Batu Setan dan Desa Verals #4

*Ktepak! Ktepak! Ktepak!*

*Ngiiik*

Suara tapak kuda yang saling beriringan membuat debu tanah berhamburan keudara. Ditambang suara lengkingan kuda setiap kali sang kusir memecut kudanya.

Kereta kuda mewah yang berisi Jesper Eryk yang dikawal oleh tentara kudanya yang mengikuti dari belakang.

Jesper Eryk terlihat begitu kesal, dia terus-terusan menggaruk kepalanya. “AKKKKH!”

*Brak*

“Yang benar saja!” dia memukul dinding kereta kudanya cukup keras. “ Apa-apaan bocah itu!” Teriak Jesper.

Raut wajahnya terlihat begitu kesal dan seakan tidak percaya apa yang telah terjadi pada dirinya. “Bagaimana aku melaporkannya kepada tuan besar.” Jesper menundukan kepalanya, dan mengingat kegagalannya oleh seorang bocah.

Perasaan bingung, takut kini bercampur aduk dalam diri Jesper, sepanjang jalan dia terus memikirkan alasan yang logis untuk dilaporkan kepada tuan besar.

Hari sudah malam, dan tibalah rombongan Jesper didepan pintu gerbang besi yang dihiasi ukiran sayap burung berlapis emas cair dengan pilar tembok yang membuat gerbang besi itu terlihat kokoh dan sulit untuk ditembus.

Sebelum rombongan Jesper memasuki gerbang, terdapat seorang tentara lainnya yang sudah berdiri didepan gerbang dari tadi. Dia menghampiri kereta kuda Jesper, dan tak lama Jesper membuka jendela kereta kudanya.

Tentara itu memiliki tatapan yang tajam pada Jesper. “Buka!” UCap tentara itu.

*Kreeeek*

Gerbang dibuka oleh tetentara lainnya yang bertugas untuk menjaga pintu gerbang.

*Pak Pak Pak*

Kuda Jesper kini berjalan santai memasuki gerbang mengikuti jalur setapak. Sepanjang jalan setapak dihiasi oleh berbagai macam bunga, pepohonan yang rindang, dan lampu penerangan yang menyinari jalan setapak.

Hingga pada akhirnya terlihat sebuah mansion yang begitu besar megah dengan atap mengerucut, ditambah beberapa menara-menara besar disekitar mansion itu.

*Ngiiiik Ngiiik*

Sang kusir menarik tali kudanya, membuat para kuda pengangkut kereta berhenti tepat berada didepan pintu masuk mansio itu.

*Tap Tap Tap*

Terdapat 2 tentara yang berjalan menghampiri kereta kuda Jesper yang kemudian membukakan pintu keretanya. Dan salah satunya menyambut Jesper. “Selamat datang tuan. Tuan besar telah menunggu Anda.” seru salah seorang pengawal.

Mendengar itu, Jesper sedikit terkejut. “Baiklah” Jawab Jesper sambil membasuh keningnya dengan saputangan yang dia simpan.

Jesper memasuki mansion tersebut dan berjalan menuju ruangan tempat tuan besar biasa menunggu.

Setiap langkah yang ia tempuh, membuat rasa takut dan paniknya makin bertambah. “Bagaimana ini?” Tanya jesper dalam hati.

Dan tibalah Jesper didepan pintu.

“Sniiif...Haaah...”

Jesper menarik nafas yang dalam sebelum masuk kedalam ruangan itu.

*Kreek*

Jesper membuka pintu itu, dan disambut oleh sebuah karpet merah yang berada diruangan iut. Itu adalah ruang aula, tempat biasa sang tuan besar menunggu berita tugas yang biasa beri kepada para bawahannya. Dan sang tuan besar sedang duduk dikursinya sambil memegang segelas anggur merah ditangannya.

Jesper kemudian berlutut. “Selamat malam tuan Daizon” Jesper mengucap salam kepada Daizon Eryk sang kepala keluarga Eryk.

Daizon Eryk, sang kepala keluarga yang sudah menjabat selama 20 tahun. Walau dia sudah berumur 64 tahun dilihat dengan janggut dan rambutnya yang mulai memutih. Tetapi dia memiliki tubuh yang tinggi dan besar ditambah dengan otot-otot yang selalu dia latih sewaktu dia masih muda.

“Hmm” Balas Daizon menjawab salam Jesper.

Suasana menjadi hening sejenak.

*Glup*

Daizon meminum sedikit anggur merah ditangannya.

“Bagaimana hasilnya?” Tanya Daizon sambil memerhatikan gelas anggur mewah miliknya.

Mendengar itu, seluruh alasan yang telah Jesper rangkai dalam kepalanya tiba-tiba buyar. “Maaf tuan saya telah gagal” Ucap Jesper yang masih berlutut dan menundukan kepalanya.

Suasana kembali menjadi hening, dan Daizon kembali meminum anggur merahnya.

“Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, karena manusia adalah tempatnya berbuat salah.” Ucap Daizon dengan santai.

Mendengar itu, Jesper tersenyum dan langsung mengangkat kepalanya. “Tua-”

*GRIP*

Tiba-tiba Jesper merasakan sesuatu mencekik lehernya.

“Tetapi kau tahu kalau aku tidak suka dengan kesalahan.” Daizon tiba-tiba langsung berubah 180 derajat, saking marahnya membuat kerutan pada dahinya hampir menyatukan kedua alisnya.

*BRAAK!!*

Jesper seketika terbanting kelantai dengan sangat keras, membuat beberapa lantai menjadi retak.

“OHOK! OHOK!” Jesper batuk hebat disertai darah yang menetes dari mulutnnya.

Dengan tatap mata sinis. “Sudah gagal menjalakan perintah, kini kau mengotori ruanganku.” Ucap Daizon.

Jesper berusaha bangkit dan mulai bersujud didepan Daizon. “Ma- maafkan aku tu-tuan.” Ucap Jesper sambil terbata-bata berharap mendapat pengampunan.

Jesper kemudian merasakan sebuah angin pada lehernya dan kembali mencekiknya lebih kuat kemudian menangkat tubuhnya keudara, kaki Jesper menggeliat-geliat untuk mencari pijakan.

Nafas Jesper sudah hampir habis, tetapi ketika Jesper ingin pingsan. Daizon melepaskan cekikannya.

*Braak*

Membuat tubuhnya kembali terjatuh kelantai dengan darah yang mucrat keluar dari mulut Jesper.

“Ukhuk! Ukhuk!” Jesper kembali bisa bernafas kembali, tetapi tubuhnya sudah sangat lemas, tetapi Jesper tetap berusaha untuk bangkit dan kembali sujud pada Daizon utnuk mendapat pengampunan. “Ku-mohon ampu-ni ham-ba tuan.”

“ Siapa yang menggagalkan mu itu?” Tanya Daizon.

“Dia seorang bocah dari desa itu tuan.”Ucap Jesper. “Dia memliki kelainan albino, tetapi kekuatan sihirnya sangatlah besar, dia bahkan tidak memerlukan mantra dan segel tangan untuk menggunakan sihirnya”

Mendengar itu membuat raut wajah Daizon berubah, dan dia agak sedikit terkejut mendengarnya.

“Bocah? Siapa namanya?” Tanya tuan Daizon.

“Aku mendengar teman-temannya memanggil dia Antonio.”

Suasana kembali hening, kini Daizon menaruh gelas anggur merahnya di meja kecil yang tepat berada disampingnya.

*Prok Prok Prok*

Daizon bertepuk tangan dan sebuah senyuman kini melebar pada wajah Daizon. “HAHAHAHA. Kerja bagus Jesper, Aku salut kepadamu.”

Mendengar itu, Jesper merasa sangat senang karena dia seperti mendapat pengampunan, dan dia kembali mengankat kepalanya. “Terimakasih tua-” Namun Jesper sangat terkejut melihat ekspresi Daizon.

“Siapa yang menyruh mu untuk mengangkat kepala?” Emosi Daizon kemblai meluap. Kemudian mengangkat jari telunjuknya dan diarahkan kepada Jesper.

*CRAAT*

Dan seketika tubuh Jesper langsung bertebaran keseluruh ruangan yang seakan terpotong oleh sesuatu.

“Pelayan!” Panggil tuan Daizon.

Dan tak butuh waktu lama 5 orang pelayan dan sudah tiba dihadapannya.

“Bersihkan ini!” Suruh tuan Daizon kepada pelayannya.

“Baik tuan” Jawab para pelayan dengan serentak sambil membungkukkan badannya.

***

Daizon pergi meninggalkan ruang Aula dan Berjalan menuju ruang bawah tanah yang ada di mansion tersebut.

Dia ruang bawah tanah ini berisikan sebuah perpustakaan yang tidak cukup besar dan hanya diterangi oleh beberapa obor dan lilin.

Lalu Daizon mengambil salah satu buku dari rak buku yang ada disitu.

*Drrr*

Ketika buku diambil lantai yang berada ditengah ruangan terebut terbuka, dan ada sebuah tangga yang menuju kebawah.

Lalu Daizon mengambil salah satu obor dari perpustakaan bawah tanahnya dan berjalan menyusuri tangga itu.

Tangga itu sangatlah panjang dan semakin ia menyusuri tangga itu, bau busuk semakin menusuk hidung.

Tetapi Daizon dengan santainya menyusuri tangga itu seperti tidak ada apa-apa.

Dan tibalah Daizon disebuah pintu kayu hampir rapuh yang terkunci. Lalu dia menempelkan salah satu tangannya, dan seketika lingkaran sihir berwarna hitam muncul pada punggung tangan Daizon yang menempel pada pintu kayu itu.

*KREEEEEEEK*

Pintu itu perlahan terbuka dengan sendirinya.

Dan didalam sana terdapat tumpukan mayat-mayat manusia yang telah membusuk memenuhi ruangan tersebut. Dan banyak dari mayat itu pada bagian dada dan kepalanya yang bolong dan hancur.

Dan dari atas tumpukan mayat-mayat itu terdapat sesosok yang sedang duduk dan seperti menyantap para mayat manusia tersebut.

*Krauk Krauk Krauk*

Sosok itu memakan mayat manusia dengan sangat rakus.

“Kau rakus seperti biasanya ya tuan.” Sapa Daizon.

Tiba-tiba sosok itu melirik kearah Daizon dengan mata merah menyalanya. “Kau mengganggu makan malam ku. Sebaiknya kau membawakan berita bagus.” Jawab sambil lanjut mengunyah mayat daging manusia dengan gigi runcing tidak beraturan miliknya.

Daizon menyeringai. “Tenang saja tuan, aku membawa berita yang sangat bagus...”

“...Tuan Gluttony”.

***

“Adu-duuh” Kenrick berusaha untuk berdiri dan dibantu oleh beberapa orang warga lainnya.

“Sepertinya, ma-salah ini sudah selesai.” Kenrick sedikit terbata-bata. “Sebaiknya kalian kembali kerumah masing-masing!”

Dan satu persatu warga desa yang berkumpul dirumah Antonio mulai pergi meninggalkan rumah Antonio dan pulang kerumah masing-masih karena haru sudah gelap.

Begitu juga dengan Adam dan Amalia. Mereka juga memutuskan untuk pulang.

“Sebaiknya kita juga pulang. Amalia” Ucap Adam.

“Iya” Balas Amalia singkat.

“Amalia, apa kau mau aku antar?” Ucap Antonio.

Amalia melirik ke Adam seperti dia mengharapkan sesuatu kepada Adam.

“Antonio, lebih baik kau rawat paman dulu. Lukanya sepertinya belum pulih sepenuhnya.” Balas Adam.

“Uhuuk...Uhuuk... Aku sudah tidak apa-apa" Balas Kenrick.

Antonio menatap ayahnya yang memang masih belum pulih dengan lukanya. “Baiklah, Kalian hati-hati dijalan.” Dengan perasaan sedikit kecewa dalam hatinya.

“Iya.” Jawab Adam.

“Baiklah Amalia, kau juga.” Adam menatap Amalia dengan mimik wajah cukup serius.

“Walau rumah dekat kau juga harus hati-hati, udara sudah mulai dingin dan kita tidak tahu apakah orang-orang tadi akan kembali atau tidak. Jadi lebih baik kau langsung pulang kerumah.” Ucap Adam.

Adam kemudian menunujuk arah rumahnya yang berlawanan dengan arah rumah Amalia“Kalau begitu aku pulang ya.” Ucap Adam sambil mengacungkan ibujarinya.

Wajah Antonio sedikit terkejut dengan ucapan Adam tadi.

Senyuman tipis Amalia pun sirna menjadi kekecewaan yang terukir pada mimik wajahnya.

Melihat itu, sedikit menghibur Kenrick. “Anak muda.” Ucapnya dalam hati.

Dan akhirnya Adam, Amalia, Dan Antonio pergi kerumah masing-masing.

Sesampainya dirumah.

“Ibu aku pu-.” Adam terkejut melihat ibunya yang sedang menunggunya diruang depan rumahnya sambil menyilangkan tangannya dan tentu saja ibunya terlihat marah.

“ADAM DARIMANA SAJA KAMU!” Tanya ibunya.

Adam ketakutan sampai dia menjawab pertanyaan ibunya sampai tebata-bata “Da- Da-ri rumah An- Antonio bu,” Perasaan panik mulai menyelimuti seluruh tubuh Adam.

*PLAK*

Sebuah tamparan mendarat pipi Adam dengan keras.

“KAMU NGAPAIN KESANA?! DISANA ITU SANGAT BERBAHAYA!” Air mata Irene mulai membendung.

“Bagaimana jika kau terluka, kita itu hanya orang miskin dan tidak memiliki kekuatan seperti mereka.” Irene berlutut sambil menahan tangisannnya. “Jika kau terluka, ibu tidak tahu harus bagaimana.” Namun Irene tidak bisa menahan sedihnya, dan akhirnya air mata Irene mengalir deras pada kedua pipinya.

Adam sangat mengerti perasaan ibunya, memang di keturunan Adam tidak ada yang menguasai sihir sama sekali selain Adam, dan itu bukan tipe sihir yang kuat.

Adam kemudian membungkukkan badannya dan memeluk Irene dengan erat. “Tidak apa-apa bu, yang penting sekarang Adam pulang dengan selamat.”

Mendengar ucapan anaknya membuat Irene sedikit lebih tenang, Irene kemudian membalas pelukan Adam.

Tiba-tiba...

KRUYUUK~~

Kini perut Adam yang berbicara.

Adam kemudian melepaskan pelukannya dengan wajah yang sedikit merah. Adam tertunduk malu.

Air mata Irene kini sudah berhenti mengalir dan berganti menjadi senyuman manis pada wajahnya. “Ibu masak sup jamur kesukaanmu.”

“Benarkah?!” Adam langsung kegirangan mendengar itu.

Adam langsung menuju dapur, dan melihat panci yang mengeluarkan sedikit asap pada lubang diatas tutup panci itu.

Tak pikir panjang Adam membuka tutup panci dan...

*WUSSSH*

Asap mengebul keluar, aroma kaldu dan rempah-rempah bersatu padu menjadi aroma yang tidak dapat digantikan oleh Adam.

“Selamat makan.” Ucap Adam yang sudah tidak sabar untuk menyantap makanannya.

Adam langsung menyendok kaldu supnya dan meniup sup itu karena masih panas, lalu menyeruput kuah kaldu dengan perlahan.

“Bagaimana? Enak?” Tanya Irene.

*Set Set Set*

Adam mengangguk-ngangguk dengan semangat. “Ini sangat enak bu.” Rasa sedikit pedas dari cabai dan lada bersatu dengan kentalnya kaldu membuat Adam tidak bisa berhenti mengunyah.

Adam memakan begitu lahap sampai-sampai membuat lidahnya melepuh karena kaldu supnya yang masih panas. Tetapi Adam tidak mempedulikannya.

“Pelan-pelan Adam.” ucap ibunya yang melihat Adam makan begitu cepat.

Terpopuler

Comments

Wildanfaiz

Wildanfaiz

Wow

2022-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!