WARNING....!!
CERITA DI ANGKAT DARI KISAH NYATA SESEORANG DI BAUR DENGAN KEHALUAN.
*****
Untuk beberapa hari berjalan hubungan Winda dan Tama kembali baik-baik saja. Winda, bisa di katakan perempuan bodoh yang bisa-bisanya termakan dengan ucapan manis Tama.
Tanpa sepengetahuan Winda, Tama kembali menemui Ranti. Mereka tidak bertemu di rumah atau pun tempat umumnya. Di sebuah hotel, yang berada di perbatasan kota.
"Kalau kita ketahuan lagi bagaimana?" tanya Ranti.
"Winda tidak mungkin tahu, aku sudah bilang padanya jika aku pulang ada urusan keluarga!"
"Kau ini memang pandai dalam berbohong!" ujar Ranti dengan senyum lebarnya lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher Tama.
Seperti biasa, jika sudah bertemu seperti ini Tama dan Ranti akan melakukan hubungan suami istri. Bagi Tama, hanya Ranti yang mampu memuaskan nafsunya.
Setelah puas berhubungan badan dengan Ranti, Tama langsung mengenakan kembali pakaiannya.
"Baru juga bertemu, sudah mau berpisah lagi. Memangnya kau mau kemana?" Ranti bertanya dengan wajah cemberut.
"Adik ku mengajak bertemu, aku tidak bisa menolaknya!"
Ranti menatap mata Tama, mencari celah kebohongan dari pria tersebut.
"Jangan bilang kau tidak percaya?" Tama menebak, "aku bisa membohongi Winda tapi tidak dengan mu!"
Begitu manis kata-kata yang keluar dari mulut manis Tama. Sebagai seorang pemain handal dalam urusan bercinta, Tama juga pengarang handal dalam merangkai kata.
Tama pergi, sebelum pergi tidak lupa memberikan Ranti beberapa lembar uang. Ini lah yang di sukai Ranti, Tama begitu royal padanya.
Bukan bertemu adiknya, Tama pergi bertemu dengan seorang wanita. Tidak, bukannya Winda dan Ranti masih ada dua belas wanita yang berkeliaran dalam hidup Tama.
Hebatnya Tama, selama berpacaran hingga bertunangan dengan Winda, pria ini sangat pintar menutupi semua kebusukannya.
"Aku mencium aroma parfum perempuan lain dari tubuh mu. Apa kau habis main?" tanya perempuan yang bernama Fani.
"Jika kau tidak mau ya sudah, jangan kebanyakan bertanya!" ketus Tama seolah tak merasa bosan dengan kepuasan hasratnya.
"Tidak, bukan begitu maksud ku. Aku hanya bertanya, apa salahnya?"
"Tidak salah juga, cepat layani aku...!"
Fani, seorang perempuan pengangguran yang hidup dari uang-uang pria seperti Tama. Bersama Fani, Tama kembali melakukan hubungan suami istri. Sudah biasa seperti ini, Tama suka celup sana celup sini.
Winda, seperti biasa wanita ini pergi dengan Rania. Tidak ada mata kuliah atau hal apa pun, mereka hanya tinggal menunggu waktu wisuda saja.
"Di mana Tama?" tanya Rania hanya sekedar basa basi.
"Pulang, katanya ada masalah keluarga!" jawab Winda membuat Rania tertawa, "kenapa kau tertawa?"
"Apa kau percaya jika dia pulang?"
"Tama sudah berjanji pada ku tidak akan membohongi ku lagi."
Begitu bodohnya Winda, hingga membuat Rania geram sendiri pada temannya ini.
"Pasangan, kalau sudah berani berbohong apa lagi berselingkuh. Pasti dia akan mencari cara untuk mengulanginya lagi," tutur Rania berusaha menasehati Winda.
"Tapi aku sudah mengenal Tama hampir empat tahun. Aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja!"
"Kau terlalu bodoh dalam urusan cinta. Untuk apa kau mempertahankan lelaki seperti Tama yang sudah jelas-jelas kau saksikan sendiri dia berhubungan badan dengan perempuan lain."
"Mungkin Tama hanya khilaf saja!" ucap Winda dengan polosnya.
Rania menarik nafas panjang, memutar bola matanya malas. Entah jenis pelet seperti apa yang di tiupkan Tama pada Winda hingga membuat wanita ini bodoh.
Notifikasi pesan masuk dari ponsel Winda berbunyi, menghentikan obrolan keduanya. Winda membuka ponselnya, betapa terkejutnya wanita ini ketika melihat foto Tama sedang merangkul seorang perempuan. Bukan Ranti, entah siapa yang jelas Winda tidak mengenalnya.
"Win, kau kenapa?" tanya Rania bingung karena mata Winda mendadak merah berkaca-kaca.
Ponsel tersebut lepas dari genggam Winda, dengan cepat Rania mengambil lalu melihatnya.
Bukan hal yang mengejutkan lagi bagi Rania, sudah berulang kali Rania mengatakan jika Tama banyak bermain dengan perempuan selain Winda.
"Apa masih ingin kau pertahankan?" tanya Rania begitu kesal.
Winda hanya diam, menata hati yang sudah berantakan.
"Ran, bantu aku untuk mengikuti kegiatan Tama setiap hari. Aku ingin memastikan sendiri masalah ini."
"Apa lagi yang kau pastikan hah?" tanya Rania kesal, "sudah jelas bukti di depan mata. Apa lagi yang ingin kau buktikan?"
"Setidaknya aku ingin melihat dengan mata kepala ku. Ran, apa salah ku? kenapa Tama jahat pada ku?"
Air mata Winda kembali mengalir deras, pesan gambar dari nomor tidak di kenal itu bukan hanya mengirim satu foto Tama dan satu orang perempuan tetapi juga dengan beberapa perempuan yang berbeda.
Saat Winda ingin menghubungi nomor tersebut, entah kenapa nomor tersebut sudah memblokir nomor ponselnya.
"Haduh, aku sudah tidak tahan melihat kau di sakiti seperti ini. Kau putus saja dengan Tama. Bicara baik-baik dengan keluarga mu Win, orangtua mu pasti mengerti. Mana mungkin mereka mau anaknya di sakiti seperti ini," cecar Rania lagi-lagi membuat Winda terdiam.
Kembali dengan hari-hari galau, Tama masih bersikap baik dan sok manis di depan Winda. Setelah kejadian dua hari yang lalu, Winda mencoba tenang dan tidak bertanya hal apa pun pada Tama karena wanita ini ingin membuktikan sendiri.
Hari ini, Winda di temani Rania kembali mengikuti Tama kemana pun pria itu pergi. Menggunakan mobil yang berbeda dari yang di pakai biasanya, Winda terus mengikuti mobil Tama yang entah kemana tujuannya.
"Stop Win, jangan kau teruskan. Kita tunggu di sini saja. Lihat, Tama keluar bersama seorang perempuan," ujar Rania menunjuk ke arah Tama yang berjalan masuk menuju hotel.
Winda hanya diam di balik kemudinya. Winda sudah tidak sanggup lagi berkata-kata. Foto yang di kirim padanya ternyata benar adanya.
Bukan hanya satu atau dua hari Winda mengikuti Tama. Hampir setiap hari Winda mengikuti Tama kemana pun pria tersebut pergi.
Alhasil, bukanya bahagia yang di dapat Winda melainkan luka yang kembali terasa. Betapa sesaknya hati Winda ketika mengetahui Tama suka pergi ke hotel bersama perempuan yang berbeda.
Winda sudah tidak tahan lagi, wanita ini memutuskan untuk melabrak Tama, menangkap basah pria ini yang hendak masuk kedalam hotel.
Tama hanya berdiri santai melihat Winda yang sudah beradu fisik dengan perempuan yang sedang bersama kekasihnya itu.
Rania geram, memukul Tama yang merasa seolah dirinya yang paling tampan menjadi rebutan.
"Kita putus....!" ucap Winda dengan isak tangisnya kemudian pergi.
Rania mengejar Winda, teman paling bodoh sejagat kota. Tama dan perempuan tersebut tidak jadi masuk kedalam hotel. Tama memberi perempuan tersebut beberapa lembar uang untuk ongkos pulang sedangkan dirinya pergi menyusul Winda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Tati Aulia
😏
2022-12-02
0
Rose_Ni
hedeeh...
2022-03-17
0
Tetty Permata Mawiney
di dunia nyata emg bnyak kayak Winda ni.... alasan karena cinta jd rela aja disakitin berulang2.... tmn2ku bnyk yg kayak gini....
2022-02-27
0