Tidak ada waktu untuk menangis, sekarang dokter tengah menangani pasiennya.
Di sana, di dekat jendela rumah sakit. Gheana berdiri mematung dengan masih menggunakan pakaian pengantinnya, tatapannya sendu dan pikirannya tak karuan atas kejadian yang baru saja terjadi.
Masih terbayang dengan jelas tragedi yang baru terjadi, saat itu Gheana menghilangkan rasa lemas yang menyerang tubuhnya karena syok kemudian berlari menghampiri tubuh lelaki yang akan menikahinya beberapa menit yang lalu.
Ketika masih sadarkan diri, Tresna terus mengatakan kata "Maaf." Yang Gheana sendiri tidak tau maaf untuk apa, Gheana hanya bisa menangis kemudian memeluk Tresna yang perlahan kehilangan kesadaran nya.
Kemudian setelah Gheana berteriak meminta pertolongan, barulah para penonton itu bergerak membantu. Ada yang langsung menyiapkan mobil untuk membawa Tresna kerumah sakit, dan ada yang membantu membopong tubuh Tresna masuk ke dalam mobil.
Posisi kepala Tresna berada di kedua paha Gheana ketika dalam perjalanan tadi, sambil hati Gheana tak berhenti berdoa agar keadaan Tresna baik-baik saja. Sekalipun terlihat dengan jelas bahwa keadaan Tresna sedang tidak baik-baik saja, tetapi tidak ada yang salah dalam berharap kan?
Sekarang, Gheana beserta keluarganya juga keluarga Tresna termasuk Vion sedang menunggu kabar yang akan diberikan dokter. Jantung mereka sama berdebar nya dan juga dengan harapan yang sama, agar Tresna dalam kondisi baik.
Tiba-tiba Vion berdiri dan berjalan menghampiri Gheana kemudian menariknya menjauh, Gheana yang tak siap pun terkejut dan berusaha agar tangan Vion terlepas dari tangannya. Sayang, tenaga Vion tentu lebih besar dibandingkan dengan tenaga Gheana.
Gheana memandang sekitarnya, padahal Gheana tengah menunggu kabar dokter tetapi Vion malah membawanya ke taman rumah sakit. Entah apa maksudnya, yang jelas Gheana mulai merasa kesal pada sosok lelaki yang kini berdiri dihadapannya tanpa tampang berdosa.
"Dengar... Ini adalah hari pernikahanmu dengan Kakakku kan? Dan sebuah kecelakaan menimpanya, hmmm kau pasti malu kan karena pernikahan mu dengan nya gagal? Bagaimana kalau aku menggantikan posisinya untuk menikahi mu hari ini?" tanya Vion akhirnya setelah berkata panjang lebar membuat Gheana melotot menatapnya dari awal hingga akhir pertanyaan.
"Kau, gila." Dengan penuh penekanan, Gheana mengatakannya kemudian bergegas meninggalkan Vion yang Gheana syukuri karena Vion tidak menahannya pergi.
Begitu Gheana tiba di tempat nya yang semula, keadaan di sana sudah berubah. Nike Anjelika, Ibu nya Tresna terlihat menangis di pelukan suaminya, Prasetya Pratama.
Gheana yang bingung melihat situasi itupun segera menghampiri keluarga nya yang kemungkinan tau tentang kondisi Tresna saat ini, Gheana sedikit mengutuk Vion karena menariknya begitu saja tadi membuat Gheana tidak mendengar penjelasan dokter.
Gheana menghampiri Dina yang terlihat duduk sambil memangku anak nya, "Mbak," panggilnya.
Dina menoleh dan menyuruh Gheana untuk duduk, Gheana pun duduk sesuai permintaan Dina.
"Tadi Mbak liat kamu ditarik sama laki-laki itu, siapa dia sebenarnya?" tanya Dina penasaran, karena saat pertengkaran antara calon adik ipar dengan lelaki itu tadi Dina tidak begitu memperhatikan.
"Dia Vion Grastian. Adik dari calon suamiku, Mbak," jawab Gheana singkat.
"Lalu?"
Gheana mengangguk-anggukkan kepalanya, "Dia mantanku," jawab nya singkat lagi.
"Tadi pas kamu pergi, dokter ngejelasin kalo kondisi Tresna sangat kritis. Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi darah, tapi darah yang dibutuhkan lagi kosong di rumah sakit ini," jelas Dina tanpa diminta penjelasan oleh Gheana.
Dina tau, Gheana pasti butuh penjelasan itu.
Gheana terdiam sesaat, "Apa golongan darah nya, Mbak?" tanya Gheana kemudian.
"Ab+," jawab Dina cepat.
"Apa bisa mengajukan untuk mendonorkan darah?" tanya Gheana lagi.
"Ya, tentu," jawab Dina.
"Eee... tapi, apa keluarga Mas Tresna nggak ada yang mau donorin darah nya?" tanya Gheana kemudian, bingung.
"Kondisi mereka semua dalam keadaan tidak terlalu sehat untuk melakukan transfusi darah," jawab Dina menjelaskan.
Gheana menganggukkan kepalanya, kemudian beranjak dari duduknya ketika pintu ruangan itu terbuka. Gheana segera menghampiri dokter bersamaan dengan keluarga Tresna, mereka menunggu kabar yang akan diberikan dokter.
"Keadaan pasien semakin kritis, sebaiknya temukan pendonor darahnya cepat," ucap dokter tersebut menjelaskan tentang keadaan Tresna secara singkat.
"A--aku, dok!" seru Gheana membuat semua menatapnya.
"Dia calon suamiku, ambil darahku sebanyak yang dibutuhkan," kata Gheana berharap dokter menyetujuinya.
Dokter menatap Gheana sebelum menganggukkan kepala, "Kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu, apakah kondisi pendonor bisa mendonorkan darahnya," jawab dokter itu lalu meminta Gheana mengikutinya ke ruang transfusi.
Langkah Gheana terlihat pasti, dia ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk calon suaminya itu. Dia yakin bisa mendonorkan darahnya, tentu saja karena Gheana merasa dia dalam kondisi sehat.
Gheana duduk di kursi yang disediakan, lalu dokter pun mulai melakukan pemeriksaan terhadapnya. Setelah selesai, Gheana diminta menunggu di depan ruangan agar memudahkannya jika dipanggil.
Gheana terdiam menunggu hasil pemeriksaan tadi sambil duduk dan matanya menatap terus-menerus pada pintu yang sekarang tertutup.
Gheana langsung berdiri ketika pintu ruangan terbuka bersamaan dengan dokter yang melangkah keluar, dokter itu tersenyum dan mengangguk. "Persiapkan dirimu untuk transfusi darah," ujar Dokter itu kemudian melenggang pergi menghampiri keluarga pasien untuk memberitahukan bahwa pendonor darah telah ditemukan.
Dokter berhenti dihadapan keluarga Tresna yang mengharapkan kabar baik, "Setelah melakukan pengecekan tadi, calon istri pasien bisa mendonorkan darahnya," ujar Dokter membuat keluarga Tresna bernapas lega.
"Syukurlah," kata mereka bersamaan.
Dokter pun segera melangkah ke ruang transfusi darah untuk mengambil darah Gheana dan di donorkan ke Tresna, Gheana terlihat sangat siap ketika Dokter kembali.
"Siap?" tanya dokter memastikan.
Gheana mengangguk yakin.
Kemudian dokter melakukan transfusi darah sesuai prosedur nya, setelahnya mempersilahkan Gheana untuk beristirahat terlebih dahulu di ranjang yang ada di ruangan tersebut sementara dokter itu pergi ke ruangan dimana Tresna berada.
Gheana berbaring sambil menatap langit-langit ruangan, ditarik dan hembuskan nya napas dengan stabil. Pikirannya ia tenangkan dengan cara berusaha berpikir positif, Tresna pasti akan baik-baik saja.
Setelah dirasa keadaannya sudah stabil, Gheana segera meninggalkan ruangan tersebut dan menghampiri keluarganya yang sedang menunggu Tresna.
Lagi, Gheana duduk di dekat Dina yang masih memangku anaknya.
"Ghe, mungkin sebentar lagi Mbak pulang," ujar Dina tepat ketika Gheana mendaratkan bokongnya di kursi.
Gheana menatap Kakak nya dan beralih menatap keponakannya yang terlihat mulai sedikit rewel, tidak seanteng sebelumnya.
"Mysell rewel ya, Mbak?" tanya Gheana yang dijawab dengan anggukan kepala Dina.
"Iya, dia mulai rewel. Jadi mungkin sebentar lagi Mbak pulang," jawab Dina sambil tangannya menepuk-nepuk punggung anaknya pelan agar tidak terlalu rewel.
Gheana menganggukkan kepala nya dan menyandarkan kepalanya ke dinding setelahnya, kepalanya terasa sedikit pusing sekarang.
***
Jika tertarik untuk lanjut membaca, jangan lupa klik like dan beri sedikit komentar sebagai bentuk apresiasi terhadap penulis ~~ Love L0VEEERSS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Lanjut!!!!
2022-03-10
2
Chengil
jejak fav juga nih
2022-03-07
2
Mega Ackerman
Aku mampir kak
2022-03-06
2