4. Siapa yang Kamu Sembah?

Apakah Adam Halilintar masih berada di planet Bumi?

Langit malam masih sama, berwarna kelam dengan bintang-bintang bertebaran menemani ratu malam yang hanya menampakkan separuh bulatan tubuh. Bersinar malu-malu.

Tetapi di tanah tempatnya berpijak, suasana begitu hening, tenang dan remang-remang. Lampu-lampu di teras rumah warga bersinar dengan intensitas cahaya yang sudah sekarat. Jalan tanah di depan rumah nyaris tak terlihat.

Bagaimana tidak, energi listrik warga dusun Bukit Hejo bersumber dari solar cell (sel surya) yang dikelola oleh kelompok warga. Tiang listrik dari PLN belum menjangkau dusun. Suplai listrik hanya diperoleh pada malam hari. Pada siang hari, bumi tanpa listrik.

Baginya dusun ini perlu diberi penghargaan sebagai dusun yang mendukung penggunaan energi terbarukan dan dusun yang hemat listrik. Kalimat halus untuk menyindir pemerintah.

Lalu bagaimana dirinya yang merupakan calon ahli IT terkemuka di Indonesia tanpa listrik? Bagaimana ia menyalakan laptopnya?

Sempurna penderitaannya.

Namun warga setempat memiliki kemampuan sekelas kelelawar. Tidak membutuhkan alat penerang tambahan seperti senter atau lampu kapal meskipun melalui jalan gelap.

Tidak menabrak ataupun tersandung.

Mereka memiliki kemampuan mengenali lingkungan sekitar dalam gelap mengandalkan daya ingat dan insting. Berbeda dengan kelelawar yang memiliki kemampuan ekolokasi.

Udara sangat dingin menggigit kulit. Sweater dan kaos kaki tidak banyak membantu. Yang ia butuhkan adalah pelukan yang bisa menghangatkan dan menumbuhkan gairah. Tiba-tiba saja ia rindu kehangatan Sophia.

Sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam. Nyamuk juga tidak mau kalah, berdengung-dengung terbang kesana kemari. Berhamburan mencari pendonor darah. Menyedot begitu saja tanpa permisi, ikhlas ataupun tidak ikhlas.

Sesekali suara burung gagak menggema, membuat tubuh merinding. Otot kecil yang melekat pada rambut di sekujur tubuh berkontraksi hanya karena mendengar suara itu.

Lolongan anjing di kejauhan menyempurnakan irama malam. Mungkin anjingnya sedang patah hati, merasa gelisah akan perpisahan. Seperti gelisahnya, terdampar di planet baru.

Bukan suara jangkrik, suara nyamuk, suara burung gagak atau lolongan anjing yang ia inginkan. Ia ingin mendengar irama berdetak kencang di kelab malam. Atau dentuman musik saat ia dan band-nya sedang manggung. Dan satu lagi yang ingin ia dengar, desa han manja Sophia.

Ia heran mengapa Sophia mampu mengunci hatinya. Sehingga tidak mudah mencari pengganti kala wanita itu meninggalkannya. Padahal wanita cantik, pintar dan kaya yang ia kenal, bertumpuk. Tidak muat satu gudang beras untuk menampungnya.

Dari teras rumah Ustadz Zaenal, ia belajar beradaptasi dengan suasana malam sekaligus belajar menerima kenyataan. Mulutnya sibuk mengepulkan asap rokok, dan jiwanya tanpa diperintah terbang jauh ke Amsterdam. Sampai ia tidak tahu sejak kapan Ustadz Zaenal duduk di sampingnya.

"Eh, Paman." Ia mematikan rokok di dalam asbak, memutar kursi menghadap ke Ustadz Zaenal dan duduk dengan cara yang sopan.

Setelah hening beberapa saat, suara Ustadz Zaenal memecah keheningan.

"Jadi kenapa Ayahmu mengirim kamu kemari, Nak?"

Bukankah Ustadz Zaenal sudah tahu kenapa ia terdampar di tepi belantara? Mengapa masih bertanya?

"Belajar agama, Paman," sahutnya.

Tidak mungkin ia dikirim ke tempat ini untuk dijodohkan dengan anak Pak Ustadz. Karena anak satu-satunya Pak Ustadz seorang laki-laki dan sedang menempuh pendidikan di Mesir.

"Memang kamu belum pernah belajar agama selama ini ya?" kekeh Ustadz Zaenal mendengar jawaban polosnya.

"Ayah menginginkan aku belajar agama lebih mendalam lagi, Paman. Karena aku kelewat nakal katanya. Siapa tahu kelak aku jadi Ustadz."

Sekali lagi Ustadz Zaenal terkekeh. Ia yakin Ustadz Zaenal sudah mendengar dari ayahnya bagaimana nakalnya dirinya. Sehingga ia tidak perlu ceritakan sejauh mana kenakalannya.

"Belajar agama apa?"

Gilirannya yang terkekeh mendengar pertanyaan Ustadz Zaenal. Apa tidak ada pertanyaan yang lebih berbobot?

"Ya agama Islamlah, kita kan Muslim, paman Ustadz."

Ustadz Zaenal mengangguk-anggukkan kepala

"Mengapa kamu mengatakan bahwa kamu seorang Muslim?"

Ia terhenyak mendengar pertanyaan Pak Ustadz. Sekaligus merasa heran. Belum belajar sudah mendapat ujian.

"Ini pre test ya, Paman?"

"Kamu belum jawab Paman," sela Ustadz Zaenal, mulai tampak serius.

"Pada keterangan agama di KTP tertulis I S L A M," ia menegaskan disertai senyuman.

"Apa tandanya seorang dikatakan beragama Islam?"

Entah apa maksud Ustadz Zaenal padanya, tidak berhenti bertanya.

"Mengucapkan dua kalimat syahadat dan mendirikan sholat."

Pertanyaan Ustadz Zaenal dengan mudah ia lahap.

Apa tidak ada pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya lagi? Soal ujian Ustadz Zaenal selevel anak SD baginya.

"Mengapa orang muslim mendirikan sholat?"

Pertanyaan yang tidak terputus dari Ustadz Zaenal.

Lah yang ingin menuntut ilmu itu dirinya atau Ustadz Zaenal sih?

"Kewajiban orang Muslim," jawabnya singkat.

"Kewajiban orang Muslim kepada siapa?"

"Kepada Tuhan," singkatnya. Mulai jengah dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya.

"Siapa itu Tuhan?"

"Ah masa Pak Ustadz nggak tahu? Yang menciptakan kita lah. Karena Tuhan telah menciptakan kita, maka kita harus menyembah-Nya," ucapnya dengan penuh ke sok tahuan.

"Kamu kenal siapa yang kamu sembah saat sholat? Kamu tahu bagaimana wujudnya? DIA berada di mana?"

Semakin banyak pertanyaan Pak Ustadz, semakin menikam. Bila ia terus menjawab maka pertanyaan Ustadz Zaenal tidak akan ada habisnya. Sehingga ia memilih mengalah, demi perdamaian dan ketentraman dunia.

"Nggak tahu, Pak Ustadz." Lebih baik ia berpura-pura bodoh

"Bagaimana bisa kamu menyembah sesuatu yang kamu tidak tahu, Nak?" Ustadz Zaenal tersenyum bijaksana padanya.

Ia hanya bisa tersenyum kecut. Strateginya ternyata kurang tepat. Meskipun berhenti menjawab, ia tetap diserang dengan pertanyaan.

"Kita harus mengenal siapa yang kita sembah, Nak," lanjut Ustadz Zaenal. "Kamu sholat?"

Ia tersenyum malu pada Ustadz Zaenal.

"Kadang-kadang, Ustadz."

"Yang dua kali setahun itu?" tanya Ustadz Zaenal kembali.

"Kalau itu nggak pernah alpa, Paman. Sholat lima waktu yang kadang-kadang. Kadang sholat kadang tidak. Lebih banyak tidaknya sih," akunya, tersenyum malu.

"Saat sholatmu yang kadang-kadang itu, siapa yang terbayang di kepalamu?" lanjut Ustadz Zaenal.

Ia kembali tersenyum malu. Karena seumur hidup ia belum pernah merasakan yang namanya sholat khusyuk. Mulutnya membaca surah dan doa, tetapi pikirannya menerawang kemana-mana.

"Kadang yang terbayang, ayah yang sedang marah, dosen yang terlalu banyak ngasih tugas dan pacar yang lagi ngambek, Pak Ustadz." Ia menyeringai.

Bukankah jujur lebih baik daripada sok pintar?

Ustadz Zaenal kembali tersenyum.

"Pada saat sholat, kamu mengucapkan,

Iyyaaka na'budu wa lyyaaka nasta'iin (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Sementara saat itu yang terbayang di kepalamu adalah ayahmu. Lalu siapa yang kamu sembah, Tuhan atau ayahmu?"

Ia tertegun mendengar pertanyaan Ustadz Zaenal.

Bibirnya tidak mampu mengeluarkan kalimat untuk beradu argumen. Sangat masuk akal.

"Jadi siapa yang kamu sembah selama ini dalam sholatmu yang kadang-kadang?" Ustadz Zaenal kembali mengulangi ucapan yang dibarengi senyum. Sorot mata Ustadz Zaenal sangat lembut, tetapi menikam.

Membuatnya ikut tersenyum yang disertai rasa bersalah. Ia jarang menundukkan kepala bila sedang beradu argumen. Tapi kali ini, kepalanya menghadap ke asalnya. Tanah.

"Kamu tahu apa itu Musyrik?" Ustadz Zaenal kembali bertanya padanya.

"Menyekutukan Allah," sahutnya dengan cepat.

"Apa itu menyekutukan Allah?"

"Menyembah dan memohon pertolongan selain kepada Allah," jawabnya dengan terbata-bata. Memikirkan kemana Ustadz Zaenal akan menggiringnya lagi.

Sesaat kemudian ia terhenyak. Terhenyak karena jawabannya sendiri. "Ustadz, jadi sholatku tadi itu sudah masuk ciri musyrik ya?" tanyanya ragu.

Ustadz Zaenal kembali terkekeh. "Anakku Adam Halilintar, gunakan akalmu untuk berpikir. Mudah-mudahan Allah menerima ibadah kita, dan segala sesuatu yang kita lakukan bernilai ibadah."

"Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya dan menjadi khalifah (utusan) di muka bumi. Jadi jangan terlena oleh kesenangan dunia. Kesenangan dunia itu hanyalah tipuan yang menyesatkan."

Ustadz Zaenal kembali tersenyum kepadanya.

"Bila kamu benar-benar serius ingin belajar ilmu agama, memohonlah kepada Allah SWT, agar ditunjukkan jalan yang lurus. Datanglah kepada Paman dengan gelas kosong."

Terpopuler

Comments

VS

VS

keyeenn paman

2024-06-05

1

VS

VS

amin yang keras

2024-06-05

1

VS

VS

nah loo

2024-06-05

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. The Oceano
3 2. Yang Menjadi Awal Baginya
4 3. Terasing di Bukit Hejo
5 4. Siapa yang Kamu Sembah?
6 5. Jalan yang Lurus
7 6. Pasukan Berani Mati
8 7. Rasa Malu Yang Mengerdil
9 8. Dibawah Ekspektasi
10 9. Jingga Mardhiyyah
11 10. Nyali Sekerdil Semut (1)
12 11. Nyali Sekerdil Semut (2)
13 12. Naluri Seorang Buaya
14 13. Mari Bertemu
15 14. Berburu Ibu Guru
16 15. Jingga di Langit Sore
17 16. Adam Halilintar
18 17. Hakikat Sholat
19 18. Pride Seorang Pria
20 19. Menanti Bidadari Turun ke Kali
21 20. Yang Dihindari di Kali
22 21. Bunga Pongah Berduri
23 22. Roro Jonggrang
24 23. Flamboyan Kuning
25 24. Buaya dan Buguyu
26 25. Merpati Hutan
27 26. Hai Gadis Kampung Kopi
28 27. Penaklukan Hati
29 28. Senang Melihat Jingga Susah
30 29. Namamu Cinta
31 30. Pikiran yang Selalu Kotor
32 31. Yang Maha Mengatur
33 32. Mendamba Cinta dari Makhluk
34 33. Purnama di Ujung Bukit
35 34. Wajah-wajah yang Tersiram Hujan
36 35. Rasa Bersalah yang Menyergap Hati
37 36. Bukan Untukku
38 37. Teman Dikala Susah
39 38. Sang Petandang
40 39. Hujan Merah Jambu
41 40. Kamu Adalah Angin Semilir
42 41. Aku Pemujamu
43 42. Membawanya ke Sebuah Masa
44 43. Gelap dan Hujan
45 44. Tuak Manis jadi Tuak Asam
46 45. Pemuda di Bawah Pohon Kersen
47 46. Mengakar di Sanubari
48 47. Pindah ke Lain Hati
49 48. Bukan Cinta Sesaat
50 49. Wajah di Dalam Cermin
51 50. Pisau Bermata Dua
52 51. Hari Terburuk
53 52. Adalah Kamu
54 53. Lembaran Kisah
55 54. When The Sun Goes Down
56 55. Langit dan Laut
57 56. D I A
58 57. Dari Jendela Kamar
59 58. Padamu Jingga
60 59. You Are My Whole World
61 60. Temani Aku
62 61. Demi Cinta
63 62. Pengakuan
64 63. Kebohongan demi Kebohongan
65 64. Tamu Senja
66 65. Hari Terkabulnya Doa
67 66. Malam yang dirindu (1)
68 67. Malam yang dirindu (2)
69 68. Malam yang dirindu (3)
70 69. Cinta Sepotong Roti
71 70. Pengantin Baru
72 71. Serumpun Cerita
73 72. Motivasi Baru
74 73. Surga sebelum Surga
75 74. Mimpi
76 75. Jalan yang Ditapaki
77 76. Rumah Kita
78 77. Permata yang Indah
79 78. Sang Drummer
80 Bab 79. Yang Merisaukan Hati
81 Bab 80. Bubur Ayam
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Prolog
2
1. The Oceano
3
2. Yang Menjadi Awal Baginya
4
3. Terasing di Bukit Hejo
5
4. Siapa yang Kamu Sembah?
6
5. Jalan yang Lurus
7
6. Pasukan Berani Mati
8
7. Rasa Malu Yang Mengerdil
9
8. Dibawah Ekspektasi
10
9. Jingga Mardhiyyah
11
10. Nyali Sekerdil Semut (1)
12
11. Nyali Sekerdil Semut (2)
13
12. Naluri Seorang Buaya
14
13. Mari Bertemu
15
14. Berburu Ibu Guru
16
15. Jingga di Langit Sore
17
16. Adam Halilintar
18
17. Hakikat Sholat
19
18. Pride Seorang Pria
20
19. Menanti Bidadari Turun ke Kali
21
20. Yang Dihindari di Kali
22
21. Bunga Pongah Berduri
23
22. Roro Jonggrang
24
23. Flamboyan Kuning
25
24. Buaya dan Buguyu
26
25. Merpati Hutan
27
26. Hai Gadis Kampung Kopi
28
27. Penaklukan Hati
29
28. Senang Melihat Jingga Susah
30
29. Namamu Cinta
31
30. Pikiran yang Selalu Kotor
32
31. Yang Maha Mengatur
33
32. Mendamba Cinta dari Makhluk
34
33. Purnama di Ujung Bukit
35
34. Wajah-wajah yang Tersiram Hujan
36
35. Rasa Bersalah yang Menyergap Hati
37
36. Bukan Untukku
38
37. Teman Dikala Susah
39
38. Sang Petandang
40
39. Hujan Merah Jambu
41
40. Kamu Adalah Angin Semilir
42
41. Aku Pemujamu
43
42. Membawanya ke Sebuah Masa
44
43. Gelap dan Hujan
45
44. Tuak Manis jadi Tuak Asam
46
45. Pemuda di Bawah Pohon Kersen
47
46. Mengakar di Sanubari
48
47. Pindah ke Lain Hati
49
48. Bukan Cinta Sesaat
50
49. Wajah di Dalam Cermin
51
50. Pisau Bermata Dua
52
51. Hari Terburuk
53
52. Adalah Kamu
54
53. Lembaran Kisah
55
54. When The Sun Goes Down
56
55. Langit dan Laut
57
56. D I A
58
57. Dari Jendela Kamar
59
58. Padamu Jingga
60
59. You Are My Whole World
61
60. Temani Aku
62
61. Demi Cinta
63
62. Pengakuan
64
63. Kebohongan demi Kebohongan
65
64. Tamu Senja
66
65. Hari Terkabulnya Doa
67
66. Malam yang dirindu (1)
68
67. Malam yang dirindu (2)
69
68. Malam yang dirindu (3)
70
69. Cinta Sepotong Roti
71
70. Pengantin Baru
72
71. Serumpun Cerita
73
72. Motivasi Baru
74
73. Surga sebelum Surga
75
74. Mimpi
76
75. Jalan yang Ditapaki
77
76. Rumah Kita
78
77. Permata yang Indah
79
78. Sang Drummer
80
Bab 79. Yang Merisaukan Hati
81
Bab 80. Bubur Ayam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!