Bukan Salahku Selingkuh
"Setelah sekian lama kita menjalin hubungan, baru sekarang kau bilang bosan pada ku. Kenapa, apa kau sudah memiliki pilihan hati yang lain?"
Winda menatap pria yang sudah tiga tahun lebih ini menjadi kekasihnya.
"Jangan menuduh ku yang bukan-bukan. Wajar jika aku bilang bosan tapi itu bukan berarti aku memiliki perempuan lain," ucap Tama dengan entengnya.
"Lalu aku harus apa sekarang?" Winda bertanya dengan suara bergetar.
Tama menarik nafas panjang, di tatapnya perempuan yang selama ini selalu ada di sampingnya. Tama tidak tega untuk memutuskan hubungan dengan Winda, apa lagi kedua pihak dari keluarga mereka sudah saling merestui bahkan selepas Wisuda nanti mereka akan segera menikah.
"Ya tidak melakukan apa-apa, kita jalani saja hubungan ini. Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Aku terlalu berpikir jauh!"
"Terserah kau saja, aku pusing!" ujar Winda memutuskan untuk pergi.
Tama acuh, sikap pria ini mulai berubah akhir-akhir ini. Tidak berniat mengejar Winda, Tama juga memutuskan untuk pergi menemui perempuan yang baru saja dia kenal dua bulan terakhir.
"Sayang, kapan dong kamu memutuskan Winda?" perempuan yang bernama Ranti ini terus bertanya pada Tama.
"Aku tidak bisa memutuskan Winda. Kau tahu sendiri jika kami sudah bertunangan dan tidak akan mungkin aku membatalkannya."
"Lalu bagaimana dengan diri ku, aku tidak mau jadi simpanan mu seperti ini."
"Untuk sekarang kita jalani saja seperti ini. Yang penting kau bisa membuat ku puas dan aku akan terus memenuhi semua kebutuhan mu!"
Ranti tersenyum puas, meskipun tidak bisa mendapatkan hati Tama setidaknya ia masih bisa mendapatkan uang Tama. Secara Tama termasuk anak orang kaya di kotanya sedangkan Winda adalah anak dari salah seorang pejabat di kota yang sama dengan Tama.
Sejak mengenal Ranti, Tama berubah liar. Setiap kali mereka bertemu pasti akan melakukan hubungan suami istri. Hal seperti ini tentu saja Winda tidak mengetahuinya.
"Winda,.....!"
"Hai Ran, ada apa?" Winda membalas sapaan dari temannya yang bernama Rania itu.
"Aku mau bicara sama kamu. Kita cari tempat yang sepi yuk...!"
Rania langsung menarik tangan Winda, mengajak wanita ini mencari tempat untuk mengobrol.
"Ran, ada apa sih?" tanya Winda yang penasaran.
"Ku lihat akhir-akhir ini kau dan Tama jarang terlihat berdua. Kenapa, ada masalah?"
Winda mengerutkan dahinya, memandang curiga pada temannya ini.
"Tidak ada masalah, memangnya kenapa sih?"
"Apa kau tidak dengar gosip yang beredar jika Tama suka pergi menemui Ranti?"
Jleb,....
Tiba-tiba saja ada perasaan mencelos dalam hati Winda.
"Ran, kau tahu dari mana?" tanya Winda yang tidak percaya, "aku dan Tama sudah tiga tahun lebih berpacaran, jangan membuat opini yang bisa merusak hubungan ku dengan Tama."
"Winda, kau ini jangan bodoh. Aku bisa melihat jika sekarang kau dan Tama suka ribut tidak jelas bahkan kalian sudah jarang pergi bersama. Selama apa pun hubungan kalian, tidak akan mungkin berjalan dengan mulus dan lancar. Kau harus mencari tahu tentang hubungan Tama dan Ranti yang tengah beredar."
Winda terdiam, memandang lesu rerumputan hijau yang sedang dia pijak sekarang. Mungkin Rania ada benarnya juga, mengingat akhir-akhir ini sikap Tama berubah dan baru saja tadi Tama mengatakan bosan dengan hubungan mereka.
"Kau benar, aku harus mencaritahu tentang mereka!"
"Bagus lah kalau kau sadar. Ingat Winda, menjalin hubungan lama itu tidak akan menjamin sebuah kebahagiaan. Aku akan membantu mu."
"Besok tidak ada kuliah, apa kau mau ikut bersama ku?"
"Kemana?" tanya Rania penasaran.
"Mengikuti Tama, aku juga penasaran dengan kegiatan yang dia lakukan akhir-akhir ini."
"Kau jemput saja aku, ok!"
Winda hanya tersenyum tipis, mengiyakan permintaan Rania. Winda yang lelah memutuskan untuk pulang ke kontrakan yang berada tak jauh dari kampusnya.
Di lemparnya tas sembarangan, Winda kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur. Winda membuka ponselnya, tidak ada satu pun chat atau panggilan masuk dari Tama. Sungguh ini tidak seperti biasanya, Winda mulai curiga pada kekasihnya itu.
Siang telah berganti malam, Winda masih menunggu balasan chat yang di kirim pada Tama namun sampai detik ini pun tidak ada. Pada akhirnya Winda terlelap begitu saja.
Sedangkan Tama yang sejak siang bersama dengan Ranti malah pergi ke club malam. Sejak mengenal Ranti, Tama jadi suka minum-minuman keras.
Ranti adalah perempuan bebas, tapi dirinya sangat pandai membawa diri. Semua kata-kata yang ia ucapkan akan membuat para lelaki menurut padanya.
Pukul dua dini hari, Ranti mengajak Tama pulang ke rumahnya. Ranti sendiri asli dari kota S dan kuliah di kampus yang sama dengan Tama dan Winda.
Kedua orangtuanya sudah meninggal, kakaknya juga sudah menikah dan tinggal bersama sang suami. Jadi, Ranti bebas melakukan apa pun di rumahnya. Bahkan hampir setiap malam Tama tidur bersama dengannya. Mereka sudah seperti pasangan suami istri.
Tidak, bukan hanya Ranti. Masih ada lagi beberapa wanita yang menjadi selingkuhan Tama. Tama suka wanita liar yang mau di ajak berhubungan badan. Beda dengan Winda yang masih sangat polos karena Winda sengat menjaga nama baik keluarganya.
Tama mabuk, sedangkan Ranti tidak. Wanita ini tersenyum lebar, dengan leluasa Ranti membuka dompet Tama, mengambil beberapa lembar uang lalu menyimpannya. Sudah biasa seperti itu, dirinya seperti seorang pencuri.
Malam berganti pagi, sampai detik ini Tama juga tidak menghubunginya. Hati Winda marah, jengkel pada kekasihnya yang sekarang sangat acuh ini. Mengingat ucapan Rania kemarin, entah kenapa membuat Winda menjadi percaya begitu saja.
Pukul satu siang, Winda pergi menjemput Rania di tempat kos yang berjarak tak jauh dari tempat tinggalnya.
Mereka bingung ingin pergi kemana, apa lagi sekarang wajah Winda sangat kusut karena ponsel Tama sama sekali tidak aktif sejak sore kemarin.
"Kita kemana sekarang?" tanya Winda bingung.
"Bagaimana jika kita memantau ke rumah Ranti saja?"
"Memangnya kau tahu di mana rumah Ranti?"
"Tentu saja,...!"
Pada akhirnya mereka pergi, entah kenapa perasaan Winda mendadak tidak enak. Semoga saja apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.
Rumah Ranti berada tepat di pinggir jalan raya dan memiliki halaman yang lumayan luas. Winda dan Rania memarkir mobil sedikit jauh agar tidak ketahuan kemudian mereka mulai memasuki pekarangan rumah Ranti.
"Itu kan mobil Tama....!" Rania menunjuk ke arah mobil yang berwarna merah yang terparkir rapi di samping halaman rumah Ranti.
Langkah Winda kaku, di lihatnya secara seksama mobil tersebut. Benar, itu adalah mobil milik Tama. Hati Winda hancur, tidak mungkin tunangannya ini bermain api di belakang dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Tati Aulia
next
2022-12-02
0
Rose_Ni
yang gak mungkin bisa jadi mungkin
2022-03-17
0
Irsa Arini
wah keterlaluan banget tama penghianatanmu
2022-02-10
1