Adam Halilintar mengisap rokoknya dengan tarikan yang panjang, kemudian menghebuskan nafasnya sehingga asap rokok keluar membentuk bulatan-bulatan cincin.
Beberapa kali ia ulangi. Demi mengusir rasa bosan menunggu jemputan pulang dari Ayah dan Ibunya. Di sebuah Pusat Rehabilitasi Narkoba di Bandung.
Ia telah menjalani program residensi jangka pendek di panti rehabilitasi narkoba selama 60 hari, dan hari ini adalah waktunya untuk pulang. Ia harus menjalani rehabilitasi setelah tertangkap polisi melakukan pesta narkotika bersama teman-temannya.
Di tempat itu ia mendapatkan terapi dengan Individual Treatment Plan secara eksklusif, menggunakan fasilitas premium dari tenaga profesional yang telah tersertifikasi.
Setelah menjalani proses rehabilitasi selama dua bulan, hasratnya untuk mengkonsumsi narkotika tidak pernah muncul lagi. Yang menggebu-gebu dalam dirinya saat ini adalah kembali bergabung dengan teman-temannya bermain band dan basket.
Kuliah? Ia terpaksa mengambil cuti akademik satu semester karena harus menjalani program rehabilitasi ketergantungan narkotika. Ia masih bebas kuliah selama empat bulan. Dari dalam panti rehabilitasi ia sudah mengatur jadwal, apa saja yang akan dilakukannya selama empat bulan kedepan.
Sophia kekasihnya, memutuskannya karena mendapat informasi bila ia tertangkap polisi saat sedang melakukan pesta narkoba. Dan terpaksa masuk ke dalam panti rehabilitasi narkotika.
Ia menggunakan narkotika berawal dari coba-coba, ingin dianggap keren dan gaul. Memberikan sensasi rasa senang dalam waktu singkat. Tapi ternyata Narkotika akhirnya bersifat candu baginya, merasa ingin terus-menerus mengonsumsinya. Muncul efek withdrawal yang membuatnya merasa sangat sakit ketika tidak mengonsumsinya.
Bukannya Sophia tidak tahu bila ia menggunakan narkotika. Ia sudah berkali-kali berjanji akan menjauhi zat terlarang tersebut. Dan begitu mengetahui ia tertangkap, tanpa mengulur waktu, Sophia mengeksekusinya, memutuskan hubungan dengannya melalui sambungan telepon.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah tertangkap, dikurung di pusat rehabilitasi, diputuskan kekasih pula.
Sophia tidak ingin menerima lagi panggilan telepon serta tidak ingin membalas pesannya. Yang terakhir, Sophia bahkan memblokir nomornya.
Namun ia sangat yakin bila Sophia tidak akan bisa melupakannya. Suatu saat akan meminta kembali padanya. Mana ada wanita yang bisa melupakan dirinya?
Sophia merupakan adik satu tingkat di Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi dan Sains Universitas PAR. Namun Sophia justru lebih dahulu meraih gelas sarjana darinya dan melanjutkan program pasca sarjana di Amsterdam.
Sedangkan dirinya sampai saat ini masih berstatus mahasiswa di Universitas PAR. Entah kapan bisa menyelesaikan kuliahnya, terlebih saat ini ia harus mengambil cuti akademik karena kasus yang menimpanya.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
Ayah dan Ibunya.
Tidak ada ekspresi gembira dari Ayahnya menyambutnya pulang ke rumah. Sangat wajar, ia pulang ke rumah bukan karena menjuarai sebuah lomba yang mengharumkan nama negara. Tetapi ia baru saja keluar dari pusat rehabilitasi setelah mencoreng nama baik ayah dan ibunya yang dua-duanya merupakan pejabat di Kota Bandung.
Beruntung ibunya masih menyambutnya lebih baik dari ayahnya.
"Ya ampun, kamu acak-acakan banget Nak, keluar dari pusat rehabilitasi. Padahal ibu sudah memilih program eksklusif untukmu," lontar ibunya. Memeluknya dan mencium kedua pipinya.
Sepanjang jalan pulang ke rumah ia harus mendengar omelan dari ayahnya.
"Semoga dengan kejadian yang menimpa kamu, kamu bisa sadar. Bahwa kenakalan itu tiada gunanya. Berusahalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Berhentilah mengecewakan Ayah dan Ibu," tutur Ayahnya.
"Ayah dan Ibu tidak perlu khawatir. Anak nakal itu akan sukses dengan caranya sendiri. Aku tahu kapan saatnya berhenti dan membangun hidup," celetuknya, menyampaikan pembelaan dirinya.
"Kalau kamu tahu kapan akan berhenti, berhentilah mulai dari sekarang. Ayah heran, mengapa semua sifat nakal ada padamu. Narkoba, minuman keras, tawuran, kuliah tidak pernah kelar. Apa kamu tidak bisa melakukan sesuatu yang membanggakan Ayah dan ibu?" suara Ayahnya meninggi.
"Kerjamu hanya menggebuk drum, mau jadi apa nanti?"
"Kamu hampir saja masuk penjara. Untung Ayah masih punya pengaruh. Bila Ayah dan Ibu sudah pensiun, dan kamu masih mengulangi hal yang sama, kamu akan membusuk di dalam penjara," lanjut Ayahnya.
"Sophia bilang ke Ibu, kalian udah putus? Benar itu, Adam?" sela Ibunya.
"Sophia yang memutuskan aku, Bu," jawabnya lirih.
"Wanita baik-baik akan mencari pria baik-baik juga. Jangan bermimpi akan mendapat wanita seperti Sophia bila kamu belum mengubah sifatmu itu. Kamu hanya akan mendapatkan wanita yang sama nakalnya." Ibunya turut memojokkannya seperti Ayahnya.
Orang tuanya meragukan ia akan mendapatkan wanita baik-baik seperti Sophia. Wanita cantik, pintar dan berkelas.
Ia akan membuktikan kepada orang tuanya bila Sophia kelak akan kembali kepadanya. Karena ada satu hal yang membuat Sophia tidak bisa lepas darinya.
Atau ...
Ia akan menemukan wanita di atas Sophia dalam segala hal.
Tidak butuh istirahat begitu keluar dari pusat rehabilitasi. Begitu malam tiba, ia mengikat rambutnya yang sudah hampir mencapai bahu panjangnya, mengenakan jacket dan meluncur menggunakan motor sport-nya ke rumah Etan.
Etan Benaya adalah teman sesama anak band. Bila posisinya sebagai seorang drummer, Etan menjadi bassis. Etan merupakan teman terdekatnya saat ini. Namun bila ia sedang kesal pada temannya itu, nama etan akan berubah menjadi setan.
Rumah Etan selalu ramai oleh para anak muda. Karena Etan tinggal sendiri di rumah yang ukurannya lumayan besar. Sehingga rumah Etan sering dijadikan tempat ngumpul.
Mereka bebas melakukan apa saja di rumah itu. Termasuk membawa pacar, dan meminjam salah satu kamar Etan.
"Woi akhirnya, si gondrong udah wisuda dari panti rehabilitasi," sambut Etan begitu ia masuk ke rumah Etan.
"Setan lu," gerutunya.
Di ruang tamu Etan, ada dua personil band lainnya, Zul sang gitaris dan Wildan si vokalis.
Yang membuat matanya mendadak fresh, karena di ruang tamu itu bukan hanya ada tiga orang tadi. Tetapi ada dua gadis ABG yang duduk di sofa panjang.
Merupakan hal biasa bagi mereka, bila rumah Etan ataupun studio tempat mereka berlatih sering dikunjungi oleh gadis-gadis. Sebagai pemain band, mereka digandrungi wanita terutama anak ABG. Meskipun mereka tidak masuk dalam jajaran selebritis.
Apalagi dua orang dalam personil band mereka, memiliki wajah dan penampilan di atas rata-rata. Wildan dan tentu saja dirinya.
"Kak Adam." Dua gadis itu menyapanya.
"Hi Neng! Kita pernah bertemu sebelumnya ya? Maaf lupa."
"Aku Fely, Kak. Kita bertemu saat The Oceano manggung di D Orange Cafe," ucap gadis yang rambutnya dipirang.
"Aku Triami, Kak," sahut gadis di samping Fely.
"Oh Fely dan Triami, Kakak ingat sekarang." Padahal ia tidak bisa mengingat wajah dua gadis itu.
Ia lalu duduk di samping Fely. Gadis yang terlihat lebih menarik dalam pandangannya.
"Andre dan Daniel dimana?" ia menanyakan keyboardis dan manajer band mereka kepada Zul.
"Tuh." Zul menunjuk salah satu kamar dengan wajahnya. "Mau gabung atau sudah tobat?" lanjut Zul tergelak.
Ia tahu apa maksud Zul. Kamar yang dimaksud Zul merupakan kamar tempat ritual khusus mereka. Ritual menghisap obat terlarang.
Etan dan Wildan ikut tergelak.
"Jagonya udah hilang," celetuk Wildan. "Trauma dia liat polisi."
"Aku capek, nggak mau yang itu. Aku mau dipijat nih. Fely bisa mijat ya?" tanyanya kepada Fely. Bagaimana mungkin ia menyia-nyiakan makhluk lembut dan muda di sampingnya.
"Kamu pikir Fely tukang pijat. Jangan mau Fel. Awalnya aja minta dipijat. Gak sampai lima menit dia yang berubah jadi tukang pijat," lontar Etan, yang kembali diiringi gelak tawa.
"Fely nggak tahu mijat, Kak," sahut Fely malu-malu.
"Fely bisa sambil liat youtube," kilahnya. "Kalau Fely udah pijat Kak Adam, Fely dapat hadiah satu lagu dari Kak Wildan deh," ujarnya, mengedipkan satu matanya kepada Wildan.
"Enak dikamu, kamu yang dipijat aku yang disuruh nyanyi," gerutu Wildan.
"Triami, pijat Kak Wildan dong, Kak Wildan juga mau, tapi pemalu," ucapnya, berdiri menggandeng tangan Fely menuju salah satu kamar Etan.
"Pinjam kamar ya, Etan," tukasnya kepada Etan sambil berjalan.
"Sewa," sahut Etan sekenanya.
"Kalau perlu aku sewa satu rumah sekaligus," balasnya.
Salah satu kelebihan menjadi pemain band adalah, selalu saja ada gadis cantik yang bisa di ajak ke kamar dengan sukarela.
Begitu tiba di kamar, ia melepas jacket dan kaos yang digunakan. Lalu berbaring tengkurap di atas ranjang.
"Aku pijat apanya, Kak?" tanya Fely.
Ia tahu, gadis seperti Fely hanya berpura-pura lugu. Sesungguhnya Fely sudah berpengalaman. Karena wanita yang menjaga kehormatan tidak mungkin semudah ini diajak masuk ke dalam kamar oleh seorang pria yang baru dikenal.
"Punggung aja dulu."
"Hanya punggung, Kak Adam gak mau kakinya dipijat juga?"
Nah tuh kan? Lalu siapa yang akan menolak tawaran yang menggiurkan?
"Boleh," dengan segera ia bangun kembali membuka celana jeans, menyisakan boxernya. Lalu kembali berbaring tengkurap di atas ranjang.
Tangan lembut Fely pun mulai beraksi di kakinya.
"Tangan kamu lembut banget Fely," ia mulai merayu wanita itu. Salah satu keahliannya. Apalagi semakin dirayu, pijatan gadis itu semakin melenakan.
"Kak Adam suka wangi kamu Fel," tambahnya lagi.
Tetapi saat tangan gadis itu mencapai paha, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh pintu yang didobrak sangat keras dari luar.
Saat ia menoleh ke arah pintu, tampak beberapa orang berpakaian preman sedang menodong senjata kepada mereka berdua.
"Bangun! Jongkok di lantai, tangan di kepala!"
Apa? Polisi lagi?
Mengapa nasibnya begitu sial?
Namun yang membuatnya lebih terkejut lagi, mengapa Fely tidak berpakaian?
Padahal ia tidak pernah membuka baju Fely ataupun meminta Fely untuk membuka baju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
VS
ayah belike : PREETT
2024-06-03
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
apakah itu dammm
2023-01-08
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
dobel apess yaa damn
2023-01-08
1