Gloomy Corp.
Ares mengatupkan mulutnya dengan rahang yang mengeras. Dia kesal karena Deni yang begitu gigih, ditambah wajah memelas itu. Menyilaukan mata Ares.
“Berhenti menatapku seperti itu!” sambil menutup mata, Ares meraba meja kerja. Mencari kacamata hitam guna menghalau blink-blink yang dipancarkan Deni.
Deni pun dengan sengaja mengambil kacamata itu dan memasukkannya ke dalam saku.
“Mana kacamataku?” Ares kesal, sejak tadi yang dicari tidak ditemukan.
“Saya akan memberikannya, asal Tuan berkenan ikut saya malam ini!”
“Jangan main-main ya, Deni!”
“Saya tidak main-main, saya sudah lelah mengikuti permainan Tuan,” sahut Deni santai.
Ares menghirup udara dalam, dengan begitu amarahnya yang akan meledak segera meredam. Tidak ada salahnya mengalah untuk menang. Ares kemudian tersenyum samar. Dia tidak akan begitu saja mau. Dia akan sedikit bersenang-senang nanti.
“Baik! Aku akan ikut denganmu,” ucap Ares.
Mendengar Ares yang mau ikut, sontak membuat Deni senang. Dia dengan semangat mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih, Tuan!”
Ares menyambar kacamata yang ada di saku Deni dan memakainya. “Ya, aku akan datang nanti malam. Dan kau… jangan mengecewakan aku,” ancamnya.
“Saya sudah menyeleksi dengan baik dari bibit, bebet dan bobotnya, Tuan tenang saja,” ungkap Deni percaya diri.
Ares menyeringai. “Aku jadi tidak sabar menanti malam tiba.”
Deni membusungkan dada. “Kalau begitu, saya ijin undur diri. Saya mau menyiapkan makan malam yang istimewa untuk Tuan,” ujarnya.
“Pergilah,” Ares mengangguk memberikan ijin.
Saat itu juga Deni langsung melesat menuju tempat yang sudah dia reservasi. Tentu saja restaurant berkelas dengan live music jazz di dalamnya. Sambil berjalan, Deni melakukan panggilan.
“Selamat sore, dengan Nona Ussy?”
[Ya, saya sendiri,] jawab seseorang di seberang sana.
“Saya Deni, Asisten Tuan Ares Dawson Atmaja-“
[Ah, Pak Deni? Ada apa ya?] suara wanita bernama Ussy itu terdengar antusias. Deni sudah menduganya. Semua wanita jika dihubungi atas nama sang Tuan pasti akan senang.
“Saya ingin mengabarkan jika Tuan Ares berkenan untuk dinner dengan anda nanti malam,” terang Deni.
[Benarkah? Ya Tuhan, baiklah. Terima kasih Pak Deni. Saya akan bersiap-siap dari sekarang,] Deni membayangkan respon wanita itu setelah ponsel ditutup. Pasti akan melompat-lompat kegirangan. Sudah sewajarnya jika Nona Ussy berterimakasih padanya.
“Sama-sama Nona Ussy. Saya tutup dulu,” sahutnya bijak.
[Baiklah, selamat sore Pak Deni.]
Deni menatap ponselnya lalu teringat ucapan Nona Ussy yang menggilnya ‘Pak’.
Memangnya aku sudah setua itu ya? Kenapa tidak memanggilnya Kakak? Deni menggerutu dalam hati.
***
Ares mendengus setelah kepergian Deni. Pria itu sebenarnya enggan, tapi melihat Deni yang terus bersikukuh membuatnya menyerah juga.
“Ara… andai kita tidak berpisah. Mungkin hidupku tidak akan serunyam ini. dijodohkan ke sana-ke mari seolah tidak laku,” desahnya.
Ares masih jalan ditempat dan menatap masa lalu, sedangkan yang lain sudah melanglang buana mengelilingi dunia. Elara kini bahagia dengan keluarga kecilnya. Suami brondong dengan puteri kecil menggemaskan yang sangat mirip dengan ibunya.
Ares malah duduk termenung di meja kerja sambil mengintip foto kecil di mana terpampang dirinya dan Elara waktu memakai seragam putih abu-abu.
“Haaaahh…” lagi hanya itu yang bisa Ares lakukan. Menghela nafas seperti pria tua renta yang punya penyakit asma.
“Aku kangen Acha… apa sebaiknya aku ke rumah Ara? Dia sudah tidak marah lagi ‘kan?” monolognya. Kemudian terlintas sesuatu. “Ah, aku bisa ajak Hades untuk ke sana!”
Hades akan menjadi senjata pamungkasnya jika dirinya mengalami hal buntu untuk menemui Acha, puteri Elara yang dia klaim sebagai anak angkatnya.
Pria itu melihat ke arlojinya. Masih sempat, sebelum acara dinner dia mau mampir menengok Acha. Melepas rindu yang tidak bisa dia salurkan pada ibu anak itu. Bisa-bisa kena bogeman lagi dari Charles. Pria itu terkekeh sendiri, bukannya merasa bersalah. Malah merasa semuanya menarik, menjadi hiburan tersendiri untuknya menggoda Charles hingga pria itu meledak-ledak.
***
Kediaman Charles Scoot
“Ayah!” panggil Acha pada Ares yang baru turun dari mobil. Kebetulan anak itu sedang bermain dengan kelinci peliharaannya di taman. Dari sana dia bisa melihat mobil yang keluar masuk mansion.
“Acha...” Ares merentangkan tangan menyambut Acha yang berlari menuju dirinya. Dia menggendong Acha setelah mengecupi kedua pipi bocah tersebut.
Sedangkan Hades berjalan mengekori Ares tanpa kata. Acha yang melihat Hades pun berseru. Dia turun dari gendongan Ares.
“Kakak Hades!”
“Halo Acha,” sapa Hades sambil tersenyum.
“Acha, siapa yang datang?” tanya seseorang dari balik pohon taman.
Wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang itu mendekat dan sedikit terkejut dengan keberadaan Ares di sana. pria itu tersenyum kikuk.
“Ha-hai Ara…”
“Ares?”
“Mama… Ayah datang dengan Kak Hades!” Acha mengambil alih kebingungan Elara. Wanita itu pun segera melihat ke arah Hades.
“Oh, Hades. Apa kabarmu sayang?” tanyanya lembut. Perubahan sikapnya membuat Ares gusar.
“Kabarku baik, Mama Ara.” Jawab Hades sopan.
“Hm… kau manis sekali, ayo ikut ke dalam. Mama sedang membuat cookies coklat kesukaanmu,” ajak Elara tanpa mengindahkan Ares yang terus menatap wanita itu.
“Baik Ma,”
“Ayo Kak!” Acha menggandeng tangan Hades. Ares sendiri merasa cemburu. Sepertinya Acha lebih antusias dengan kehadiran Hades dibandingkan dirinya. Elara juga, wanita itu tampak sengaja mengabaikan Ares.
‘Ara masih marah,’ gumamnya lesu.
“Ayah, kok diam. Ayo masuk!” Acha datang menghampiri Ares dan menggoyangkan tangan pria itu. Ares yang sempat termenung pun tersentak.
“Eh?”
“Mau sampai kapan kau berdiri di sana?” tanya Elara dengan wajah datar.
Mendengar Elara yang masih mengajaknya bicara membuat Ares senang bukan main. Pria itu bisa bernafas lega. Karena baginya Elara sudah benar-benar tidak marah lagi. Untuk ke depannya dia bisa bermain ke rumah wanita itu lagi.
Ares mengangguk dan segera mengikuti Elara dan yang lainnya masuk mansion. Namun, saat dia dan Elara berjalan berdampingan dia mendengar bisikan Elara.
“Jangan buat ulah, jika tidak mau aku mematahkan hidungmu,” suara halus, tapi menusuk. Elara telah memberikan ultimatum pada Ares hingga pria itu tidak berkutik dan menelan salivanya dengan kasar.
Elara merubah raut wajah datarnya menjadi senyum merekah. “Ayo Ares, jangan buat Hades dan Acha menunggu,” pintanya. Ares hanya bisa mengangguk kaku.
“O-Ok…”
***
Elara menahan kesal dengan kedatangan Ares. Bukan apa, pria itu selalu menjadikan Hades bantalan untuk dirinya. Meredam kekesalan dengan rasa sayangnya pada Hades. Elara tidak bisa menunjukkan itu di hadapan Hades. Sebisa mungkin dia selalu menjaga emosi. Dia hanya ingin memperlihatkan yang baik-baik saja pada anak-anak.
“Ara… maafkan aku,” cicit Ares dengan wajah memohon.
“Aku sudah memaafkanmu, jangan lakukan hal konyol lagi. Aku sudah cukup pusing menghadapi Charles yang merajuk selama seminggu. Belum lagi papan reklame yang kau pasang. Ulang tahunku sudah lewat, kenapa masih terpampang di taman kota?” pekik Elara kesal.
“Aku hanya berusaha menebus kesalahanku,” Elara sering kali mendengar hal ini.
“Semua telah berlalu, bahkan sudah lebih dari 5 tahun. Ares, sadarlah. Mau sampai kapan kau menoleh ke belakang?”
“Sampai aku benar-benar ikhlas menerimamu bersama yang lain,”
“Loh, bukannya kau sudah merestui kami saat kau tertembak dulu?”
“Aku… lupa,” jawabnya polos.
Elara pun mengambil majalah yang ada di bawah meja ruang tamu. Kemudian melemparkan semuanya ke wajah Ares.
Tbc.
Sabar… sabar… sabar…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yuiko23
semangat umi
2025-03-06
1
Hayurapuji
enak banget jawab nya
2023-03-15
0
Sunraiska
Jangan bilang kalo nanti mereka balikan ya author. kasian charles.
2022-08-17
0