Chapter 02

"Pintunya terkunci Ran, gimana kita mau masuk?" Winda bingung, "masa iya mau nangkap basah harus mengucapkan salam dulu sih?''

Rania tertawa mendengar ucapan Winda, tahu kan rasanya menahan tawa yang tidak bisa di lepaskan?

"Rumahnya juga gak besar, sebaiknya kita cari kamar Ranti. Aku yakin pasti mereka ada di kamar sekarang!"

Dengan perasaan yang berdebar, Winda menggenggam erat tangan Rania. Rasa penasarannya semakin besar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam.

Mereka memutari rumah Ranti, dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara. Untung saja rumah Ranti sedikit jauh dari rumah tetangga karena memiliki halaman yang luas.

Langkah Winda dan Rania tiba-tiba terhenti. Telinga mereka memanjang saat mendengar suara ******* yang sangat di kenali Winda.

Hatinya semakin tak karuan, sungguh Winda belum siap dengan kenyataan ini. Jendela kaca yang terbuka, di halangi tralis besi.

Rania yang penasaran langsung mengintip.Matanya terbelalak melihat pemandangan yang menjijikan di dalam. Sedangkan Winda hanya diam terpaku dengan air mata yang sudah siap meluncur bebas.

"Win, sebaiknya kau jangan lihat!" bisik Rania.

"Tidak, aku ingin melihat apa yang sudah terjadi...!" kekeh Winda.

"Ku rasa jangan, sebaiknya kita pergi...!" ajak Rania hendak menarik tangan Winda namun dengan cepat Winda menepis tangan Rania.

Winda maju beberapa langkah, Berdiri tepat di depan jendela. di lihatnya pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Dengan jelas siang ini Winda melihat Tama sedang beradu fisik di atas ranjang. Bergulat manja, saling memberi sentuhan kenikmatan.

Hanya diam seperti orang bodoh, Winda menyaksikan Tama dan Ranti sedang bercinta.

"Terus sayang,....teruskan...!'' ucap Tama yang sangat menikmati permainan Ranti.

Terdengar begitu menggelikan dan menjijikan, dengan hati panas Winda memukul jendela kaca tersebut dan berteriak histeris memanggil nama Tama.

Tama dan Rania terkejut, permainan yang semula panas mendadak hambar tak terasa. Keduanya menoleh ke arah jendela. Panik, Tama panik saat melihat wajah kekasihnya yang sudah berurai air mata.

Rania yang melihat Winda lemas langsung menyeret temannya itu pergi. Tama menyudahi pemainnya, pria ini mengejar Winda.

Ranti berusaha menahan, tapi Tama tetap mengenakan pakaiannya kemudian pergi.

"Shiiiit,.....!" Dengan tubuh polosnya Ranti mengumpat kesal. Sejenak terpikir apakah Winda tadi merekam aksinya bersama Tama.

Winda dan Rania sudah pergi dari rumah Ranti. Sungguh hancur hati Winda, kesetiaan selama tiga lebih ini di bayar dengan pengkhianat.

Winda dan Rania sudah berada di kos an Rania. Winda masih menangis sesegukan tak percaya.

"Sudahlah Win, jangan menangis lagi. Mungkin Tama bukan jodoh mu," ucap Rania sambil mengusap pundak Winda.

"Tapi aku sangat mencintai Tama. Kau tahu sendiri kami sudah bertunangan."

"Jadi, sekarang kau maunya gimana?" tanya Rania ikut pusing sendiri, "untuk sekarang kau tenangkan dulu hati mu. Biarkan bajingan itu merasa bersalah!" kesal Rania.

Sedangkan Tama, lelaki ini terus menghubungi Winda. Tama tidak menyangka jika Winda bisa memergokinya bersama Ranti. Ke sana ke mari mencari Winda, pada akhirnya Tama menemukan Winda di kos an Rania.

"Mau apa kau kesini hah?" sentak Rania yang benar-benar kesal pada Tama.

"Suruh Winda keluar, aku ingin bicara sama!" titah Tama seolah tidak merasa bersalah.

"Wah, enak sekali kau ini. Kalau kau sudah tidak mencintai Winda, kenapa kau tidak bicara baik-baik. Kasihan dia...!"

Tama keras kepala, tidak mau mendengarkan ocehan Rania. Tama menerobos masuk ke dalam.

Winda terkejut melihat Tama yang berdiri di hadapannya, perasaan marah dan sesak di dadanya sudah bercampur aduk.

"Aku minta maaf!" ucap Tama dengan entengnya.

"Kau jahat Tama!" sahut Winda dengan suara bergetar, "kau tega mengkhianati ku bahkan kau tega berhubungan badan dengan perempuan lain...!"

"Aku khilaf, dia yang menggoda ku!" bohong Tama.

"Cih,.....!" Rania hampir saja muntah mendengarnya.

"Pergilah Tam, biarkan aku menenangkan pikiran ku," ujar Winda yang sudah tidak tahu lagi ingin berbuat apa, "jika kau minta hubungan ini berakhir, maka akhir saja sekarang."

Tama memicingkan matanya, entah kenapa pria ini tidak suka mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Winda.

"Aku tidak mau putus dari mu!" ucap Tama dengan tegasnya.

Winda terkekeh geli, hatinya sakit namun ia masih sempat tertawa.

"Keegoisan macam apa yang sedang kau main sekarang hah?" tanya Winda menatap tajam wajah Tama.

"Kita sudah bertunangan," ujar Tama mengingatkan, "apa kau mau keluarga kita malu karena pernikahan kita batal? ingat Winda, papah mu seorang pejabat terkenal."

Alasan klise yang mampu membungkam mulut Winda. Keluarga mereka sudah sangat menantikan pernikahan Winda dan Tama setelah wisuda nanti.

"Kau harus bijak mengambil keputusan Winda. Orangtua mu pasti akan mengerti dengan apa yang sudah terjadi...!"

Rania mencoba membuka jalan pikiran Winda.

Tama menoleh ke arah Rania, di tatapnya wanita itu dengan wajah tidak suka.

"Sebaiknya kau diam!" sentak Tama, "ini bukan urusan mu!"

Rania memutar bola matanya jengah, melihat dari diamnya Winda sudah bisa di tebak akhirnya seperti apa.

Tama menarik tangan Winda, mengajak wanita itu pergi dari kos an Rania. Terserah, tidak masalah bagi Rania setidaknya ia sebagai seorang teman sudah berusaha mengingatkan.

Mobil berhenti di jalanan sepi, Tama menoleh ke arah Winda yang matanya sudah sembab memerah.

Tiba-tiba saja Tama memeluk Winda, membuat tangis wanita ini semakin kencang.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku khilaf, aku janji tidak akan melakukannya lagi. Win, jangan akhiri hubungan ini. Pikirkan nama baik keluarga kita kedepannya."

"Kau menyakiti ku sedalam ini Tam, kau tidur dengan perempuan lain...!" lirih Winda dalam isaknya.

Sebenarnya, bukan sekali ini saja Tama tidur Ranti atau wanita lainnya. Hanya saja pria ini pintar dalam menutupi kebusukannya. Mungkin saja hari ini adalah hari kesialan bagi Tama.

"Win, aku benar-benar minta maaf!" sekali lagi Tama meminta maaf, pria ini menundukkan kepala lalu mengeluarkan air mata berharap Winda mau memaafkannya.

Drama, Tama pandai dalam merangkai kata. Tama mengeluarkan sejuta kata rayu penuh makna, mengatasnamakan keluarga agar dapat maaf dari Winda.

Demi waktu yang sudah tiga tahun lebih berjalan bersama dengan segala kebesaran hati Winda memaafkan Tama. Kecintaannya begitu dalam pada pria ini. Bukannya apa-apa, Tama adalah cinta pertama Winda.

Begitu bodohnya Winda, satu kebusukan yang nyata ia lihat di depan mata masih bisa termakan oleh bujuk rayu Tama. Winda memaafkan Tama, lalu dengan mudahnya Tama mengucapkan janji tidak akan mengkhianatinya lagi.

Masalah hari ini selesai, meskipun Winda sudah memaafkan Tama dan hubungan mereka kembali berlanjut. Tapi, Winda tidak bisa melupakan apa yang sudah ia lihat tadi.

Terpopuler

Comments

Tati Aulia

Tati Aulia

q bingun terkadang kok bisa mau menerima dan bilang masih cinta sdh di hianati lagi

2022-12-02

0

mom sya

mom sya

Winda ternyata beleng beleng😁😁

2022-11-06

0

Endang Priya

Endang Priya

kenapa kamu begitu bodoh winda.

2022-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!