pagi hari aira mulia membuka matanya, ia merasa haus, melihat sekeliling, melihat ada sebotol jus di meja dekat ranjangnya
aira mencoba meraihnya tapi aira kesulitan untuk bangun karena tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih membatasi ruang geraknya
ibu aira yang baru masuk ke kamar aira bergegas mengambilkan jus buah untuk aira
"nih ra" ucap ibu mardiana memberikan jus buah pada aira
aira meminumnya perlahan " ra ini ibu buatkan bubur, kamu coba makan ya" ucap ibu mardiana berniat menyuapi aira
"biar aira sendiri ya bu" balas aira
ibu mardiana menaruh nampan berisi bubur ke pangkuan aira
aira mencoba makan tapi ia kesulitan malah hanya mengotori bibirnya, karena memang bibirnya yang masih sakit dan sulit untuk membuka akibat banyak jahitan di mukanya
"maaf Bu sepertinya aira belum bisa memakannya" ucap aira tersenyum tapi air matanya tetap lolos berjatuhan
ibu mardiana mengambil nampan itu " iya gak papa nak nanti ibu bikinin soup daging untukmu jadi bisa pakai pipet dan ibu akan belikan jus buah yang banyak untuk kau minum" ucap ibu mardiana tersenyum lalu buru-buru membawa nampan nya ke dapur
ayah subrata yang melihat istrinya menangis menghampiri ke dapur
"kenapa menangis bu? " tanya ayah subrata
ibu memeluk ayah subrata " aira bilang dia gak bisa buka mulut untuk makan bubur, dan ibu melihatnya saat dia kesulitan makan" ucap ibu mardiana
ayah subrata mengelus punggung ibu mardiana " sabar bu, aira kan masih dalam proses penyembuhan, nanti dia juga sembuh seperti semula " jawab ayah subrata
ibu aira mengusap air matanya lalu menarik nafas dalam-dalam
ibu mardiana kembali menghampiri aira " apa kau mau mandi sekarang? " tanya ibu mardiana membawa lap dan baskom berisi air hangat
" bu aira pengen mandi pakai air yang benar bu bukan di lap doang, badan aira udah gak enak 1 minggu lebih cuma di lap gak dikeramas pula " balas aira
"tapi jahitan mu belum dilepas nak jadi belum boleh kena air" balas ibu mardiana
"ibu lupa ya waktu aira nanya boleh mandi atau gak? dokter bilang boleh yang penting langsung dilap kering dan jangan terlalu lama juga mandinya dan kepala aira yang tak boleh kena air tapi badan aira boleh" balas aira
"iya ibu akan mandiin kamu" ucap ibu mardiana menuntun aira ke kamar mandi dan memandikannya
aira sudah selesai mandi dan dipakaikan baju, ia dibawa ke meja rias untuk di dandani "aira are you okay? " tanya ibu mardiana menatap cermin
aira memegang tangan ibu mardiana " i'm fine" jawab aira tersenyum
"maaf gak bilang ke kamu kalau..." ucap bu mardiana dipotong aira " maaf Bu aira belum bisa bicara tentangnya, sepertinya aira sulit bernafas saat berbicara tentangnya" ucap aira meminta pengertian agar tidak membahas orang yang melukainya
ibu mardiana mengangguk paham " baik, ibu gak akan bahas dia lagi " balas ibu mardiana
ibu mardiana menatap aira dari balik cermin " apa kamu mau jalan jalan sekitar komplek? " tanya ibu mardiana
aira menggeleng pelan " kapan-kapan saja ya bu , aira masih cepat lelah nanti kalau sudah cukup kuat kita bisa jalan jalan. oh ya bu apa viko di rumah, selama ini aira belum ketemu dia " tanya aira yang memang belum melihat puteranya sama sekali setelah ia sadar
"ada, dia sedang di ruang tamu sama ayah dan kakakmu yang lain" balas ibu mardiana
ibu membawa aira ke luar dengan kursi roda menuju ruang keluarga
melihat viko anaknya aira tersenyum sumringah
" viko, bunda kangen " ucap aira mendekati viko anaknya
viko berteriak " kakek ! " viko langsung memeluk kakeknya dan berlindung dibelakang punggung kakeknya ketakutan melihat aira yang terbalut banyak perban
aira menangis tersedu walau wajahnya masih terasa sakit saat menangis, melihat viko anaknya ketakutan dengan kondisinya sekarang tentu membuatnya terluka
ayah subrata berbalik " itu bunda kamu viko" ayah subrata mengusap punggung viko
ke 4 kakak aira menghampiri aira lalu memeluk aira, mengelus pelan punggung aira lembut
"yang sabar ya dek. viko terlalu takut saat melihat kondisimu waktu itu dan sekarang kau masih banyak jahitan serta perban ditangan dan kakimu" ucap raka menenangkan
" iya aira faham itu" balas aira mengusap air matanya mencoba terlihat kuat
keesokan harinya aira selalu berjalan kaki di sekitar halaman rumahnya agar membiasakan tubuhnya bergerak agar ia cepat pulih
"ra makan dulu" panggil ibu mardiana menaruh makanan di meja taman
melihat makanannya aira tersenyum kecut " ini bukan makan bu tapi minum" ucap aira memaksakan senyumnya
ibu aira menangis mendengar itu "maaf nak" ucap ibu mardiana sambil mengusap air matanya
"aira gak papa kok bu, cuma mau betulin ucapan ibu" balas aira tersenyum
"oh ya nak besok kamu ada jadwal ke rumah sakit untuk melepas jahitan yang sudah kering, nanti kak dino yang menemanimu" ucap ibu aira
"iya bu" balas aira
pagi pagi sekali aira tengah bersiap menuju rumah sakit, ia harus datang lebih awal karena jadwal antrian berobat jalan yang begitu panjang
kak dino mendorong aira menggunakan kursi roda. semua orang menatap aira dengan tatapan kasihan
aira yang tahu jadi bersedih melihat tatapan orang-orang yang melihatnya
kak dino menghentikan kursi roda didepan ruang dokter aira, lalu duduk di samping aira memeluknya dari samping
"jangan pernah pedulikan pandangan orang lain terhadapmu, karena mereka tak berbuat banyak untuk hidupmu, cukup pedulikan orang yang menyayangimu dan dirimu sendiri" ucap kak dino
aira menatap haru kakaknya " iya kak, aira akan jauh lebih kuat untuk diri aira sendiri dan orang disekitar aira" balas aira tersenyum
"oh ya dek kakak sudah daftarkan kamu untuk operasi jadi nanti sekalian kita konsultasi untuk operasi mu " ucap kak dino
"bukankah biaya operasi untuk aira sangat mahal, kakak dapat uang dari mana? " tanya aira
"kamu lupa ya, kalau kakak kamu banyak" balas Kak dino tersenyum
"iya aira tahu tapi kak fahri, kak dino dan kak raka sudah punya keluarga yang harus kakak hidupi" ucap aira
kak dino mengelus kepala aira lembut
"kamu tenang saja kami kakak laki laki mu pasti punya cara untuk mencarikan kamu uang, jangan banyak berfikir. kakak tidak Sampai menjual rumah, tanah ataupun mobil" balas Kak dino
"maafin aira ya kak selalu merepotkan" ucap aira menundukkan wajahnya
"tidak dek, kamu adalah kesayangan kami melihatmu sehat dan bahagia itu sudah cukup buat kami" balas kak dino
setelah menandatangani persetujuan operasi, aira dibawa ke ruang rawat untuk persiapan operasi, aira harap-harap cemas menantikan operasinya
aira berjalan lalu berdiri depan cermin memandang wajahnya yang begitu banyak luka bekas jahitan
"kamu sedang apa nak? " tanya ibu mardiana yang baru masuk
"hanya melihat wajah aira, apa muka aira bisa kembali seperti semula" balas aira
ibu aira memeluk aira" kalau untuk kembali seperti dulu memang tidak bisa nak tapi ibu yakin wajahmu akan jauh lebih cantik, lihat saja hidungmu yang dulu agak lebar sekarang lebih kecil kan" ucap ibu aira tersenyum
"apa iya bu? " tanya aira
"tentu saja, apapun kekuranganmu kami tetap akan selalu ada di sampingmu" ucap ibu mardiana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments