...🍀🍀🍀...
...POV Yania....
Apa yang di katakan Ayah sepertinya lumayan menarik. Mungkin ini jalanku untuk membalaskan rasa sakit hatiku setelah terkubur sekian lama. Aku berbicara dengan diriku sendiri sambil tersenyum tipis yang lebih terlihat mengerikan.
"Altez, kamu siap bermain?" gumamku lalu menyeringai.
Pria menyebalkan itu, dia- oh mendadak kerja jantungku menjadi begitu cepat karena mengingatnya. Altezza Basman. Nama itu seolah terpatri begitu dalam dan mendapatkan ruang tersendiri bukan karena cinta yang tak terlupakan, tapi karena kebencian yang mendalam.
Altez, saat kecil mulutmu begitu ngawur saat berujar. Apakah masih sampai sekarang? Tenang, aku akan mengajarimu bertutur kata baik Altez, aku tau kau tidak akan suka. Tapi aku suka. Tak mau hanya berbekal CV yang tanteku berikan. Aku kemudian mulai mengetikkan namanya di papan pencarian. Aku mulai berselancar dan menemukan artikel tentangnya.
"Skandal model termahal tahun ini? Altezza Basman dan pacarnya tertangkap basah disebuah klinik bersalin?" Aku menggumam membaca artikel tersebut.
Oh, rupanya dia buaya. Perusahaan periklanan bekerjasama dengan Ratu iklan. Em, ini menarik. Aku akan berpura-pura menjadi si jelek yang lugu yang akan membuatnya selalu muak dengan hari-harinya. Altezza, jika dulu kau kacaukan hidupku dalam sehari, maka sekarang aku akan membuat seluruh sisa hidupmu kacau!
Aku masih sangat ingat dulu bagaimana dia mengolokku mengatakan aku ini adalah kerbau dan semua temanku ikut mengataiku kecuali Wiwin. Hal menyakitkan itu membuatku mengurung diri. Aku takut bila orang lain juga akan berpikiran sama dengan si jahat Altez. Melalui therapy dan juga pengawasan Dokter, perlahan aku mulai sembuh dari rasa sakit itu. Hingga sekarang nama itu kembali singgah dan mengusikku.
Dari sekian banyak profesi, aku memilih menjadi guru. Pasti aneh ya? anak konglomerat seharusnya meneruskan bisnis keluarganya. Tapi aku? Aku memilih untuk menjadi guru. Pengalaman burukku dimasa kecilku membuatku membangun sebuah analogi bahwa tak perduli bagaimana bentuk fisiknya, seorang guru akan selalu dihargai oleh sekitarnya.
Tapi, aku juga tak bisa melepaskan tanggung jawab sebagai anak tunggal dari keluarga ini. Jadi, aku tetap membantu Ayah untuk mengurus satu anak perusahaan yang berada di luar kota.Karena kejadian getir dimasa kecilku, kini aku tumbuh dengan dua wajah. Aku yang merasa nyaman dengan Yania yang sederhana saat mengajar dan di sisi lain aku harus menjadi Yeri si pewaris tunggal.
Ah, Yania dan Yeri, dua kepribadian yang bertolak belakang. Yania si sederhana dan Yeri yang begitu glamor dan jelita. Altezza apa kamu siap bermain? Aku akan menguji seberapa jauh kamu menjadi buaya. Jujur saja, dalam hal ini aku begitu tertarik untuk mengacaukan hidupnya. Seperti dia yang dahulu mengacaukan hidupku.
"Yeri!" kudengar suara ibuku mulai melengking memanggilku dari lantai bawah.Ibuku, dia pasti akan menanyaiku soal perjodohan ini. Ah, aku harus bersiap dengan rentetan pertanyaannya.
"Yeri, Yeri! sini Buna mau tanya." Dia menarik lenganku dan membawaku duduk di atas ranjang.
"Apasih Bu?" tanyaku malas tapi kulihat dia begitu bersemangat. "Eh, tadi tu ya, Tante Anisa telfon Buna dia bilang kamu menerima salah satu calon yang dia berikan dalam perjodohan. Terus jadi iya, beneran?"
Aku menarik nafasku cepat, ku kira ada apa ternyata dia hanya sekedar memastikan. "Hemmh, iya Buna. Katanya Buna mau cepet dapet cucu? Ya udah, Yaya ikutan," ujarku malas.
"Ouh, anak Buna." Dia tersenyum senang, Bunaku begitu senang mendengar kata cucu. Dia begitu mendambakan seorang malaikat kecil di tengah keluarga kami, kebiasaannya berkumpul dengan teman arisannya membuatnya mendapatkan pertanyaan.
Kapan anakmu nikah?
kapan dapat cucu? Ya pertanyaan itu sederhana tapi cukup membuat seseorang merasakan muak dalam hidupnya.
Ya kalau belum ada jodohnya mau apa? Juga aku yang sama sekali tak ada niatan kearah sana, terbiasa sendiri selama bertahun-tahun membuatku tak bisa merasakan ancaman hidup tanpa pasangan. Inilah salah satu efek yang Altez torehkan pada kehidupanku. Aku jadi memiliki persepektif berbeda dalam meresapi perputaran dunia. Aku merasa aku ya aku, lahir sendiri, mati juga tidak mengajak siapapun, lalu mengapa hidup harus berpasangan dan repot-repot membahagiakan anak orang?
"Em... kasih tau Buna dong, yang mana calon menantu Buna?" tanyanya lagi sambil mengerling menggodaku. Ouh satu lagi, jangan lupakan gaya bicara Bunaku yang manja dan lemah lembut. Sisinya yang seperti inilah yang membuat Ayahku selalu jatuh cinta padanya hingga susah berpindah ke lain hati.
Aku tersenyum lalu membuka kembali laptopku menunjukkannya sebuah email. "Ini Buna. Tampan kan?" tanyaku meminta pendapatnya.
Bunaku terlihat begitu bahagia, dia mengagumi garis ketampanan Altez melalui layar monitor laptopku. Berkali-kali mulutnya memuji ketampanan calon suamiku itu. "Ya ampun, Yaya! dia mirip aktor. Yaya, Buna mendukungmu. Dia begitu tampan. Pasti nanti kalau punya cucu akan sempurna. Wajah tampan dan Ayu dari ayahnya, serta kelakuan baik dan pintar dari Ibunya." Ucapnya dengan menunjukkan wajah takjubnya dalam berangan angan.
"Tentu dong Buna, Nanti cucu cucu Buna akan cantik, tampan dan pintar. Buna mau cucu berapa?" tanyaku padanya untuk membesarkan hatinya.
Jangan salah sangka, aku bertanya seperti ini bukan karena aku sungguh-sungguh. Tapi aku hanya ingin membuatnya bahagia. Bunaku, dia memiliki masalah dengan jantungnya. Aku tak mau ambil resiko dengan mengatakan tujuanku yang sesungguhnya padanya. Cukup Ayahku saja yang berperan menjadi sekutu dalam hal ini.
"3 boleh?" Dia sungguh senang. Kulihat binaran kebahagiaan itu sampai memancar dari matanya dan senyumnya selalu mengembang sempurna menghiasi wajah cantiknya.
"4 ya? biar ramai." kataku asal.
Dia memelukku lalu mencium keningku. "Iya, 4 ya. Lebih boleh kurang jangan," ucapnya.
"Oke!" jawabku yang seolah ini adalah perkara remeh yang mudah terealisasikan. Hemmh, masa bodoh lah! siapa yang tau kan kedepannya hidup manusia seperti apa?
...🪴🪴🪴...
...POV Author....
Di sudut yang lain, Altez dia sedang berdiskusi di ruang kerjanya bersama sang Mama."Mama, Eza tidak setuju dengan perjodohan ini, Eza punya pacar Ma. Dan Eza mencintai Nella," ucapnya menolak halus kemauan sang Mama.
Mamanya mengusuk wajahnya gusar. "Altezza Basman! ini bukan soal perasaan. Ini soal perusahaan kita. Kamu tahu perusahaan kita membutuhkan suntikan dana?"
Sang Mama menjeda ucapannya lalu menarik nafas dalam-dalam. " Pacarmu itu, dia tidak bisa membantu apa-apa. Tapi, anak dari kolega Mama ini sangat bisa membantu kelangsungan bisnis kita! kamu pikirkanlah!"
"Tapi Ma, tidak bisa kah kita mengajukan kerjasama tanpa harus melibatkan hubungan yang terlalu mengikat begini?"
"Mereka semua sudah pandai membaca fluktuasi aset-aset kita. Kita butuh sesuatu yang menguntungkan tanpa banyak ini dan itu. Kamu tahu, anak dari Ardi Baskoro hanyalah seorang guru. Dia tenaga pengajar di SMA."
"Lalu?"
"Itu artinya dia lugu Altez, sehingga hanya bisa menjadi guru dan tak melanjutkan bisnis Ayahnya. Bayangkan jika kamu mau menikah dengan anaknya, maka kamu juga akan memperoleh perusahaan itu Eza, buka matamu!" Mama Alda menjeda ucapannya.
"Ini terakhir kalinya Mama mohon padamu. Berhenti membuat masalah dan turuti ucapan Mama! Mama tidak akan merestui hubunganmu dengan pacarmu itu!" Mama Alda melenggang angkuh meninggalkan ruangan kerja anaknya.
"Argh....!! Shitt!! Wanita jelek begini mau dijadikan sebagai istriku? Oh, yang benar saja." Altez menarik lengan bajunya sampai ke siku dan berjalan mondar-mandir memikirkan jalan keluar lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Lisa Z
niat ny udah lain aja ini emak2
2022-03-11
0
Lisa Z
jadi dia punya kepribadian ganda gitu yaa
2022-03-11
0
Lisa Z
apa kabar wiwin sekarang yaa
2022-03-11
0