Nafisha
Sejak sang ibu meninggalkan Nafisha.Nafhisa di asuh oleh sang Ayah bernama Malik.Malik bekerja sebagai Nelayan di salah satu perairan Pulau Bintan.
Nafhisa (21),seorang gadis berkulit hitam yang memiliki sifat ramah serta polos.
Nafhisa sedang bermain rumah pasir bersama anak-anak di pulau sana.Dia terlihat senang dan bahagia.
Ketika mereka sedang berlari-larian di pinggir pantai.Nafhisa berteriak pada Nelayan di sana.Para Nelayan berlarian menuju ke arahnya.
"Ada apa Nak?"Nafhisa menunjuk seorang pria yang tak sadarkan diri.Pakaiannya masih melekat.Dan kejadian itu sepertinya baru terjadi.
Malik merasa detak jantung pria tersebut, "Dia masih hidup.Sebaiknya bawa ke rumah saya saja." tegas Malik membopong pria tersebut bersama Nelayan lainnya.
Nafhisa yang begitu penasaran.Mengikuti para Nelayan yang menuju ke rumahnya.Nafhisa dengan segera masuk ke dalam rumah panggungnya.
"Isah,ambil kan pakaian,handuk,dan sarung ya?"
"Ini Ayah.Dia siapa?"
"Entahlah,sepertinya dia di buang seseorang.Ayah melihat tubuhnya banyak goresan luka." ucap Malik sambil menunjukkan beberapa goresan pada putrinya.
Malik mengambil minyak gamat dan mengolesi luka pada tubuh pemuda itu.Dia juga menumbuk kunyit untuk di ambil airnya.Kemudian memberikan pada pria tersebut.
Beberapa minggu kemudian.Pemuda tersebut sembuh.Pemuda ini bernama Devan (28).Nafhisa yang masih polos dan lugu hanya memandang kelakuan Devan.Selain tampan,dia juga pengusaha muda yang memiliki bisnis di mancanegara.Tak heran banyak sesama pembisnis menginginkan kematian dirinya.
Malik yang tak ingin menimbulkan fitnah.Dengan terpaksa menikahkan Devan dengan Nafhisa.Awalnya Devan menolak.Namun mengingat rasa rindu pada keluarga.Mau tak mau dia harus berpura menerima Nafisha.
"Isah,Mas itu kangen banget sama keluarga di Jakarta.Pasti saat ini Mamah sedih dan mengkhawatirkan Mas," lirihnya sedih.
Nafhisa menunduk lalu melirik Devan, "Sungguh?".
"Iya sayang.Kalo kamu izinin,Mas mau pulang."
Devan mengambil tangan Nafhisa mencium dalam.Devan bersikap lembut dan romantis.Untuk menggelambui Nafhisa yang polos ini.
"Sebenarnya Isah berat Mas.Mas kan tahu Isah sedang hamil.Hamil muda lagi.Yang pastinya Isah itu gak bisa jauh sama Mas," Isak tangisannya lalu mengenggam tangan kekar itu.
"Mas janji.Begitu Mas sampai di Jakarta.Mas akan jemput kamu.Dan membawa kamu ke Jakarta.Kita akan tinggal di sana." ucap rayu Devan meluluhkan hati Nafhisa.
Nafhisa terlihat ragu pada ucapan Devan.Dia tak yakin kalo Devan akan menjemputnya.Namun Devan terus saja merayunya.
"Baiklah.Tapi ingat!Jangan bohong." tegasnya lalu turun dari tempat tidur kayunya.
"Tapi Mas butuh uang untuk ke sana?"
Isah terlihat diam.Dia tak mungkin menyerahkan uang yang dia kumpulkan berbulan-bulan untuk membeli mukena dan Al-Qur'an.
"Ayolah sayang!Mas lihat celengan kamu sudah berat," rayu Devan berdiri memegang kedua tangan Nafisha dengan lembut, " Mas itu cinta sama kamu.Ini juga demi masa depan anak kita.Mas pengen nantinya anak ini memiliki masa depan yang cerah. "
"Tapi Mas?"
"Mas janji." ucap Devan meyakinkan istrinya.
Dengan berat Nafhisah memecahkan celengan yang bersusah payah dia kumpulkan.
"Ini Mas,cukup?"Nafhisah menyerahkan uang tersebut.
"Masih kurang sayang?Ongkos ke Jakarta membutuhkan uang yang banyak.Bagaimana kalo itu?"Devan menunjuk ke arah kalung milik Nafisha.
"Jangan.Ini harta satu-satunya peninggalan ibu.Isah gak mungkin memberikan ini." Nafhisa menutup kalung dengan tangannya.
Lagi-lagi Nafhisa terlihat bingung.Antara suami dan amanah Ibu.Diana menyuruh untuk menjaganya.Diana mengatakan itu kalung sangat beharga dan jangan sampai di tangan orang yang salah.
"Oh,jadi kamu lebih sayang Mas itu ketimbang Mas suami kamu.Baiklah,Mas tidak akan memaksa kamu untuk memberinya." Devan sedikit kecewa,ia pergi meninggalkan Nafhisa di kamar.Devan ingin istrinya merasa bersalah.Dengan begitu,pasti Nafhisah menyerahkan kalungnya secara sukarela.
'Maafin Isah gak bisa jaga amanah ibu.Ini demi masa depan cucu ibu.' batin Nafhisa
Nafhisa melepas kalung dan menyerahkan kepada Devan,"Mas,ini kalungnya.Semua ini Isah lakukan demi anak ini.Tolong!Jangan kecewain Isah.' lirihnya mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya.
Devan mengucup pipi Nafhisah dengan lembut.Devan tersenyum semanis mungkin agar Nafhisa tak curiga padanya.
Nafhisa mengisi pakaian Devan dengan berat.Entah mengapa feelingnya tentang suaminya tiba-tiba muncul.Jika kepergian Devan ingin meninggalkannya untuk selamanya.
Nafhisa dan Malik melambai tangan.Dan meninggalkan pelabuhan saat kapal yang di tumpangi Devan mulai tak terlihat lagi.
Berbulan lamanya Nafhisa menanti.Suami yang ia cintai tak kunjung kembali.
"Ayah,mengapa Mas Devan tak kembali?"Nafhisa duduk di sebelah Malik.Dia memandang wajah Malik yang sedang merajut jaring yang putus.
"Ayah tak tahu Nak.Mungkin saja dia banyak urusan.Bukankah Devan sudah bilang dia orang kaya."Ucap Malik menggelambui putrinya.Dia tak ingin Nafhisa sedih berlarut.Serta menduga hal-hal yang buruk tentang suaminya itu.
Nafhisa duduk sembari memandang laut.Rasa kerinduan pada sang suami begitu berlarut.Tubuhnya semakin kurus dan tak berhenti menangis mengingat janji manis.
"Isah..."teriak Bibi Yanti sambil membawa sebuah koran bekas.
"Ada apa Bi?"Dengan cepat Nafhisa menepis air mata yang tumpah.
"Lihat ini!Bukankah ini Devan,suamimu?"tanya Bi Yanti menekan-nekan dengan jari pada foto Devan bersama wanita lain.
"Dia sudah punya istri,Nafhisah.Kau udah di tipu oleh dia.Dasar pria tak tahu berterima kasih.Dia hidup enak dan mewah.Sementara kau hanya meratapinya tanpa berusaha.Apa kau tak kasihan pada bayimu?Dia juga butuh seorang Ayah," ucap sindir Bi Yanti memancing.
Nafhisah berlari meninggalkan Bi Yanti seorang diri.Buliran air mata jatuh lagi tak henti.Kecewa,sedih,dan patah hati yang dia rasakan saat ini.
Nafhisa memeluk Ayahnya.Menumpahkan segala gemuruh menggetarkan hatinya.
"Kamu kenapa nak?"Malik mengusap puncak kepala Isah dengan lembut.
"Mas Devan?Mas Devan sudah menikah lagi."lirihnya melepas pelukan lalu menyerahkan koran itu.Hati Nafhisah begitu hancur.Segala pengorbanan yang dia lakukan menjadi butiran debu yang tak bearti.Karna terlalu lelah menangis.Nafhisah terjatuh lalu pingsan.
Malik membopong Nafhisa ke kamar.Kekhawatiran Malik ternyata terjadi.Rasa penyesalan membatin kecil di lubuk hati.Telah menikahkan putrinya dengan pemuda tak punya hati.
'Maafin Ayah.Semua ini gara-gara Ayah.' batin Malik sedih .
Nafhisa merenung pada teras rumahnya.Dia menunggu Malik pulang dari menjaring di laut.Sudah hampir dua jam dia menunggu.Namun sang Ayah tak kunjung pulang.
Karna begitu khawatir.Nafhisah menanyai pada Nelayan yang biasa pergi bersama Ayahnya.
"Pa__man,"teriaknya lalu memandang para Nelayan yang rautnya begitu sendu.
"Ada apa ini?Ayahku mana?"Nafhisah melihat salah satu Nelayan mendekat ke arahnya," Kamu yang sabar.Kami sudah mencoba mencari.Namun Malik tak kami temui.Hanya plastik ini yang kami temui."
Nafhisa mengambil plastik dengan tangan gemetar.Rasa takut menyelimuti hatinya saat ini.Bendungan mata yang dia tahan akhirnya tumpah tak berjeda.Nafhisa lagi-lagi harus kehilangan orang yang begitu dia cintai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Rasti Yulia
Devan ternyata tidak tahu Terima kasih.. sudah ditolong malah seperti itu.
aku mampir kakak... semangat ❤️❤️
2022-02-27
0