aira berserta rombongan keluarga memasuki rumah keluarga mailans menuju ruang utama dan diikuti sanak saudara beserta kolega aira yang datang untuk melihat keadaan aira pasca keluar dari rumah Sakit
"bagaimana kabar kamu ra? " tanya om bayu adik ayah aira mengha. piri aira dan mengusap kepala aira
"baik om, cuma ya gini aira sekarang seperti mumi banyak perbannya " ucap aira mencoba bercanda sembari menunjukan tubuhnya yang banyak terdapat perban
suasana menjadi canggung, ibu mardiana memecah suasana dengan menawarkan air mineral "silahkan diminum semua, maaf kami hanya bisa kasih minum saja karena terlalu repot mengurusi aira jadi rumah tak terurus dan tak ada camilan " jelas ibu mardiana
bu Riska menepuk jidatnya
" ya ampun bu kami sampai lupa kalau bawa buah tangan kesini" ucap bu Riska menyerahkan berbagai bingkisan di mobilnya yang di siapkan sekolah pada ibu mardiana dan diikuti yang lain yang juga membawa buah tangan untuk menjenguk aira
"ah Terima kasih banyak sudah repot-repot bawa buah tangan segala" balas bu mardiana menerima bingkisan dari orang-orang yang datang menjenguk aira
ibu aira meminta para menantunya untuk meletakkan kue yang di bawa ke piring untuk dihidangkan
"ya ampun ra kita sempat ngira kamu bakalan lama di rumah sakit karena waktu itu kondisi kamu huuuuh sangat menyedihkan kami saja ikut merasa sedih untukmu" ucap salah seorang ibu-ibu yang menjenguk
"apa terlihat begitu parah? " tanya aira penasaran
ibu mardiana mulai mengerti arah pembicaraan mereka, pasalnya aira tak pernah di jenguk jadi bagaimana mereka bisa tahu keadaan aira dan sedikit khawatir " nak istirahat dulu yuk, takut kamu kecapean " usul ibu mardiana
aira menahan tangan ibunya "tunggu bentar bu" balas aira
aira melirik ke arah orang yang tadi bertanya " kenapa kalian bisa tahu kalau keadaanku begitu menyedihkan? " tanya aira penasaran dengan ibu-ibu yang tahu keadaannya padahal sewaktu ia di rumah sakit tak ada yang di ijinkan masuk menjenguknya dengan alasan agar aira bisa beristirahat dengan baik
"loh kamu gak tahu ra, foto dan video kamu saat di bawa ke rumah sakit sangat viral" ucap ibu-ibu yang lain
aira menatap heran "viral? maksudnya? " tanya aira bingung
"kami gak tahu siapa yang menyebarkan tapi yang kami tahu itu adalah kamu yang sedang akan dibawa ke rumah sakit" balas ibu-ibu
"tapi kami beneran salut sama kamu ra, kamu adalah wanita yang sangat kuat. kamu bisa cepat sembuh setelah suami kamu mencoba membunuh kamu dengan Linggis, sampai-sampai wajah dan anggota tubuh kamu yang lain ikut sakit dan terluka parah dan hampir terancam tak selamat" ucap ibu Riska teman satu sekolah aira
aira mendengarnya serasa mendapat kilatan guntur di tubuhnya, nafasnya begitu sesak dan jantungnya seolah berhenti berdetak. mata aira pun mulai berkaca-kaca
"pokoknya ya ra kamu jangan khawatir kalau sampai pria itu datang menemui mu dan mencoba menyakitimu lagi kami akan maju di depan untuk membantumu" tutur ibu-ibu yang juga ikut menjenguk aira
aira tak merespon dan seolah larut dalam dunia nya sendiri karena kabar yang baru ia dengar begitu menghantam relung hatinya
"oh ya ra, apa suami kamu pernah datang menjenguk kamu? karena setau kami keluargamu tidak melaporkannya ke polisi karena nunggu kamu sadar" tanya pak arfan
aira mulai tersadar dari lamunannya, ia mencoba tersenyum walaupun matanya yang sudah berkaca-kaca, aira pun menggelengkan kepalanya perlahan karena memang tubuhnya masih sakit
" tidak pak, tidak pernah sekalipun" balas aira mulai mengalirkan cairan bening dari sudut matanya
orang yang melihat tangisan aira jadi tak enak karena mengorek luka hati aira yang masih terbilang baru
aira mencoba menghapus air matanya tapi kesulitan karena memang tangannya yang masih sakit dan sulit untuk digerakkan
"ah maaf semuanya karena saya belum bisa terlalu lama duduk sepertinya saya cukup lelah dan ingin beristirahat. tidak apa kan kalau saya tinggal ke kamar " ucap aira
ibu mardiana yang paham langsung mendorong aira masuk dalam kamar yang kebetulan tak jauh dari ruang utama
ibu mardiana membantu aira turun dari kursi roda untuk berbaring di ranjang lalu menyelimutinya
" aira" panggil ibu mardiana mengelus kepala aira.
"maaf ya bu, aira lelah sekali hari ini jadi aira ingin tidur cepat. kalau pengen bicara kapan-kapan saja ya" ucap aira memejamkan matanya tapi air matanya tak berhenti mengalir
dengan berat hati ibu mardiana keluar kamar aira dengan sesekali melirik aira
ibu aira menutup pintu lalu bersandar di pintu karena rasa khawatir pada aira anaknya
aira mendengar pintu yang di tutup, ia membuka matanya menangis lirih. ia berusaha menarik bantal agar menutupi mulutnya agar suara tangisannya tak terdengar tapi karena tangannya yang masih sakit alhasil ia tak bisa menutupi suara tangisannya
suara tangisan aira serasa menyayat hati bagi orang yang mendengarnya
"bagaimana bisa mereka bilang kau yang mencoba membunuhku mas, bukankah kamu sangat mencintaiku? hatiku sakit sekali sampai-sampai aku sulit untuk bernafas. aku ingin tak percaya tapi apa mungkin mereka berbohong saat terlalu banyak yang tahu saat aku terluka karena mu" batin aira sambil menangis dan tak perduli lagi akan ada orang yang mendengarnya
semua orang mendengar tangisan aira yang terdengar begitu memilukan tak terkecuali bagi ibu aira yang ikut menangis saat mendengar anaknya menangis dan jatuh terduduk di depan pintu
para tamu melihat dan mendengar hal itu merasa tak enak, dan kak fahri mencoba mengatasinya
"aduh maaf atas ketidak kesopanan keluarga kami yang malah memberi tontonan menangis pada bapak dan ibu semua yang sudah repot menjenguk" ucap kak fahri merasa tak enak
"justru kami yang merasa tak enak karena setelah kedatangan kami aira jadi sedih lagi" balas pak arfan mewakili
" ini bukan kesalahan kalian, hanya aira belum tahu saja kalau suaminya yang menyakitinya sampai seperti itu. tapi cepat atau lambat pasti aira akan tahu jadi momen seperti ini pasti datang dengan ada atau tanpa adanya kalian. cuma kami mohon maaf sekali atas ketidak sopanan keluarga kami karena kami yang harus mengurus aira jadi kami meminta untuk bapak dan ibu bisa datang lain kali saja " ucap kak fahri meminta semua orang untuk pulang
semua orang mengangguk paham "baiklah nak, tolong sampaikan salam kami untuk aira dan doa kami agar aira cepat sembuh " ucap pak arfan
semua keluarga mailans berkumpul untuk mengamati keadaan aira
setelah ibu mardiana tak mendengar lagi suara tangisan anaknya ia membuka pintu
lalu mendekat dan mencium kening aira " jangan bersedih nak ada kami keluargamu untuk ada di sampingmu selalu" bisik ibu mardiana membenarkan selimut aira lalu menutup pintu perlahan agar tak membangunkan aira
"gimana bu aira" tanya kak fahri
"adikmu sudah tidur" balas ibu mardiana
"tapi aira belum makan apa-apa bu, apa tidak apa kalau kita tidak bangunin dia" tanya kak dino
"tidak papa, kalian dengar sendiri bagaimana tangisannya, jadi biarkan di tidur lebih lama, nanti akan ibu taruh jus buah dekat meja ranjangnya jadi bisa meminumnya kalau dia lapar" ucap ibu mardiana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments