Gheana memejamkan matanya merasa sedikit pusing, sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang bersama ketiga teman dekatnya dan seperti ketika menuju rumah sakit tadi Gheana semobil dengan Fisya.
Gheana masih tidak habis pikir pada pernyataan Bu Nike tentang keberadaan Tresna, karena sama sekali tidak memberitahukan apapun pada Gheana sebelumnya.
"Karena kondisi Tresna yang semakin memburuk, dokter terpaksa memindahkan Tresna ke rumah sakit yang lebih besar di luar kota." Itulah penjelasan singkat Bu Nike ketika di telpon tadi yang membuat Gheana merasa ada sedikit kejanggalan.
Bukankah rumah sakit tempat Tresna ditangani tadi sudah cukup besar? Apakah rumah sakit sebesar itu peralatan nya tidak cukup lengkap hingga harus membuat Tresna dipindahkan?
"Coba deh Ghe, tanya ke Tante Nike lewat chat tentang luar kota nya itu dimana?" ujar Fisya yang sebelumnya sudah menyadarkan Gheana dari lamunan.
Gheana menatap Fisya dan setuju atas sarannya, Gheana pun mengotak-atik ponselnya untuk mengirim pesan lewat aplikasi perpesanan dan bertanya dimana lokasi rumah sakit yang dimaksud.
Setelah mengirim pesan, Gheana dibuat bingung ketika Fisya memarkirkan mobil nya. Ditatapnya Fisya dengan heran, Fisya hanya tersenyum dan keluar dari mobil.
Gheana melihat keluar, di samping tempat parkir ini ternyata ada sebuah restoran. Jadi, Fisya berhenti untuk makan. Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya Gheana ikut turun.
"Tadi aku nanya sama Tante Wina dan ternyata si calon pengantin ini belum makan setelah sarapan pagi tadi, jadi kita berhenti disini untuk makan. Karena gimanapun juga, menunggu kabar dari camer itu butuh tenaga," ujar Rita sambil memeluk Gheana dari samping, mereka berempat tertawa setelahnya sekalian melepaskan sedikit penat atas apa yang terjadi hari ini.
Gheana berhenti tertawa bersamaan dengan langkahnya, ditatapnya nama restoran yang tertera di depan bagian restoran tersebut. Gheana menunduk setelahnya, tangannya saling bertaut dan air mata itu rasanya ingin menetes dengan deras.
"Kenapa?" tanya Fisya sambil menepuk pundak Gheana.
"A--"
"Minggir dong, jangan halangin jalan!" seruan seseorang di belakang membuat mereka berempat menepi sambil mengatakan maaf hingga orang itu pergi.
"Restoran ini itu, restoran favoritnya Mas Tresna. Dia lagi apa sekarang ya," ujar Gheana pelan.
"Gheana, makan dulu yuk. Tepikan dulu urusan Tresna, oke?" tanya Piyan kemudian membawa Gheana memasuki area dalam restoran untuk menikmati makan malam.
Begitu duduk, salah satu pelayan restoran datang menghampiri dengan buku menu yang dibawa dan empat buah buku menu itu diserahkan ke masing-masing satu.
Pelayan restoran itu hanya diam sambil bersiap untuk menulis di catatan pesanan pelanggan yang selalu dibawa, sementara Gheana dan ketiga temannya itu tengah melihat-lihat menu sambil berpikir ingin memesan apa.
"Jus kelapa, air putih dingin, dan ayam panggang plus nasi putih," kata Gheana menyebutkan nama makanan yang ia pesan.
"Jus mangga, air putih hangat dan Ayam goreng sambel ijo plus nasi putih hangat. Oh, jus nya kalo bisa hangat ya jangan dingin," sahut Piyan membuat pelayan itu mengernyit.
"Jus hangat?" tanya nya heran.
"Iya, saya minta jus nya anget. Ya," jawab Piyan tersenyum.
"Oh, oke," jawab pelayan itu kembali mencatat.
"Jus jeruk dan spaghetti," kata Fisya menyebut pesanannya setelah melihat pelayan itu selesai mencatat pesanan Piyan.
"Jus alpukat, air putih dingin, ayam panggang tanpa nasi dan nasi goreng spesial. Ayam panggang nya sepiring aja sama nasi goreng spesial," ujar Rita menyebutkan pesanannya juga dan setelahnya pelayan pun meminta agar ke empat nya menunggu pesanan mereka selama beberapa menit hingga pesanan siap disajikan.
Sambil menunggu pesanan makanan tiba, Gheana melihat sekitar area dalam restoran kemudian matanya berhenti di salah satu meja. Meja itu adalah meja yang biasa Gheana dan Tresna pilih ketika makan di restoran itu, Gheana menundukkan kepalanya.
Gheana rindu dengan Tresna, meski dua bulan mereka kenal dan dekat sekaligus menjalin hubungan tetapi Tresna berhasil mengambil seluruh perhatian Gheana. Gheana tersentak begitu tangannya disentuh oleh Rita yang duduk di dekatnya, ditatapnya Rita yang sedang tersenyum.
"Coba deh cek hp nya, siapa tau Tante Nike kasih kabar," ujar Rita memandang ponsel yang sedari tadi Gheana pegang.
Gheana tersenyum dan segera mengecek ponselnya, dibukanya aplikasi perpesanan tersebut dan Gheana dibuat terkejut karena terdapat lima panggilan tak terjawab dari kontak bernama Mama Nike.
Respon Gheana yang terkejut membuat ketiga temannya saling tatap dan bertanya-tanya dalam benak masing-masing sambil menatap Gheana, Gheana yang merasa sedang ditatap pun kemudian mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Gheana menggeleng tak paham dengan ponselnya, setelah diperiksa tadi ponselnya tidak dalam mode diam yang artinya jika ada yang menelpon maka ponselnya pasti akan berdering.
"Dari tadi hp ku nggak berdering kan?" tanya Gheana kemudian yang direspon dengan ketiga temannya saling tatap dan akhirnya menggeleng bersama.
"Tapi ini," kata Gheana menunjukkan ponselnya, terlihat ada lima panggilan tak terjawab disana.
"Hp nya nggak dalam mode diam kan Gheana?" tanya Fisya setelah melihatnya.
Gheana menggeleng.
"Terus kok ada lima panggilan tak terjawab gitu? Sampe lima lagi?" tanya Piyan melanjutkan pertanyaan Fisya.
"Tunggu!" seru Rita kemudian mengambil ponsel Gheana, memeriksanya sejenak.
"Susah untuk berpikir positif nih, bisa jadi Tante Nike membatalkan panggilan sebelum panggilan itu sampe ke hp Gheana," ujar Rita setelah mengembalikan ponsel Gheana kepada pemiliknya.
"Maksudnya?" tanya Gheana berbarengan dengan Fisya dan Piyan yang tak paham.
Rita mengambil ponselnya dari dalam tas, mengotak-atik nya kemudian bergantian menatap Fisya dan Piyan kemudian kembali menatap ponsel.
"Fisya dipersilahkan untuk mengecek ponsel," jawab Rita kemudian menaruh kembali ponselnya.
"Eih! Kapan kau menelpon!" pekik Fisya terkejut karena mendapati satu panggilan tak terjawab dari Rita.
Rita tertawa kecil, "Ya gitu maksudnya, nggak perlu khawatir. Telpon balik aja Gheana Tante Nike nya," sahut Rita.
Gheana mengangguk paham kemudian mencoba untuk menelpon Bu Nike yang baru sekitar lima menit yang lalu menelpon, tetapi tidak membuat ponsel Gheana berdering karena tidak mungkin diwaktu bersamaan ke-empat teman dekat itu saling menulikan telinga.
Menempelkan ponselnya ke telinga sambil menunggu panggilan terjawab itu sedikit membuat jantung Gheana berdegup kencang, bagaimana kalau ternyata dugaan Rita salah dan Bu Nike tidak melakukan hal itu? Lalu marah kepada Gheana karena tidak menjawab telponnya selama lima kali.
Tapi, panggilan itu berakhir dengan tidak terjawab. Gheana menghembuskan napasnya pelan, dia berusaha tenang meskipun pikiran melayang jauh setelah mendengar perkataan Rita tadi.
"Tapi Rita, yang tadi kamu bilang itu terlalu mustahil. Kalau memang benar, apa coba motif Tante Nike ngelakuin itu?" tanya Piyan sepemikiran dengan Gheana yang sedari tadi hanya berpikir dalam diam.
Rita mengendikkan bahu nya kemudian menggeleng bersamaan dengan pesanan mereka yang datang dan siap untuk disantap, tanpa kata lagi mereka memutuskan untuk menepikan pemikiran mereka tentang Bu Nike dan memakan makanan yang telah tersaji terlebih dahulu.
***
Jika tertarik untuk lanjut membaca, jangan lupa klik like dan beri sedikit komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis ~~ Love L0VEEERSS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Semangat LOVEEERSS
2022-03-14
2
NaDi ArWi
Semangat terus thor 🥰🥰
2022-03-08
2
Mega Ackerman
Like thor
2022-03-06
2