Nafhisa hanya bisa pasrah pada Takdir-Nya.Dia hanya bisa memeluk baju sang Ayah.
"Isah,sebaiknya kau menyusul saja ke Jakarta.Ini uang sumbangan dari kami semua.Kau harus menemukan Devan.Bagaimanapun bayi di perutmu itu darah dagingnya." Ucap Bi Yanti.
"Iya Isah.Kau dan anakmu itu berhak bahagia." sahut para warga lain memberi semangat padanya.
Nafhisa tersenyum berat memandangi warga di sana.Dia pun bertekad ke Jakarta.
Nafhisa mengenteng tasnya menuju Pelabuhan.Rasa takut dia tepiskan.
Nafhisa tersenyum saat memandang kota Jakarta metropolitan.Dia berjalan sambil menghelus perutnya yang mulai membucit.
'Sebentar lagi kita akan ketemu Ayah.Ibu tak peduli meskipun nanti Ayahmu pasti tak mengakuinya.Ibu akan berjuang demi kamu,sayang.' batin Nafisha menyemangati dirinya.
Nafhisa duduk sambil memakan nasi yang dia beli.Berhari-hari dia tidur di pinggiran jalan.Namun tak meluntur semangatnya untuk mencari suaminya.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Meisya.Meisya saat itu sedang di ganggu oleh pengemis.
"Mbak berikan kami sedekah.Seharian kami belum makan," pinta pengemis .
"Hush...pergi sana!"Meisya bukan memberi malah mengusir.Bahkan menghina si pengemis.Hingga si pengemis marah dan menarik paksa tasnya.
"Tolong," teriak Meisya dengan lantangnya.
Nafisha mendekati si pengemis yang di kerumuni orang banyak.
"Ini ada apa?Mengapa kalian malah memukulnya?"Nafhisa memandang orang-orang yang di sana.Mereka tak merasa kasihan pada pengemis yang sudah memegang perutnya yang kelaparan.
"Ini bu,ambillah."Nafhisah menyerahkan uang biru lalu menyuruh pengemis itu memberikan dompet Meisya.
Meisya memandang akhlak mulianya.Nafhisah yang terlihat hidup di kalangan bawah justru gemar berbagi.Sedangkan dirinya yang hidup mewah tapi enggan,bahkan berat.
"Tunggu!" panggil Meisya lembut .
"Apa mbak?"Nafhisa memutar tubuh lalu menuju ke arah Meisya.
"Kenapa kamu memberinya uang?Dia masih kuat bekerja." tegas Meisya merasa heran.
"Aku melakukan itu bukan meminta balasan manusia.Kalaupun dia kuat ataupun sehat itu urusannya.Aku hanya mengharap balasan dari Allah," tegas Nafisha lalu meninggalkan Meisya.
Nafhisa terus saja berjalan.Tujuannya ke Jakarta mencari suaminya.Dia juga mencoba mencari alamat Devan lewat koran yang dia baca kemarin.
Nafhisa tersenyum merekah.Mendapati pria yang dia cari memasuki sebuah gedung mewah untuk menghadiri meeting dengan klien.
"Mas Devan...!" teriak Nafhisa kuat , Nafhisa berlari memeluk Devan.Dia sangat merindukan suaminya.Dia tak peduli dengan orang yang memperhatikan ulahnya.
Devan terlihat tegang.Begitu juga asistennya Nathan.
"Lepaskan aku!" pinta Devan dengan suara lantang.Devan juga mengusap-usap pakaian bekas serangan Nafhisa.
"Kau merasa jijik?Aku ini istrimu.Dan anak yang ada dalam rahim aku saat ini adalah anak kamu." Nafhisa mengambil tangan Devan mendekapkan pada perutnya.
"Apa yang kau lakukan gadis gila?Kau pikir aku percaya.Bilang saja kau mintak sedekah.Nathan berikan uang itu padanya!" titah Devan menyuruh Nathan memberikan uang dari kopernya.
"Ini,Pak!" Devan melemparkan uang tepat di wajah Nafhisa hingga matanya terpejam.Saat tersadar uang itu bertaburan di lantai.
"O,begini cara membalas kebaikan orang.Pria sepertimu tak ubah seperti binatang.Setelah membuat gadis orang hamil lalu kau meninggalkannya begitu saja," sindir Nafisha sambil memunguti uang dan menyerah kembali uang ke Devan.
Devan tak menyangka Nafhisa yang polos ini bisa berani melawannya.
"Pergi kau dari sini!" Devan mengarah jari menyuruh Nafisha keluar.
Dengan santai Nafhisa berdiri di hadapannya.Dia merapikan pakaian Devan.
"Aku tak butuh uang.Aku hanya ingin kau mengakui bayi ini.Sepandai-pandai kau menyembunyikan bangkai nanti juga tercium baunya," cetus Nafhisa mengancam .
Nathan merasa heran pada Devan.Sejak kejadian tadi.Devan merasa gelisah.Dia juga tak fokus dalam meetingnya.
"Dev,kau mengapa?Dari tadi kau seperti ketakutan.Siapa gadis itu?Apa benar dia istrimu?Aku sangat mengenalmu." tanya Nathan penasaran .
Devan tak menjawab.Pikirannya sudah mulai tak tenang.Kehadiran Nafhisa akan mempengaruhi popularitasnya.
"Iya,dia memang istri aku.Aku terpaksa menikahi dirinya.Hanya untuk memanfaatkan dia." Devan menyandar kasar tubuhnya.Dia mengusap kasar wajahnya.
"Tapi dia hamil?Bagaimana kalo orang tua kamu tahu?Kau benar-benar dalam masalah besar."
"Arghhh," teriak Devan berdiri menghentak kasar meja kerja.
"Tenang Dev.Kau tak perlu gegabah.Kita harus cari cara untuk menyingkirkan dia."
"Ya,kau benar.Tapi,bagaimana caranya?"
"Kau ancam saja dia.Jika dia berani menceritakan hubungan kau dengan dia.Maka janin itu tak kan bisa melihat matahari.Perempuan itu selalu menggunakan perasaan.Percayalah!" ucap Nathan meyakinkan sahabatnya.
Sepulang kerja,Devan bergegas mencari Nafisha.Karna kelelahan,dia memutuskan kembali ke Mension miliknya.
Baru ingin membuka pintu kamar.Dia terdengar suara gadis sedang mengaji di sudut kamar sana.Devan pun mencari dan menuju ke arah kamar tersebut.
"Mas Devan,baru pulang ya?"Nafhisa mencium tangan suaminya.Dia beranjak menuju dapur.Menyiapkan makam malam untuk keluarga suaminya.
Devan terpelanga sambil mengusap-usap matanya.
'Apa aku mimpi?Bagaimana bisa dia di sini?' batin Devan berpikir .
"Devan,kamu ngapain di sini nak?"tanya Keyla,sang Mamah.
Devan menuju kamar tanpa berkata.Masalah tadi belum selesai.Sudah datang masalah baru.
Devan keluar lalu menuju ruang makan.Dia tak melihat Nafhisa lagi.
"Mah,ini siapa yang masak?Tumben-tumbenan ada lauk seperti ini?Biasanya masakan luar negeri," cetus Devan sambil mengunyah.
"Enak ya?"
"Enak Mah.Dulu waktu aku terdampar di pulau makannya lauk seperti ini.Apalagi gulai asam pedas ini,menjadi lauk favorite aku." kata Devan yang tak menyadari kalo Nafisha mendengarkan ceritanya.
"O,ya?"ucap tak percaya Keyla.
"Emang siapa yang masak?"
"Nafisha,nak!"
Devan menghentikan makannya.Matanya membulat saat Nafisha sudah ada di hadapannya.Demi menyembunyikan hubungan dia dan Nafisha.Devan berpura-pura tidak mengenalinya.
"Siapa dia,Mah?"
"Pembantu baru kita.Tadi itu Mamah hampir kecopetan.Untung saja,ada Nafhisa yang bantu.kalo gak ada dia,mungkin Mamah sudah di Rumah Sakit."
"Kenapa gitu?"tanya penasaran Devan.
"Demi membantu Mamah.Lengan tangannya berdarah.Mamah juga kasihan dengannya.Dalam hamil muda suaminya malah meninggalkan dia?"ucap Keyla merasa kasihan pada Nafisha.
"Sungguh?Lalu Nafishanya mana?"Devan memandang ke segala arah.
Setelah selesai makan.Devan mencari Nafisha di dapur.Dia juga memarahi Nafisha.Dan menuduh kalo ini terjadi karna rencana busuk Nafhisa yang sengaja dia buat.
Devan menarik tangan Nafisha.Nafhisa terlihat tenang dan santai.
"Nafisha,kamu sengaja kan?"bentak Devan menatap tajam Nafhisa.
"Maaf Mas,aku juga tidak tahu kalo wanita itu Ibumu.Aku menolongnya karna panggilan hati.Bukan kesengajaan,ataupun yang kau tuduhkan itu padaku," lirih Nafhisa tunduk.
"Awas saja!Kau menceritakan hubungan kita.Ingat itu!" gertak Devan menunjuk perutnya, "Kalau kau berani,maka aku jaminkan bayi ini tidak selamat!"
Devan meninggalkan Nafhisa dalam duka.Bahkan dia tak peduli pada pengorbanan Nafhisa yang rela membantu dia dan Mamahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Rasti Yulia
Ya ampun, jahat sekali tuh si Devan, padahal Isah udah tulus menolong 😟😟
2022-03-01
0