Adam, Antonio, dan Amalia berangkat menuju akademi umum Roraima, yang berjarak 20 menit berjalan kaki dari desanya.
"Hey Adam! Tes kelulusan sebentar lagi akan dimulai, kenapa kau masih bisa bangun telat begitu?" Tanya Antonio dengan sedikit kesal yang mengira kalau Adam masih bersikap santai.
Mendengar itu Adam tidak terima dan langsung mengelaknya. "Jangan salah sangka!” Ucap Adam. “Kekuatan sihirku tidak sehebat kau, jadi aku belajar hingga larut untuk persiapan ujian nanti!" Jawab Adam yang menyangkal Antonio.
Amalia yang sedikit penasaran juga ikut masuk kedalam percakapan mereka ber 2. "Memangnya kau belajar sampai jam berapa?" Tanya Amalia.
Adam kemudian memejamkan matanya sejenak untuk mencoba mengingat-ngingat Kembali. "Mmmm.... tidak tau persis sih, mungkin sampai Jam 3 pagi."
"Haah?!" Amalia sedikit tersentak mendengar itu.
Amalia menarik pundak Adam sehingga dia berhadapan secara langsung dengan Adam. "Apakah kau baik baik saja? Kau cuman tidur 3 jam saja." Tanya Amalia dengan wajah sedikit marah karena khawatir kepada Adam.
Adam terkejut dengan tarikan Amalia yang cukup kuat. "Te-Tenang, aku baik-baik saja kok." Balas Adam dengan senyuman canggung diwajahnya.
"Berarti kau sangat serius untuk melanjutkan ke akademi khusus ya?" Tanya Antonio.
"Tentu saja aku akan melanjutkan ke akademi khusus, agar bisa belajar lebih banyak lagi, dan menjadi seorang ahli sihir." Jawab Adam sambil mengapal kuat kedua tangannya yang menunjukan ia sangat serius untuk menjadi seorang ahli sihir.
*Plak*
Antonio menepuk punggung Adam.
Antonio menahan tawanya mendengar ambisi Adam yang begitu tinggi. "Pff...Mensejahterakan desa? Ambisimu terlalu tinggi kau tau!" Balas Antonio dengan sedikit candaan.
Tetapi Adam sangat serius dengan ambisinya itu. Dan ucapan Antonio membuatnya sedikit kesal. "Hey aku tidak sedang berhalusinasi!” Ucap Adam.
“Desa kita ini sangat miskin. Tiap tahun banyak orang dari desa kita untuk pergi kekota untuk mencari pekerjaan dikota.
Tetapi banyak dari mereka dipekerjakan menjadi budak para bangsawan." Jawab Adam dengan muka serius dan menatap tajam kearah Antonio.
Lalu Adam berjalan santai dan berhenti tepat didepan Antonio.
*Set*
Adam mengacungkan telunjuknya ke Antonio. "Dan jangan kau kira hanya sihirmu saja yang hebat Antoni.”
Susana menjadi sedikit tegang antara Adam dan Antonio. “Kerja keras ku pasti akan mengalahkan bakatmu itu!" Lanjut Adam.
Antonio menghentikan lahkahnya. "Eehh...” Antonio mengeluarkan sedikit aura api disekitar tubuhnya sebagai gertakan kepada Adam. "Apa kau lupa siapa aku ini?" Jawab lanjut Antonio.
"Hihi!" Tiba-tiba Amalia tertawa kecil diantara pertikaian kecil mereka.
"Kau kenapa Amalia?" Tanya Adam karena dia bingung kenapa Amalia tertawa.
"Kalian sangat hebat mempunyai ambisi yang sangat tinggi untuk lanjut ke akademi khusus, dan ingin mengubah nasib kalian..." Ucap Amalia dengan bangga kepada ke 2 temannya.
"Sementara aku hanya ingin membantu orang tua ku bertani diladang, karena Cuma aku yang bisa menggunakan sihir dikeluargaku."
"Amalia. Kau jangan merendahkan dirimu seperti itu, membantu orang tua juga sesuatu yang hebat! Itu menunjukan bahwa kau peduli dengan mereka" Balas Antonio dengan nada sedikit tegas untuk memberikan semangat kepada amalia yang sedang merendahkan dirinya.
"Iya Amalia tenang saja jika kami sudah lulus dari akademi khusus nanti kami janji akan memajukan desa kita! Tenang saja." Sambung Adam.
Tanpa disadari mereka telah sampai didepan akademi dan untungnya mereka datang tepat waktu, Merekapun berjalan melewati koridor akademi dan menuju kelas mereka masing-masing.
Akademi umum yang berada tidak jauh dari desa. Walaupun akademi ini para siswanya berasal dari keluarga tidak mampu, akademi ini memiliki masih memiliki fasilitas yang masih layak pakai walau ada beberapa yang sudah tua.
"Ok! Antonio... Amalia... sampai bertemu saat pulang akademi ya!"
"Ok!" Adampun pergi memasuki kelasnya tetapi.
*Ding! Dong!*
Terdengar suara bell pengumuman akademi Terdengar suara bell akademi yang menadakan pembelajaran akan segera dimulai.
"Sepertinya pembelajaran akan segera dimuali.” Ucap Amalia sambil menoleh keteman-temannya.
"Baiklah, aku akan langsung ke kelas, nanti ketemu di perpus ya.” Balas Adam yang berbeda kelas dengan Antonio dan Amalia.
"Sampai bertemu pulang nanti.” Seru Amalia yang melambaikan tangannya kepada Adam yang sudah berjalan menuju kelasnya.
Adam memasuki kelasnya dan para siswa sudah berada dikursi masing-masing.
Hanya kursi Adam yang berada di barusan ke 2 dekat jendela yang masih kosong.
Dan tak lama kemudian seorang laki-laki dewasa yang berumur 38 tahun memasuki kelas Adam.
Dia adalah pak Justin, seorang wali kelas tingkat 3-A. dia masuk dengan wajah segar dan semangat untuk mengajar para siswa, terlihat dengan buku-buku yang dia bawa dan kapur tulis ditangannya.
“Baiklah, pelajaran kita mulai.” Ucap pak Justin.
Para siswa membuka tas masing-masing dan mengambil buku catannya dan kegiatan belaajr mengajar pun dimulai.
***
Jam telah menunjukan pukul 15.00. Itu menandakan kegiatan belajar mengajar telah usai, Adampun langsung berdiri dari meja dan berjalan keluar kelasnya untuk pergi ke perpustakaan.
“Adam! Kau mau kemana?” Ucap salah satu siswi teman sekelas Adam.
Adam yang sudah berada dipintu keluar kelas, seketika berhenti. “Ke perpustakaan.” Jawab Adam dengan santainya.
“Kau lupa ada jadwal piket kelas.” Lanjut temannya.
“Astaga aku lupa.” Ucap Adam dalam hatinya. Adam kemudian mengambil sapu dan mulai membersihkan kelas.
Sementara itu Amalia dan Antonio yang tidak memiliki jadwal piket, langsung pergi menuju keperpustakaan, dan melihat belum ada Adam disana.
“Dia belum datang?” Ucap Antonio.
Dan akhirnya selesai juga Adam melakukan piketnya, Adam kini langsung bergegas ke perpustakaan.
*Tap Tap Tap*
Adam berlari dengan sangat cepat di koridor sekolahnya.
Sesampainya diperpustakaan, tanpa pikir panjang Adam membuka pintu perpustakaan dengan suara keras, membuat semua orang yang berada diperpustakaan menoleh ke Adam semua.
Adam melihat Amalia dan Antonio sudah berada diperpustakaan dan sedang duduk membaca buku sambil menunggu Adam.
“Telat seperti biasanya.” Ucap Antonio.
Melihat banyak orang yang menatapnya, Adam kemudian membungkukan badannya. “Maaf… maaf.” Ucap Adam kepada semua orang yang ada di perpustakaan.
Kemudian Adam berjalan menuju meja Antonio dan Amalia.
"Jadi apa alasanmu kali ini?” Tanya Antonio.
“Maaf, aku lupa kalau punya jadwal piket hari ini.” Balas Adam.
Antonio sedikit mengangkat bibir dan kedua alisnya, dia seperti sudah biasa dengan sifat terlambat Adam.
“Ngomong-Ngomong kalian sedang baca apa?” Tanya Adam.
"Oh... aku sedang baca buku sejarah kekuatan sihir" Balas Amalia.
Adam kemudian mendekati Amalia karena penasaran dengan buku yang dibacanya. “Sejarah apa?” Tanya Adam.
"Sejarang perang Arwah. Perang maha dahsyat yang memperebutkan batu Emerald.” Jawab Amalia sambil menoleh ke Adam, namun ia terkejut dangan wajah Adam yang begitu dekat dengannya.
Wajah Amalia berubah menjadi merah dan langsung menarik buku itu dan menutup wajahnya dengan buku tersebut.
“Eh?” Adam juga terkejut dengan Amalia yang menarik secara tiba-tiba buku itu, dan menjuhinya.
“Perang yang hanya memperebutkan sebuah batu” Celetuk Antonio yang menompang dagunya diatas meja. “Di pasar banyak yang jual bukan?” Lanjutnya sambil menujuk kearah gambar batu emerald yang berada disampul buku itu.
Adampun menoleh kearah Antonio. “Itu bukan sembarang batu.” Balas Adam. Wajah Adam menjadi sangat serius. “Dikatakan batu itu mempunyai kekuatan sihir yang setara dengan semua mahluk hidup didunia ini.”
“Dan barang siapa yang dapat mengendalikan kekutan dari batu emerald itu, maka dia dapat menguasai seluruh daratan dan lautan seluruh dunia.” Lanjut Adam.
“Ya. Aku tau itu. Aku hanya bercanda.” Ucap Antonio sambil melambaikan tangannya ke Adam sebagai tanda kalau dia hanya sedang bergurau.
“Peperangan ini berlangsung selama 1 dekade tanpa henti. Tetapi ketika peperangan sudah mencapai puncaknya.
Tiba-tiba terdapat seorang kesatria yang menghancurkan batu itu.” Jelas Antonio.
“Keputusan yang sangat bijak dengan menghancurkan batu itu, entah bagaimana jadinya jika batu itu jatuh ditangan yang salah.” Balas Adam.
“Bijak? Menurutku itu sangat bodoh.” Antonio menyangkal pendapat Adam. “Apa kau tidak lihat dampaknya? Sekarang kekuatan dari batu itu menyebar diseluruh dunia, dan tidak ada kekuatan yang dapat menyeimbangkan dari semua kekuatan itu.”
“Dan yang lebih buruk lagi. Ledakan dari pecahnya batu itu, mungkin telah membuka gerbang menuju dunia lain.” Wajah Antonio berubah menjadi sangat menakutkan, tatapan tajam dan menusuk yang mengarah ke Adam, dan aura dingin mulai menyelimuti tubuh Adam membuat suasana menjadi sangat tegang.
Tubuh Adam menjadi sedikit gemetar mendengar penjelasan dari Antonio. “Ge-Gerbang? Apa maksudmu?” Tanya Adam.
Tetapi Antonio tidak menjawab pertanyaan Adam, dia hanya diam dan menatap mata Adam dangan seksama.
Dan tiba-tiba.
“Hahahaha… Tidak-tidak aku hanya bercanda.” Antonio tertawa sangat terbahak-bahak melihat Adam yang menanggapi serius cerita karangannya tadi. “Kau seharusnya lihat ekspresi wajahmu itu. Itu sangatlah lucu hahaha.”
Adam menjadi sangat kesal dengan Antonio, dia sudah mendengarkan dengan sangat serius, ternyata itu semua hanya cerita karangannya saja. “KAAUU!!!”
"Ssshhh... kalian jangan berisik nanti mengganggu orang-orang" Ucap Amalia untuk menenangkan mereka berdua.
Mereka berdua pun tersadar dan melihat para siswa lainnya yang menatap mereka berdua dengan tatapan marah.
Adam dan Antonio pun langsung menghentikan pertiakan mereka dan meminta maaf kepada siswa lain yang berada diperpustakaan sambil membungkukan badannya.
"E…ehehe... Maaf...Maaf." Adam dan Antonio membungkukan badannya untuk meminta maaf kepada seluruh siswa yang sedang berada di perpustakaan tersebut.
Dan tak terasa jam sudah menunjukan Pukul 17.00. Ini sudah waktunya mereka untuk pulang agar orang tua mereka tidak cemas.
"Wah sudah jam segini... Ayo kita pulang sebelum orang tua kita cemas"
"Ooh kau benar... Adam ayo!" Ucap Antonio.
"Eh? Oh iya!" Jawab Adam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments