Belum jauh melangkah.Bi Asih berlari menahan tangannya.
"Isah," teriak Bi Asih lalu menarik tangannya.
"Kenapa Bi?Isah udah gak kuat lagi.Mereka pasti akan melukai janin ini.Isah gak mau bayi yang tidak berdosa ini menanggung dosa Ayahnya." lirih Nafhisa menghelus perutnya.Bening putih meluncur mengalir deras dari pelupuk matanya.
"Jangan pergi!Kau berhak memperjuang semua ini.Jika Isah pergi maka mereka akan menganggap kau kalah.Bi Asih percaya.Isah gadis yang kuat." ucap mohon Bi Asih.
Bi Asih mengusap air mata Nafhisa.Dia juga mengambil tas dan mengandeng Nafhisah masuk ke dalam.
"Kau itu punya Allah.Jangan lemah!Kau harus semangat demi anak yang ada dalam rahim kamu itu." kata Bi Asih menyemangati lagi .
"Tapi Bi ?"
"Isah,setiap rumah tangga pasti ada cobaan.Rumah tangga bukan sekedar berlandas pada cinta.Menjalani rumah tangga seperti Mawar.Indah tapi berduri.Yakinlah,Isah bukan sekedar cinta saja melainkan ada tersirat ibadah karna Allah." tutur Bi Asih mengusap puncak kepalanya.
Di Rumah Sakit,
Devan sedang duduk memandang Keyla.
"Devan,ceraikan Isah!" ucap Keyla tak memandangi putranya.Keyla masih kecewa dan marah.
"Tapi Mah?Isah sedang hamil."
"Gugurkan!Mamah tak mau anak itu membawa aib di keluarga kita.Mau letak di mana wajah Mamah?Punya menantu hitam,miskin,gadis pulau lagi.Kau juga ngapain menikah dengannya?Hamil lagi." keluh Keyla memarahi Devan.
"Maaf Mah."
"Iya Mas.Aku tidak mau jadi istri ke dua.Aku mau kamu ceraikan dia." gertak Meisya kesal.
"Baiklah.Kalau itu yang kalian inginkan."ucap Devan pelan.
Devan merasa serba salah.Meski tak menyukai Nafhisa.Devan tak sekejam Keyla dan Meisya.Dia tak mungkin membunuh darah daging yang tidak berdosa.
Devan mengemudi mobil dengan perasaan kalut.Mobilnya melaju dengan cepat.Tanpa sadar sebuah truk menabrak hingga mobilnya masuk ke dalam jurang.
Nafhisa sedang mengiris bawang.Dia mulai mencoba menenangkan hatinya.
"Isah,ada kabar buruk?"
"Apa itu Bi?" tanya Nafhisa cemas .
"Tuan Devan mengalami kecelakaan."
Pisau yang dia pegang terlepas.Hatinya terenyuh memikirkan Devan.Meski Devan mencaci,menghina,dia tetap saja memaafkan.
Nafhisa keluar menuju Rumah Sakit yang Bi Asih berikan padanya.
"Mas," lirihnya memandang Devan yang terbaring dengan selang yang menempel pada tubuhnya.
"Isah,ngapain kamu ke sini?Dasar gadis pembawa sial." sindir Meisya mengusirnya.
"Aku ingin menjenguk Mas Devan.Aku mohon Meisya!Kali ini saja."
"Tidak,kau itu tahu dirilah.Aku ini calon istrinya."
"Kau itu baru calon tapi bangga selangit.Sementara aku istri sahnya.Sebaiknya kau minggir." cetus Nafhisa menerobos masuk.
Melihat Nafhisa,Askan jadi teringat pada kejadian dulu.
"Kau siapanya?"tanya Askan selaku dokter yang menatangani Devan.Nafhisa terlihat aneh saat dia mengenggam tangan Devan dan menciumnya.Bahkan tangan Devan basah karna air matanya.
"Kau tak perlu tahu aku siapa.Yang pastinya dia orang yang sangat bearti buat anakku." lirih Nafhisa mengusap air matanya.
Nafhisa merawat dengan penuh kasih sayang.Tanpa mengeluh meskipun dia sedang hamil.
Kini Devan mulai menggerakkan jarinya.Nafhisa mengurusnya dengan sabar dan telaten.
Devan mulai membukakan matanya.Dia terkejut saat Nafhisa tertidur di sampingnya.Devan mengusap lembut kepala Nafhisah.Ada rasa penyesalan terdalam.
"I___sa__h" ucap lirihnya,Nafhisa mendengar itu tersadar.Nafhisa menangis mencium tangan Devan.
"Jangan gerak dulu,Mas.Isah mau panggil dokter." ucap lembutnya.
Dokterpun menjelaskan dengan pelan.
"Sepertinya Devan mengalami lumpuh.Tapi,kau tak perlu khawatir.Lumpuh ini tak bersifat permanen.Dan kau beruntung mempunyai perawat seperti dia.Dia merawatmu dengan sabar.Bahkan bukan hati saja yang cantik melainkan rupanya juga." puji Askan menepuk pundak Devan.
"Apa maksudmu?"Devan memandang heran pada ucapan sahabatnya.
'cantik rupa?' batin Devan
Hari ini,Devan sudah di izinkan pulang.Nafhisa mendorong Devan menuju kamarnya.
"Mas,Isah mau ambil makanan dulu." ucapnya menyandarkan Devan di tempat tidur.Devan hanya mengangguk lalu memanggil Nafhisa yang sudah menjauh.
"Nafisha,tunggu."
"Apa Mas?"ucap Nafhisa sembari memutar tubuh menuju ke arah suaminya.
Devan memeluk Nafisha,"Maafin mas ya!Sudah menyia-nyiakan istri seperti kamu."
Nafhisa tampak ragu membalas pelukan itu.Mengingat perjanjian yang telah dia sepakati dengan Keyla.
Kini Nafhisah tersenyum lebar.Hasil kerjanya memberi perubahan positif pada kesembuhan Devan.Devan kini bisa berjalan.Namun mengingat Devan akan menikah hatinya teriris.
"Mah,aku mau bicara?" ucap Devan.
Devan mulai menyadari kebaikan istrinya.Dia mulai menerima kehadiran Nafhisa.Dan ingin membatalkan pernikahannya.
"Bicaralah."
"Mah,aku ingin Mamah membatalkan pernikahan aku dengan Meisya." kata Devan tanpa ragu.
"Tidak.Pernikahan kamu tetap di lanjutkan.Bahkan persiapannya sudah hampir selesai."tegas Keyla lalu meninggalkan Devan.
"Aku mohon,Mah."
"Asalkan kau tahu!Mamah mengizinkan Isah tinggal dan mengurusimu karna dia sudah menyetujui perjanjian." tegas Keyla menyerah kasar surat perjanjian tepat pada bidang dadanya.
Devan seakan tak percaya.Keyla bukan saja ingin memisahkan Nafhisah dengannya.Dia juga ingin Nafhisa membawa bayi itu pergi jauh.Keyla tak ingin kehadiran bayi itu membawa malapetaka bagi keluarganya.
"Mamah jahat?Kenapa Mamah tega memperlakukan Isah seperti ini.Dia itu cucu Mamah.Darah daging aku." bentak Devan pada Keyla . Devan meremas perjanjian dan melempar ke arah Mamahnya.
Keyla tak peduli.Pernikahan tetap di lanjutkan.Dia tak peduli pada Devan.Apalagi Nafhisa,menantu yang tak di anggap olehnya.
Hari ini Devan akan menikah.Tepatnya dengan Meisya.
Semua tamu silih berganti memasuki hotel berbintang lima.Ingin menyaksikan ijab kabul dari Devan Bahadir.Pemilik Astra grop, perusahaan yang bergerak di bidang Manufactur.
Nafhisa hanya memperhatikan saja.Dia duduk bersama Bi Asih.Bi Asih merasa terharu atas ketegaran Nafisha.
Askan yang mengetahui siapa Nafisha merasa kasihan.Sebuah ide cemerlang keluar muncul tanpa sengaja.
"Isah,masih ingat aku!"
Nafhisa terdiam.Dia tak ingin mencari masalah baru pada pria di depannya ini.
Semua orang memandang sebelah mata pada Nafhisa.Gadis hamil berkulit hitam berdiri dengan seorang pria.
"Bisa-bisanya pria itu suka dengan gadis itu?" ucap tamu menyindir.
"Iya.Dia kan pembantu Tuan Devan.Kenapa genit gitu.Malah dia mendekati dokter Askan,temannya Tuan Devan." sahut tamu di sana menimpali.
Nafhisa mulai melangkah pergi.Saat langkah mulai berjalan tiba-tiba seorang pelayan menabraknya.Alhasil Nafhisa jatuh ke dalam kolam renang.Semua orang menertawakannya.
Dengan cepat Nafhisa naik.Namun kali ini orang-orang justru memandang aneh padanya.Dia terlihat cantik membuat para kaum adam terpelongo memandang.Nafhisa berlari dan menutup sebagian wajahnya dengan hijabnya.
Askan senyum semeringai.Dia merasa puas melihat Devan gelisah.
Devan mengejar Nafhisa.Nafhisa sedang mengisi pakaian di dalam tasnya.
"Isah,mengapa kau menyembunyikan ini pada aku?"Devan memeluk Nafhisa.Berharap Nafhisa merubah pikirannya.
"Aku ingin melihat betapa besar kau mencintai dan menerima aku.Dan hari ini sangat jelas.Kau menikahi Meisya tanpa memperdulikan perasaan aku.Sebesar apapun upaya aku untuk mengambil hatimu.Tetap saja itu sia-sia." ucap Nafhisa sedih.
"Siapa bilang?Aku mencintaimu.Tolong jangan pergi." mohon Devan memegang kedua tangannya.
"Kau dusta?Kau hanya ingin memberikan harapan palsu.Seperti kau melakukan itu padaku dulu.Aku bukan Nafhisa yang dulu."tegas Nafhisa.
Devan mengenggam tangan Nafhisa.Devan berjalan menuju para tamu di sana.Nafhisa hanya mengikuti tanpa berkata.
"Pernikahan ini aku batalkan." tegas Devan memandang para tamu yang di sana.
"Devan,apa yang kau lakukan?" bentak Keyla melepas genggaman tangan Devan.
"Percuma Mah.Aku sudah memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan aku dan Nafhisa.Dan kau Meisya!Ku harap kau bisa terima." ucap tegas Devan melangkah meninggalkan keluarga dan para tamu di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ammy
nah gitu dong, tegas...
2022-11-23
0