Chapter 05

Sesaat setelah kata sah menggema, kini Winda dan Tama sudah sah menjadi suami istri. Anwar nampak bahagia di atas penderitaan anaknya, namun tidak dengan Weni yang sangat mengkhawatirkan rumah tangga anaknya.

Hanya acara akad sederhana, tidak ada acara resepsi pernikahan mewah yang di impikan. Senyum Winda terpaksa, tapi tidak dengan Tama yang entah kenapa terlihat sangat bahagia.

Seharian berkumpul dengan keluarga, membuat Winda lelah begitu juga dengan Tama. Selesai makan malam Winda langsung masuk ke kamar tidak dengan Tama yang sedang di ajak Anwar mengobrol.

Pukul sembilan malam baru lah Tama masuk ke dalam kamar. Di lihatnya Winda yang sudah terlelap dengan wajah lelah.

Cukup lama Tama memandangi wajah Winda, sungguh malam ini hatinya terlena karena merasa bersalah. Winda terbangun dari tidurnya saat mendengar suara seseorang sedang menangis.

Di lihatnya Tama yang berlutut di ujung kaki, pria itu menangis sambil mengusap kaki wanita yang sudah resmi menjadi istrinya ini.

"Kenapa kau menangis?" tanya Winda dengan wajah dingin.

Tama tidak menjawab, pria itu langsung naik ke atas tempat tidur lalu memeluk Winda.

"Aku minta maaf, aku janji akan menjadi suami yang lebih baik untuk mu. Maafkan aku Winda," ucap Tama dengan suara seraknya.

Hati Winda dingin, perasaannya tak lagi sama. Pernikahan indah yang mimpikan telah musnah.

"Sudahlah, aku tidak peduli dengan kata maaf mu itu. Aku lelah, biarkan aku tidur!"

Jelas terdengar di telinga Tama jika ini bukan nada bicara yang biasa ia dengar dari Winda. Terdengar acuh, begitu sakit rasanya di hati Tama namun pria ini tidak bisa marah.

Winda melepaskan diri dari pelukan suaminya. Wanita ini tidak mengharapkan malam pertama.

"Kau masih marah pada ku!" lirih Tama penuh sesal.

"Jangan bahas lagi, biarkan aku tidur!" sekali lagi, kata-kata yang keluar dari mulut Winda begitu dingin.

Winda mendorong tubuh suami lalu membaringkan tubuh dengan membelakangi Tama. Tama mencelos, ia sadar diri jika salah.

Tama berbaring di samping Winda, memeluk wanita itu dari belakang. Tangan nakalnya melepas satu kancing piyama Winda, dengan cepat Winda menahan tangan Tama.

"Jangan lakukan, aku belum siap setelah apa yang aku lihat!" gumam Winda menghentikan aktifitas Tama.

"Maafkan aku!" bisik Tama.

Malam ini adalah malam pernikahan mereka. Seharusnya ada malam pertama tapi nyatanya kosong. Tidur, hanya tidur layaknya pasangan suami istri yang sudah kadaluarsa.

Malam berganti pagi, di rumah ini hanya Anwar yang menyambut Tama dengan penuh rasa bahagia. Weni sangat tidak menyukai Tama sejak ia tahu anaknya di sakiti. Mau melawan juga percuma, suaminya keras kepala.

Siang ini Winda dan Tama langsung pindah ke rumah yang sudah di siapkan orangtua mereka dari jauh hari.

Tama merasa hampa, entah kenapa Winda tetap diam saja. Tidak ada celotehan manja yang biasa ia dengar, tidak ada rengekan memaksa yang biasa di lakukan Winda.

"Bulan depan kita Wisuda, setelah itu baru lah resepsi pernikahan kita," ujar Tama memberitahu.

"Terserah kau, lakukan saja yang sekiranya bisa membuat kalian bahagia...!" sahut Winda begitu acuh.

"Kau berubah Winda...!" seru Tama membuat Winda langsung menatap mata Tama dengan tajam.

"Menurut mu, apa yang membuat ku berubah ini?" Winda bertanya dengan dingin.

"Aku tahu aku salah, tapi untuk pernikahan kita ini aku tidak akan main-main!"

Winda tersenyum sinis, tertawa renyah seakan tidak percaya dengan ucapan suaminya.

"Lakukan saja sesuka hati mu, tidur dengan banyak perempuan."

"Tidak, aku tidak akan melakukannya lagi...!"

"Kalau begitu biar aku yang melakukannya!" sahut Winda seolah lelucon bagi Tama.

Winda perempuan baik-baik dan sangat menjaga nama baik dirinya dan keluarganya. Mana mungkin Winda melakukan hal yang akan membuat perpecahan di antara mereka.

"Oh ya, aku sudah tidak tertarik dengan resepsi pernikahan mewah yang kau janjikan dulu. Jadi, batalkan saja rencana mu itu."

"Win, jangan seperti ini...!" nada bicara Tama lembut.

"Lalu, seperti apa yang kau mau?" tanya Winda, "menikah dengan mu saja sudah membuat ku di cap sebagai perempuan bodoh."

"Aku benar-benar minta maaf. Kau berhak marah pada ku, kau boleh meminta apa pun pada ku asal kau mau memaafkan ku!"

"Kalau begitu ceraikan aku!" ucap Winda dengan tegas membuat mata Tama melebar. Dari mana Winda memiliki keberanian meminta sesuatu yang tidak mungkin akan di kabulkan Tama.

"Kata cerai, sampai kapan pun aku tidak akan menceraikan mu!"

"Terserah kau!" seru Linda lalu masuk kedalam kamar.

Di rumah ini mereka hanya tinggal berdua. Rumah yang sudah biasa Winda kunjungi saat masih berpacaran dengan Tama dulu.

Tama menghela nafas panjang, duduk lesu di sofa ruang tamu. Ia tahu kesalahan begitu besar, tapi Tama sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah.

Seharian Winda tidak keluar dari kamar, sedangkan Tama hanya rebahan bingung di ruang tamu. Ingat lagi kenangan dulu, Winda begitu manja padanya.

Tama beranjak dari sofa, membuka pintu kamar yang tak jauh darinya.

"Aku lapar, ayo kita cari makan!" ajak Tama.

Winda hanya melirik, memasukan ponselnya ke dalam tas kemudian keluar. Dingin, tidak ada pembicaraan. Tama mulai bingung dengan sikap Winda yang hari ini tiba-tiba sangat berubah.

"Kita mau makan apa?" tanya Tama bingung.

"Terserah!" jawab Winda acuh.

"Ayo lah Win, jangan seperti ini. Biasanya kau tidak seperti ini."

"Bertahun-tahun kau kenal dengan ku, tapi kau masih tidak mengerti juga dengan selera ku. Ciiiih......!" hati Winda begitu geli.

Tama menghembuskan nafas pelan, kembali melajukan kemudinya mencari tempat makan kesukaan Winda.

Bakso langganan, jika pulang ke kota J mereka berdua pasti makan di tempat ini. Winda menurut saja, duduk manis menunggu pesanannya.

"Setelah ini kita kemana?" tanya Tama berusaha mengajak istrinya bicara.

"Pulang saja, aku lelah dan ingin tidur!"

Tidak ada obrolan, Winda sibuk dengan makannya. Biasanya wanita ini selalu berbicara, mengganggu Tama yang sedang makan. Hari ini Winda benar-benar berubah.

Selesai makan mereka langsung pulang, Winda juga langsung masuk kedalam kamar. Tama mengerti, Winda pasti masih sakit hati atas kelakuannya beberapa waktu lalu.

Bagaimana tidak sakit hati, selama menjalin hubungan dengan Winda bisa-bisanya Tama berhubungan dengan banyak wanita. Yang lebih membuat Winda sakit, baru beberapa bulan belakangan ini ia tahu jika Tama telah mengkhianatinya.

"Win, nanti sore kita pergi belanja ya. Banyak kebutuhan rumah yang harus kita isi...!" ucap Tama memberitahu.

"Hmmmmm...!" sahut Winda tanpa menoleh maupun membuka mulutnya.

"Kau tidak mandi, sudah jam tiga?"

"Lima menit lagi,...!" sahut Winda dengan ketusnya.

Tama diam, hanya mengalah. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria ini, beberapa waktu yang lalu ia sangat acuh dan tidak peduli pada Winda, tapi kenapa sekarang sikap Tama berubah lembut seolah takut pada Winda.

Terpopuler

Comments

Retno Wulan

Retno Wulan

hi hi linda sapa ya thor..
🤭🤭

2022-02-19

0

Retno Wulan

Retno Wulan

huuaaaaaaa air mata buaya rawa...🤦‍♀️🤦‍♀️😡😡😡😡😡

2022-02-19

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

gitu dong win....wanita klo ud beraksi hancur dunia persilatan🤣🤣

2022-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!