kak rino yang mendengar ucapan aira jadi kesal sendiri
" bagaimana bisa kamu bilang memiliki suami? dan harusnya suami kamu yang bertanggung jawab atas kondisi kamu sekarang. dia itu sama sekali tidak ada gunanya di hidup kamu yang ada dia hanya menjadi benalu dan hanya bisa membuatmu sedih juga menderita" ucap rino lantang
kak fahri memberi kode dengan lirikan mata dan gelengan kepala agar kak rino berhenti. Rino yang faham memilih keluar ruangan karena kesal dan takut melanjutkan niatnya untuk memaki suami aira
aira tertegun dengan kemarahan kakaknya karena pasalnya memang kakaknya yang jarang marah pada aira. aira yang memang anak perempuan satu-satunya di keluarga mailans selalu menjadi kesayangan di keluarganya jadi aira jarang mendapat amarah dari keluarganya" aira salah ya kak? sampai-sampai kak rino marah gitu? " tanya aira sedih
ibu mardiana mendekat dan memegang tangan lembut anaknya
"tidak nak, kakakmu hanya merasa senang kau sudah sadar dan sedikit kesal dengan suami kamu yang terlalu sibuk" ucap Ibu mardiana menenangkan aira
" apa begitu? " tanya aira
"tentu saja" balas Kak dino mengusap kepala aira
"oh ya bu boleh aira tanya sesuatu?" tanya aira dengan ragu-ragu
"ada apa nak? " balas sang ibu
"bisa ceritakan kenapa aira bisa masuk rumah sakit dan dalam keadaan seperti ini? " tanya aira melirik perban yang ada di tubuhnya
ibu mardiana dan ke tiga kakak aira saling pandang karena bingung harus menjawab apa
kak dino duduk di ranjang dekat aira mengelus kepala aira pelan " kamu gak ingat kenapa kamu jadi seperti ini? " tanya kak dino lirih
"iya kak aira gak ingat, berkali kali aira coba mengingatnya tapi tetap saja aira tak ingat jadi apa boleh kalian cerita ke aira" balas aira menatap ibu dan kakaknya secara bergantian
kak dino menghela nafas panjang
" dek, kalau kamu sudah lupa lebih baik lupakan saja, toh itu adalah hal yang tak perlu diingat. yang terpenting sekarang ini adalah memulihkan kesehatanmu agar kau bisa beraktivitas lagi seperti biasanya" ucap kak dino tersenyum
ada nampak segurat kekecewaan di wajah aira, tapi aira coba bersikap biasa saja menanggapi permintaan kakaknya
"baiklah kalau menurut kalian harus begitu" balas aira memaksakan senyumnya
aira melihat ke sekeliling
"oh ya, ayah dan viko kemana bu soalnya dari kemarin aira tidak lihat mereka" tanya aira
" ayah di rumah jagain viko sayang, viko kan sekolah jadi ayah di rumah menjaga anakmu agar bisa tetap bersekolah" balas Ibu mardiana
" oh begitu" balas aira
"aira pengen makan apa? nanti biar kakak belikan" tanya Kak fahri mengalihkan perhatian aira dari anaknya
wajah aira berubah menjadi sendu dan berkaca-kaca " kakak lupa ya aira belum bisa makan apapun hanya bisa minum air, untuk bicara saja aira kesulitan apalagi untuk makan" balas aira terisak lirih
semua orang meneteskan air matanya tanpa terasa dan segera memalingkan wajahnya untuk mengusap air mata mereka
"iya ibu lupa bilang ke kakakmu nak kalau sekarang kamu makannya jus buah dan soup daging saja, maafin ibu ya" ucap ibu mardiana
"ah kalau begitu kakak akan belikan semua jus buah kesukaan kamu untuk stok jadi nanti ibu tak perlu bolak balik ke mini market untuk membelinya" ucap kak raka
"iya kak" balas aira
"oh ya kak aira pengen cepat pulang, aira sudah gak betah di rumah sakit, boleh kan aira minta pulang" pinta aira
"nanti kalau kamu sudah mendingan kita pasti bawa kamu pulang ke rumah" balas Kak fahri
"tapi sekolah aira gimana? masa aira izin terlalu lama. aira gak enak kalau kelamaan tidak masuk" ucap aira
"jangan khawatirkan itu dek, kak dino mu sudah minta izin cuti 1 semester untukmu agar kesehatanmu bisa cepat pulih dan mereka sudah mengizinkan untuk kamu istirahat dan memulihkan kesehatanmu" ucap kak fahri
"iya kakak sudah mengurus semuanya untukmu yang penting sekarang adalah kesehatanmu" tambah kak dino
***
1 minggu aira menjalani perawatan dan pemulihan di rumah sakit, dan akhirnya diperbolehkan pulang untuk berobat jalan.
aira diharuskan check up setiap 1 minggu sekali ke rumah sakit dan dia diharuskan bolak balik klinik dokter mata yang merawatnya dengan jadwal pengobatan yang begitu banyak dan dana yang tidak sedikit pula
aira tengah melihat ibu dan kakaknya yang sedang berbenah karena ia sudah diperbolehkan pulang
"maaf ya semuanya kalian yang harus beres-beres dan bukannya mas razi" ucap kaila meminta maaf
mata ibu mardiana mulai berkaca-kaca tapi ia coba menahannya " mungkin suami kamu sedang sibuk nak jadi tidak bisa jemput kamu, kalau kami kan tidak terlalu sibuk" balas ibu mardiana
"bu... apa mas razi sudah gak perduli lagi sama aira ya? sampai-sampai dia gak pernah datang jenguk aira? " tanya aira
kak rino membelalakkan matanya lebar berniat akan bicara tapi kak fahri yang paham sifat adiknya langsung membekap mulut rino dan membawanya keluar ruangan
" kakak apa-apa sih" ucap kak rino kesal karena di bawa pergi
"ya kamu yang apa-apaan?! " balas Kak fahri ikut kesal pada adiknya yang tak tahu situasi
" ya aku cuma mau... " ucap kak rino tak sampai selesai
"kau tau bagaimana keadaan adik kita waktu itu kan? dan betapa sakitnya hati kita melihat tubuhnya yang penuh luka dan karena itu dia hampir mati" ucap kak fahri penuh penekanan karena sesak di dadanya saat mengingat pertama kali aira di bawa ke rumah sakit
"iya rino tau kak, cuma rino kesal saja setiap ingat cowok brengsek itu! " umpat kak rino
"iya kakak tau, tapi kau tahu juga betapa adikmu itu mencintai suaminya bahkan berani menentang kita untuk bersama pria itu. bagaimana keadaannya kalau sampai dia tahu suami yang sangat dicintainya itu yang mencoba membunuhnya?! " ucap kak fahri memperingati
"iya maaf kak, aku akan coba lebih menahan emosiku" balas Kak rino menunduk
*
aira dan rombongan keluarga sampai di depan rumah keluarga mailans
aira dibopong oleh kak fahri agar duduk di kursi roda karena memang aira yang belum terlalu kuat menopang tubuhnya sehingga memakai kursi roda untuk berjalan
di depan rumah aira sudah banyak orang berdatangan baik sahabat maupun keluarga aira karena memang aira yang tidak bisa di jenguk sama sekali saat di rumah sakit
"ibu aira mendekat ke telinga aira " nak, apa mereka boleh bertemu denganmu? " tanya ibu mardiana berbisik, takut aira tak nyaman dilihat orang saat kondisinya yang sedang terluka parah
aira memegang tangan ibunya " iya bu boleh mereka kan sudah capek -capek datang jadi kita harus menghargainya" balas aira
ibu aira mendorong aira ke arah pintu
"selamat pulang ke rumah aira" ucap orang yang menjenguk aira
"Terima kasih" balas aira tersenyum walaupun masih sedikit kesusahan
"kami senang sekali kamu sudah bisa pulang, dan semoga kamu bisa cepat sembuh dan kembali ke sekolah untuk mengajar anak-anak " ucap pak arfan kepala sekolah tempat aira bekerja
"Terima kasih atas doanya dan Terima kasih sudah menjenguk aira " ucap aira
setelah itu merek semua masuk dalam rumah untuk berbincang dan bertanya keadaan aira saat di rumah sakit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments