Kediaman Deni
"Makan yang banyak Kak! Aku perhatikan Kakak lebih kurus daripada terakhir kali kita bertemu," ujar Diana sambil mengunyah.
Deni memutuskan untuk memesan gofood karena restoran langganannya sedang penuh pembeli.
"Masa sih? Ah, perasaan kamu saja!" sahut Deni.
"Beneran, aku bisa menebaknya dari jam tangan Kakak yang kelonggaran."
Deni melirik arlojinya, memang terlihat ada sedikit ruang di antara pergelangan tangannya. Pria itu tersenyum kikuk, Diana ini memang sangat perhatian, sangat perhatian hingga berakhir menyeramkan.
Deni tidak akan pernah lupa saat-saat Diana merawatnya. Pria itu sangat trauma mengingat betapa protektif Diana yang mengharuskannya diet garam selama 3 bulan. Padahal diagnosis Deni hanya gejala typus.
Apa hubungan trombosit dengan garam?
Sejatinya, Deni sangat suka makanan yang asin-asin gurih. Sehari saja memakan makanan hambar bisa membuat lidahnya kelu. Karena itulah, Deni sebisa mungkin menjaga kesehatan agar terhindar dari mode perawatnya Diana.
"Ini... kebetulan Kakak baru saja membelinya. Jadi, belum disesuaikan dengan ukuran tangan Kakak," dalih Deni cari aman. Pria itu melahap makanan sampai pipinya mengembung.
"Aku harus menaikkan badan dalam seminggu!" batin Deni.
Diana menaikkan alis tidak percaya, baru ia hendak melontarkan kata, Deni langsung mengambil langkah.
"Kakak duluan ya, masih ada pekerjaan yang harus Kakak selesaikan. Tidak perlu menunggu Kakak pulang, karena Kakak bawa kunci cadangan." Deni bangkit seraya menenggak segelas air putih. Pria itu teringat akan dinner Ares nanti malam.
"Masih? Ini sudah jam 5 sore loh!" ucap Diana agak khawatir.
Ternyata usaha mengalihkan Deni berhasil, Pria itu mengangguk mantap. "Asal kamu tau, Jobdeskku kadang sampai 24 jam."
"Jangan-jangan ini yang bikin Kakak kurus, Kakak kecapean!"
"Bukankah kerja keras tidak mengkhianati hasil?" Deni mengangkat tangan menunjuk akan hasil kerjanya selama ini. Ia akhirnya memiliki rumah idaman.
Diana memicingkan mata. "Sampai hari ini aku tidak tau Kakak kerja untuk siapa? Bos macam apa yang menjadikan bawahannya sapi perah? Ini sudah bukan waktunya bekerja!"
Deni menggelengkan kepala. "Sebaiknya kamu tidak mengenalnya. Dan kamu benar! Bos Kakak orang yang sangat otoriter. Keras kepala serta susah diatur. Kalau bukan karena gaji yang besar, Kakak lebih baik jadi pengangguran!"
Di lain tempat tampak seorang pria yang bersin-bersin sejak tadi. "Hachim!!!"
"Ayah, Anda baik-baik saja?" tanya Hades.
"Entahlah, sepertinya Ayah terkena flu." Ares mengusap hidungnya yang merah.
***
Restoran XXX
Suara music Jazz mengalun merdu menambah romantis suasana dinner kala itu. Deni tersenyum sumringah mengingat jika usahanya berbuah manis. Hampir setengah tahun Deni membujuk Ares untuk melakukan kencan buta, hingga akhirnya duda anak satu itu menyetujuinya.
"Aku tidak sabar menanti hari-hari penuh kedamaian," gumam Deni membayangkan Ares mengapit tangan seorang wanita menuju altar.
Meski sebenarnya terlalu dini untuk berpikir ke arah sana. Apa salahnya membayangkan kebaikan?
Ting!
Sebuah notifikasi membuyarkan khayalan Deni menuju realita. Pesan dari partner kencan Ares terpampang di layar ponselnya.
[Pak Deni, saya sudah di lobby,]
Deni segera menjemput kandidat calon ibu tiri Hades. Dari kejauhan tampak sesosok wanita cantik mengenakan gaun panjang berwarna biru muda. rambutnya disanggul rapi menambah kesan elegan. Deni semakin yakin jika kencan malam ini akan berujung ke jenjang selanjutnya.
"Dengan Nona Ussy?" sapa Deni.
Wanita yang disapa menoleh pada Deni. "Pak Deni?" tebaknya sedikit ragu.
Deni mengangguk. "Benar, saya Deni asisten pribadi Tuan Ares," pungkasnya.
"Tuan Aresnya sudah datang?" terlihat jelas binar di mata Ussy yang diam-diam mengagumi Ares.
"Beliau sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai. Mari saya antarkan Nona langsung ke meja reservasi," tawar Deni.
"Oh, iya! Terima kasih!" Ussy menurut dan mengikuti Deni.
Sementara itu di dalam sebuah limosin, ada dua pria beda generasi. Mereka sama-sama tampan dengan setelan armani yang membalut tubuhnya. Ares memberikan instruksi.
"Ingat Hades, kamu harus melakukan apa yang sudah Ayah ajarkan di rumah. Mengerti?"
"Baik, Ayah!"
Ares menyeringai licik sambil mengusap rambut Hades.
Tidak lama limosin Ares sampai di restoran yang Deni siapkan, pria itu berjalan gagah menuju meja reservasi. Deni yang tadinya sumringah mendadak bermuram durja saat maniknya menangkap keberadaan Hades. Sedangkan Ussy tampak kebingungan.
"Selamat malam semuanya!" Ares tersenyum paripurna.
Melihat gelagat Deni dan Ussy yang akward, Ares langsung melirik Hades. Pria itu memberikan isyarat pada puteranya.
Hades menangkap sinyal lalu melingkarkan tangan pada lengan Ares. Bocah itu bergelayut sambil merengek.
"Ayah, jangan tinggalkan aku. Aku ingin selalu bersama ayah! Aku juga tidak mau punya Ibu Tiri. Kata temanku Ibu tiri pasti jahat. Bahkan ada lagunya kalau ibu tiri hanya sayang pada ayah saja."
Deni membelalakkan mata mendapati tingkah Hades yang diluar prediksi. Selama ini Tuan Muda Atmaja selalu bersikap sopan dan dewasa. Sungguh Deni sampai tidak bisa berkata-kata saking terkejutnya.
"Ada apa dengan Tuan muda? Apa Anda sakit?" tanya Deni khawatir. Pria itu menempelkan punggung tangannya pada kening Hades. Alisnya pun mengerut. "Tidak panas."
Ares mengulum senyum menahan geli akan sandiwara Hades yang ternyata lucu.
"Maaf, Hades memang sangat manja. Dia tidak pernah mau jauh dari Ayahnya."
Sementara itu Ussy terperangah melihat Hades yang memanggil ayah pada Ares.
"Tuan Ares ... sudah punya anak?" Ussy bertanya dengan wajah kecewa. Dia tidak tahu jika Ares merupakan duda anak 1. Pasalnya, selama ini Ares terkenal sebagai duda tanpa anak. Ares memang sengaja menyembunyikan identitas Hades demi keamanan.
Deni sampai lupa akan keberadaan Ussy. Pria itu gelagapan apalagi mengingat ucapan Hades barusan. Dinner ini sudah dipastikan gagal total.
Ussy yang kepalang malu memilih pamit. Wanita itu ternyata tidak cukup berani mendekati Hades yang sudah mengultimatum tidak ingin punya ibu tiri.
"Sebaiknya saya pulang sekarang!"
"Tu-tunggu dulu Nona Ussy, biar saya jelaskan!" Deni berusaha mengejar agar Ussy mau meneruskan acara. Namun, percuma. Ussy sudah menaiki mobil dan pergi dari sana.
Deni berjalan gontai kembali ke meja Ares. Yang bersangkutan malah tampak senang seperti baru saja mendapatkan lotere.
"Mana partnerku? Aku sudah di sini, dia malah pergi," sarkas Ares.
"Tuan pasti sengaja 'kan?" geram Deni menahan kesal.
"Sengaja apa?"
"Membawa Tuan Muda!"
"Loh, apa salahnya?"
"Jelas salah waktunya. Tuan 'kan tau kalau akan kencan buta. Buka acara study tour!"
"Kamu juga lihat sendiri Hades yang merengek, aku mana tega?" Ares berkilah seperti biasa.
Deni menatap Hades yang asik menyesap coklat panas. "Apakah itu benar Tuan Muda? Tuan tidak mau punya ibu tiri?"
Hades belum sempat menjawab, secarik kertas yang terselip di saku jas mencuri perhatian Deni. Sebuah skenario tertulis di sana. Deni memberikan tatapan maut pada Ares yang nyengir kuda.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ismi Kawai
🤭🤭🤭
malu sih. secara bawa bodiguard
2025-03-03
0
Yuiko23
keren hades...
2025-03-06
1
Hayurapuji
dia syok /Facepalm/
2025-03-03
1