"Aku tadi hanya bercanda, aku bukan anak manja yang suka mengadu."
Kata-kata Yania terngiang di telinga Altez. Dia sedari pernikahan selesai hanya membiarkan Yania melakukan apapun semaunya tanpa banyak bertanya.
"Tandatangani ini!" Ujar Altez melemparkan sebuah map pada Yania yang tengah duduk dan melepaskan aksesoris yang melekat pada dirinya.
"Oh....! drama sekali suamiku ini." Ujar Yania dengan lembutnya. Tak ada penekanan ataupun intonasi yang tinggi. Yania selalu berbicara dengan santainya sehingga membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi tanpa harus di kasari.
"Ini pasti surat perjanjian pernikahan di antara kita kan?" Tebaknya sambil menatap lekat Altez dari pantulan cermin.
"Itu kamu sudah tahu. Cepat baca dan tanda tangani surat ini." Kata Altez mengintimidasi Yania.
"Baca? coba kau bacakan untukku. Aku ingin mendengarkan suara suamiku yang bersuara tanpa amarah melulu." Ucapnya santai.
"Ah, banyak omong kamu ya! Cepat baca dan tanda tangani!" Altez darahnya mulai mendidih dengan sikap Yania yang kelewat santai bahkan tak terprovokasi sama sekali.
Yania berbalik badan, lalu bersendekap dan menyilangkan kakinya. Ouh, pemandangan yang begitu elegan seperti Nyonya dari kelas atas. Dia begitu santai dan tidak terpengaruh akan setiap ucapan yang terlontar kasar dari mulut suaminya.
"Ini mudah suamiku, aku... hanya memintamu untuk membacakannya." Yania melihat warna di kukunya dengan santai. Nampaknya dia sengaja mengganggu cara kerja otak Altez agar terbakar emosi.
"Tanda tangan!" Altez melemparkan map tadi ke wajah Yania.
Yania memungut map dan isinya yang bertebaran di lantai. Dia lalu berdiri dan mendekati Altez lalu mengusap pundak sebelah kanan suaminya begitu lembut, tatapannya teduh dan tanpa ada kemarahan. Ia lalu tersenyum saat tepat berdiri di hadapan Altez.
"Jangan tersenyum! kamu jelek!" Bentak Altez.
Yania tetap tersenyum dan mengabaikan ejekan Altez. "Kamu benar Altez, memang aku jelek. itu mengapa aku tidak pernah merasa sok cantik. Baca dan jelaskan untukku atau tidak ku tanda tangani surat sampah ini sama sekali." Kata Yania yang terdengar begitu lugas.
PLAK!
Yania melemparkan map itu kembali ke wajah Altez dia lalu tertawa saat melakukannya. "Ups! maaf imamku, sebagai makmum aku hanya meniru perlakuanmu padaku tadi." Ucapnya begitu santai tapi sangat manipulatif.
Sungguh Altez di buat mendidih olehnya. Darahnya naik sampai ke ubun-ubun dia mengepalkan tangannya dan rahangnya mulai mengeras. Dia siap mengamuk.
"Yaya!" Teriaknya memekik di telinga Yania tang tertawa melihat dirinya yang di kuasai emosi.
"Iya suamiku, ada apa? santai saja, jangan marah-marah. Aku tahu kamu punya riwayat sakit darah tinggi kan? Jangan marah-marah, nanti kalau sakitmu kambuh, pecah pembuluh darahmu di bagian otak, lalu kamu mati, maka aku akan menjadi janda kaya raya. Hahahaha!" Yania berbicara begitu santainya. Dia melawan Altez tanpa harus mengeluarkan urat leher seperti apa yang Altez lakukan.
"Shitt!!" Altez mengumpat lalu pergi. Meninggalkan kamar pengantin mereka dan Yania hanya menatapnya datar.
Pergilah, aku juga muak melihatmu. Suatu hari, kamu akan bersujud dan mencium kakiku, memohon padaku dalam keadaanmu yang begitu menderita Altez. Aku jamin itu.
Mengerikan bukan, dimana awal pernikahan mereka hanyalah merupakan sarana balas dendam?
...~~~...
Altez mengumpat di dalam mobilnya. Dia begitu stres menghadapi istri barunya yang kelewat santai dan menekannya habis-habisan.
"Oh, baru bersama dengannya satu malam saja kepalaku sudah mau pecah!!" Dia memijit kepalanya dan menyurai kebelakang.
"Nella, Ya... lebih baik aku bersamanya."
Baru saja mobilnya hendak melaju, seseorang sudah mengetuk kaca mobilnya. Altez kembali mengumpat dalam hatinya.
Kutukan apalagi ini!! Kenapa Mama malah datang di saat seperti ini? Ouh...! bersamanya sehari sudah membuatku tertimpa si*l berkali-kali.
"Buka!" Seru Sang Mama menggetuk kaca jendela mobilnya.
Altez membukanya dengan terpaksa. "Iya Ma ada apa?" Tanya Altez dengan wajah lesu.
"Kenapa begitu mukanya? kembali ke kamarmu! kamu tahu ini malam pengantinku, seharusnya kamu berada di kamar dan menemani istrimu! bukan malah pergi begini." Mama Alda sangat marah di saat melihat Altez yang pergi meninggalkan kamarnya.
"Ma, Eza hanya Lapar dan ingin mencari makanan di angkringan." Ucapnya berasalan.
"No! kembali ke kamarmu biar Mama yang mengurus soal makanmu. Jangan banyak alasan lagi atau kita, terutama kamu akan kehilangan apa yang kita miliki ini karena perlakuan burukmu pada istrimu." Ucap Mama Alda.
"Dengar Eza, Nella itu hanya mau denganmu karena kamu kaya. Kalau kamu jatuh miskin, sudah tentu dia akan kabur. Sementara istrimu, dia yang menyelamatkan kita dari kebangkrutan. Tidak bisakah kamu bersikap baik padanya walau hanya berpura-pura?" Ucap Mama Alda dengan begitu emosional.
"Lalu apa bedanya Nella dengan Mama? kalian hanya mementingkan harta kan? Dan disini aku adalah alatnya." Altez keluar dari mobil dan menutup kasar pintu mobilnya.
Altez kembali ke kamarnya. Ke kamar pengantin yang saling menikam dengan berbagai strategi perang.
"Dasar pengadu!" Sarkas Altez yang berseloroh mencibir Yania yang tengah santai dan telah memakai baju tidurnya.
"Apalagi sih?" Tanya Yania dengan santainya membuat Altez semakin kesal walau hanya mendengarkan suaranya.
Altez menatap tajam Yania. Dia teringat akan perkataan Mamanya untuk berpura-pura baik. Tapi, Altez bukan orang yang seperti itu. Dia bukan tipe manusia yang pandai menjilat demi keuntungan materi.
"Tanda tangani!" Bentaknya lagi. Agaknya dia tidak akan bisa terlelap sebelum Yania menandatangani surat perjanjian mereka.
"Baca dulu geh, kan aku udah bilang tadi. Baca dan jelaskan poinnya padaku. Nanti aku akan menanyakan yang kurang jelas mungkin." Ucap Yania dengan tenang.
Altez mengusap wajahnya kasar. Rupanya istrinya yang jelek ini adalah wanita yang teguh pada pendiriannya. Tak ada pilihan lain, Altez lalu membacakannya.
"Tenang, pelan-pelan, tanda bacanya di pakai dong." Ucapnya lagi dengan santai membuat Altez perlahan-lahan juga ikut terbawa suasana. berangsur normal nada bicaranya.
Altez membacakannya dengan santai. "Sudah, apa yang tidak kamu mengerti?" Tanyanya lagi.
"Emmm jadi intinya walaupun kita sudah menikah, kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. begitu kan intinya?"
"Iya." Jawab Altez.
"Lalu jika begitu, aku juga mau soal harta, kita memperlakukan peraturan yang sama. Hartamu ya milikmu dan hartaku tetap milikku." Kata Yania.
Altez terdiam. Kalau begitu peraturannya, maka sama saja dia tak akan mendapatkan hasil dari pernikahan ini bukan? Niatnya menikah kan untuk mendapatkan keuntungan dari segi harta berupa suntikan dana.
"Emmm..." Altez bersiap untuk melayangkan protesnya.
"Tenang, harta yang ku maksud disini adalah Nyang benar-benar milik ku, bukan milih ayahku. Jadi hal ini tidak akan berpengaruh terhadap kerjasama antara Ayahku dan Mamamu." Kata Yania yang dalam sekejap mematahkan niatan Altez.
Yania membaca keseluruhan isi dari poin yang Altez ajukan.
"Kamu juga boleh mengajukan sesuatu pada perjanjian kita ini." Kata Altez.
Yania tersenyum lalu mengambil pena. "Kita?" Tanyanya lembut dengan tatapan mata yang mengintimidasi. Dia lalu tersenyum remeh. "Kamu, hanya kamu karena ini janjimu. Aku akan memegang surat ini dan akan memenuhi permintaanmu. Kita akan bercerai dengan segera setelah niatmu terlaksana." Kata Yania membuat wajah Altez menjadi merah padam.
Emosinya kembali naik saat istri yang di sangkanya bodoh dan jelek, ternyata memiliki cara berfikir yang sungguh pintar dan sulit di tebaknya.
Jika Altez akan terikat dengan semua isi dari perjanjian yang di buatnya sendiri, maka tidak dengan Yania yang bisa dengan leluasa melakukan dan mengubah strateginya tanpa terbaca dan terikat hitam di atas putih.
"Malam ini kamu tidur di sofa." Kata Altez memerintah.
"Tidak ada pisah ranjang dalam surat perjanjianmu. Ingat dan camkan baik-baik. Disini hanya menyebutkan bahwa aku sebagai pihak kedua dilarang mencampuri urusan pribadi pihak ke 1. Dan aku tau itu tentang apa, tentang wanita kan?" Yania kembali menatap remeh suaminya.
"Daripada aku tidur di sofa, silahkan kamu pergi memilih wanita mana yang kamu sukai. Aku tidak akan ikut campur atau melarangmu. Silahkan! tapi jangan harap aku akan seperti tokoh di novel bodoh yang rela tidur di sofa!" Ucap Yania dengan nada bicaranya yang menjengkelkan bagi telinga Altez.
"Siapa juga yang mau pergi?" Kata Altez yang kemudian melepaskan jasnya dan melemparnya asal ke lantai lalu mendekati Yania dengan sangat dekat, mengikis jarak hingga tak ada sejengkal jarak diantara mereka.
"Bukankah ini malam pengantin kita? boleh aku melakukannya?" Ucap Altez yang sebenarnya hanya ingin membuat Yania merasa tertekan dan tak nyaman.
Bukanya ketakutan, Yania juga malah semakin mendekat hingga bibirnya berada di samping telinga Altez kemudian dia berbisik. "Secepat itu kamu melupakan janjimu Tuan Altezza Basman?" Dengan diikuti tiupan lembut di telinga Altez hingga membuatnya merinding.
Shitt!! wanita macam apa yang Mama kirimkan ini? Mengapa dia begitu.... santai dalam melawanku? Argh....! Aku akan gila sebentar lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Epina
wanita macam apa yang mama kirim 🤣
2022-03-13
1
Lisa Z
savage sekalii,suka deh
2022-03-11
1