Hana terpaku untuk terpukau menatap kesempurnaan sosok laki-laki yang berdiri di depannya. Tinggi menjulang, tegap memiliki wajah yang sangat tampan dengan bola mata berwarna biru jernih, benar-benar membuat Hana terpukau.
Apa dia seorang dewa yang turun dari kahyangan ataukah malaikat yang turun dari Surga? tampan sekali dia. Batin Hana dengan sorot mata dan ekspresi wajah penuh kekaguman.
Ares memandangi gadis berseragam karyawan kafe tersebut. Mulai dari rambut gadis itu yang hanya dikucir ekor kuda asal-asalan, tidak memakai make-up, bahkan lipstick warna nude atau pelembab bibir pun tidak nampak menempel di bibirnya yang tipis. Gairah Ares tergelitik saat ia melihat Hana mulai membasahi bibir dengan lidah lalu menggigit bibir bawahnya.
Area mengumpat di dalam hatinya, kenapa ia menggigit bibirnya, sial! kenapa ia terus menggigit bibirnya?
Ares mengepalkan kedua tangannya lalu ia menoleh ke kanan dan, "Kemari kau!"
Manajer kafe langsung berlari mendekati Ares.
"Sudah berapa lama ia bekerja di sini?" tanya Ares.
"Satu Minggu, Tuan. Maafkan semua kelancangannya. Dia karyawan baru yang belum mengerti apa-apa dan......."
"Berapa gajinya?" tanya Ares.
"Sebulan atau seminggu, Tuan?"
Ares menatap tajam manajer kafe tersebut tanpa bersuara dan wajahnya tampak sangat kesal.
Manajer kafe mulai bergidik ngeri dan segera berkata, "Kalau seminggu empat ratus ribu rupiah, Tuan dan sebulan satu juta enam ratus ribu rupiah"
Ares lalu merogoh kantong bagian belakang celana jinsnya dan mengeluarkan dompetnya.
Hana dan manajer kafe itu saling pandang dengan heran.
Ares membuka dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah dan menyerahkannya ke manajer kafe sembari berkata, "Berikan ke dia dan mulai besok, jangan biarkan dia bekerja pagi di sini! Aku tidak mau melihatnya lagi di sini, camkan itu!"
Manajer kafe tersebut menerima uang pemberiannya Ares sembari melongo kaget
Hana langsung memajukan wajahnya ke depan sambil melongo lalu ia segera bersimpuh di depan laki-laki itu, menundukkan wajahnya dan berkata, "Maafkan saya, Tuan! Saya tidak sengaja mengganggu permainan piano Anda tadi, maafkan saya!"
Ares berkata tanpa melihat Hana, "Kesalahan kamu bukan cuma itu. Kau juga sudah berani menyentuhku"
"Menyentuh Anda? Saya cuma mencucukan jari saya di bahu Anda dengan sangat pelan, Tuan. Saya tidak menyentuh Anda dan........"
"Pecat dia!" Ares berkata sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Hana dan manajer kafe itu.
Hana langsung berdiri dan mengejar laki-laki tampan itu lalu dengan cepat ia menghadang langkah kaki laki-laki itu. Hana menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya sambil berkata, "Maafkan saya, Tuan! Saya butuh pekerjaan ini. Saya butuh uang dan......"
"Apa kau juga bisa dibawa pergi oleh laki-laki hidung belang yang datang ke kafe ini? Apa.kau juga bisa berkencan dengan para lelaki pelanggan kafe ini?"
Plak! Tanpa sadar Hana menampar pipi laki-laki tampan yang singing yang berdiri tegak di depannya.
"Berani kau menamparku! Kau mau mati ya?!" Ares langsung mencekik lehernya Hana.
Hana terkejut, ia mendelik dan saat ia mulai kesulitan untuk bernapas, secara refleks ia menepuk-nepuk keras punggung tangan laki-laki itu.
Manajer kafe tersebut segera berlari dan menolong Hana lepas dari cekikannya Ares.
"Kau berani membelanya?" Ares melotot ke manajer kafe itu dengan geram. "Apa dia pacar kamu?"
Manajer kafe itu berkata dengan wajah ketakutan, namun masih mampu untuk memberikan jawaban, "Dia bisa mati jika Anda terus mencekiknya. Dia bukan pacar saya. Saya justru membela Anda bukan dia karena jika dia sampai mati, Anda bisa masuk penjara, Tuan"
Ares menatap Hana yang masih terbatuk-batuk dan mengelus lehernya. Ares lalu pergi begitu saja meninggalkan Hana dan manajer kafe itu.
Selama bertahun-tahun, Hana tidak pernah menitikkan air mata apalagi menangis, namun di malam itu, ia menerima uang pemberian dari manajer kafe itu dengan derai air mata. Lehernya terasa sakit dan ada bekas merah berbentuk jari jemari.
"Pergilah ke pantry, minta obat oles Linda! Leher kamu merah banget tuh" Manajer kafe itu menatap Hana dengan penuh rasa kasihan.
Hana menggelengkan kepalanya dan berkata, "Terima kasih, saya langsung pulang saja"
Hana berlari menuju ke pantry untuk mengambil tas selempangnya yang terbuat dari kain dan berlari pulang.
Sesampainya di rumah, neneknya telah tidur. Hana menghela napas lega karena, ia tidak akan mendapatkan interogasi panjang dari neneknya mengenai tanda merah berbentuk jari jemari yang ada di leher putih bersihnya.
Hana lalu mandi, berganti baju dan mengoleskan minyak kayu putih di lehernya sambil meringis karena ada rasa perih di sana saat ia mengoleskan minyak kayu putih secara pelan-pelan di lehernya.
Hana lalu merogoh tasnya untuk menghitung uang yang ia terima dan Hana terkejut, dia mendapatkan satu bulan gajinya padahal ia baru bekerja selama satu Minggu di kafe itu.
Hana lalu bergumam, "Siapa laki-laki tampan yang sombong dan sangat kejam itu? Apa dia pemilik kafe itu? Tapi, nggak. Kata Deo, pemilik kafe itu teman Papanya Deo dan katanya sudah cukup berumur sedangkan laki-laki tadi masih sangat muda. Apa dia putra dari pemilik kafe itu? Ah! Bodo amat. Sekarang yang harus aku pikirkan, di mana lagi aku bisa cari tambahan uang untuk biaya operasinya Nenek?"
Hana lalu menghela napas panjang, naik ke ranjang, memeluk tubuh neneknya yang kurus dan akhirnya ia bisa tertidur karena merasakan lelah yang luar biasa di jiwa dan raganya.
Keesokan harinya, setelah nasi uduk dan pelengkapnya telah siap, Hana memakai syal di lehernya untuk menutupi lehernya. Syal.itu adalah hadiah ulang tahun yang ia terima dari Deo dan belum pernah Hana pakai.
Hana lalu menyuapi neneknya makan bubur. Neneknya Hana bertanya, "Kok pakai syal?"
"Iya Nek, agak dingin pagi ini. Sepertinya musim hujan akan mulai tiba" sahut Hana sambil membantu neneknya minum obat setelah buburnya habis.
Neneknya Hana mengusap pipinya Hana, "Jaga kesehatan, jangan sampai sakit ya, Nduk!"
"Nggih, Nek. Hana berangkat sekolah dulu, nggih?"
Neneknya Hana menganggukkan kepalanya dan Hana pun bergegas berangkat ke sekolah. Dia tidak ingin terlambat karena ia masih harus berjala. kaki ke sekolah untuk penghematan.
Hana bertemu dengan Deo di depan gerbang sekolah dan Deo tersenyum senang melihat syal pemberiannya dipakai oleh Hana.
"Apa kau flu? Kok pakai syal?" tanya Deo.
"Agak dingin tapi nggak flu" sahut Hana.
"Nih, aku kasih vitamin C untuk menjaga kondisi badan kamu biar tetap fit. Kalau habis bilang aja! Nanti aku kasih lagi"
"Tapi, aku udah terlalu banyak menerima kebaikan dari kamu dan aku tidak bisa membalas apa-apa, Deo" sahut Hana.
"Kita kan sahabat. Sahabat itu nggak ada hutang budi dan nggak perlu balas membalas" Sahut Deo.
Hana tersenyum dan mengucapkan kata terima kasih.
Hana duduk di bangkunya dan menoleh ke Deo yang juga telah duduk di sebelahnya, "Apa pemilik kafe tempat aku bekerja, punya anak laki-laki?"
Deo menoleh ke Hana, "Tidak. Pak Sentot nama pemilik kafe itu hanya punya dua anak perempuan dan masih seumuran dengan kita. Kenapa?"
"Laki-laki itu memecatku kemarin karena aku mengganggu permainan pianonya dan......."
"Ares Laco. Sial! Maafkan aku Hana, aku lupa memperingatkanmu soal Ares Laco. Dia selalu bermain piano di kafe itu dan dia orang yang memiliki kuasa atas apapun karena ia punya banyak uang. Bahkan Pak Sentot pun tunduk padanya"
"Namanya Ares Laco. Nama yang bagus tapi sayangnya tabiatnya sangat buruk" sahut Hana.
"Maafkan aku. Aku akan bantu kamu cari pekerjaan yang lain lagi" sahut Deo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
IG : Melodye.Hua
saya syok culture dengan mama pak sentot😭😭😭
2022-05-16
0
Senajudifa
lanjut author cantik
2022-05-15
0
Spyro
Weh baru kenal, uda makin cekek aja mas 😶
2022-04-25
0