/ibu diberi kesehatan dan rezeki berlimpah." Jawab Nenek Zahra dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat bersyukur punya cucu yang pintar dan berakhlak mulia.
Ezra yang mendengar semua percakapan Zahra dengan guru-guru nya menjadi simpatik kepada gadis itu. Sungguh karakternya sangat berbeda dengan putrinya.
Sedangkan Rara dibuat kesal, karena Zahra mendapatkan penghargaan. Dia menatap Zahra penuh dengan dendam dan kelicikan.
"Lihat saja, aku akan buat hidupmu hancur." Rara membatin, menatap Zahra dengan senyum devilnya.
Setelah pulang sekolah, Di parkiran, Rara menyamperin Zahra.
"Malam ini, aku akan adakan pesta perpisahan dengan teman-teman satu kelas kita di Hotel X X. Kamu datang ya! kamu tahu kan dimana letak Hotel itu?" tanya Rara dengan raut wajah penuh bersahabat. Tapi, sebenarnya dia sedang merencanakan sesuatu hal buruk pada Zahra.
Zahra menatap malas sekaligus heran pada Rara, kenapa wajah penuh bersahabat yang ditunjukkannya seolah kamuflase. Lagian tumben sekali Rara mengajaknya Party, biasanya juga dia tidak pernah diajak kumpul-kumpul di rumah Rara, atau di Hotel tempat satu gengnya nongkrong dan koro-koro.
Maklumlah Rara yang kaya raya, walau baru beberapa bulan sekolah di tempat itu. Dia sudah mempunyai banyak teman yang bisa disuapnya satu-satu. Hanya Zahra yang selalu bertolak belakang dengannya.
"Apa tujuanmu, mengundangku. Kamu kan tidak suka padaku?" jawab Zahra ketus, melanjutkan langkahnya ke arah motor bututnya.
Rara berdecak kesal, mempercepat langkahnya, agar bisa menyusul Zahra. Sebelum dia meninggalkan negara ini. Dia harus membuat wanita itu hancur.
Kamu negatif mulu menilaiku. Aku hanya ingin berbaikan denganmu. Maaf ya, aku selalu usil padamu. Aku hanya main-main saja. Tapi, kamu menanggapinya selalu serius." Ucap Rara dengan wajah penuh bersalah. Tapi, hatinya jangan tanya lagi, ketawa-ketawi karena Zahra sudah mulai terpengaruh dengan ucapannya.
"Ayah juga ingin berjumpa denganmu. Katanya ingin membantumu soal keuangan. Terus tadi Ayah juga cerita, bahwa kamu yang ditabrak mobil Ayah. Jadi, Ayah ingin memastikan keadaanmu." Ucap Rara tersenyum sinis. Karena, Zahra sudah masuk dalam jebakannya. Padahal, Ezra tidak ada mengatakan itu. Ezra hanya cerita, bahwa mobil ayahnya itu menyerempet motornya Zahra.
Zahra hanya diam sambil berpikir, benarkah Ayahnya Rara, Pak Ezra itu akan membantunya membayar hutang peninggalan Ayahnya yang banyak itu?
"Jangan bengong begitu. Jam delapan malam acaranya di Hotel XX. Ok, aku cabut dulu." Rara menepuk pelan pundak Zahra dan tersenyum lebar. Dia yakin, Zahra akan datang. Karena, dirinya sudah mengiming-imingi Zahra dengan uang. Rara tahu, bahwa Zahra selalu butuh uang banyak untuk bayar hutang ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Shopia Asmodeus
lanjuttt
2022-10-16
0
Nayla Indahsari
kok gak lsnjut
2022-02-01
1
Melly Maryani
next thor
2022-02-01
0