hingga waktu sore ternyata papi dinda tak kembali lagi kekantor dan mengirimkan pesan. jika papinya langsung ketempat meeting dengan client bersama sang istri yang merupakan teman lama clientnya itu.
"pak reza sibuk ngga?" tanya dinda ragu ia masuk kedalam ruangan reza yang disitu ada sekretaris dari papinya yang akan mengajak reza pulang bersama
"tidak bu ada apa?" tanya reza yang menghindar dari lulu
"papi sudah pulang duluan, aku lupa ngga bawa dompet. bisakah pak reza antarkan saya pulang?" ucap dinda dan mendapatkan lirikan sinis dari lulu
"maaf bu tapi pak reza ada janji dengan saya" ucap lulu yang tau jika dinda anak dari pemilik perusahaannya
"bu lulu kapan kita punya janji ya!" tanya reza datar
"mari bu saya antarkan, saya sekalian pulang" reza keluar ruangan meninggalkan dinda dan juga lulu
dinda berlari mengejar reza dengan langkah yang sangat panjang, " tunggu pak jalanya kenceng banget kayak__"jedug suara benturan dahi dinda dan punggung reza yang keras membuat dinda berhenti berbicara
"awww ini punggung apa tembok sih sakit banget nih" dinda terus mengusap dahinya yang memerah
"makanya jalan pakai mata" ucap reza dan kembali berjalan dinda bengong bukanya harusnya reza minta maaf karena berhenti berjalan mendadak tapi malah dia lebih galak
"kalau bukan terpaksa ngga mau aku pulang bareng manusia es itu, galaknya sama aja kayak papi" dinda bermonolog
didalam mobil reza mengangkat telfon dari seseorang "iya pak saya sedang mengantar bu dinda sekarang" ucap reza saat menerima telfon yang ternyata dari papi tirta dan reza kembali lagi fokus ke jalanan
saat berhenti dilampu merah ada pengamen dengan memainkan alat musik tradisional yang begitu indah didengar. tanpa sadar reza melengkungkan bibirnya menerbitkan senyum singkat melihat beberapa pengamen tersebut bermain alat musik dan juga berjoget khas suatu daerah
dinda yang melihat momen langka itu terus menatap wajah reza yang biasa kaku kayak kanebo kering ini bagain kanebo yang kebanyakan kerendem air. "ganteng" begitu saja kata itu keluar dari mulut dinda
ia reflek menutup mulutnya "astaga semoga orangnya tak dengar" batin dinda
namun reza pura-pura tak mendengar ucapan dinda. apa mau mampir kesuatu tempat?" tanya reza pada dinda
"engga pak, langsung pulang saja. aku lelah!" ucap dinda
"lelah mainan ponsel maksudnya?" reza mulai banyak bicara saat bersama dinda
"bapak sudah menikah?" tanya dinda lagi penasaran ia takut mengagumi suami orang
"kalau sudah kenapa, kalau belum juga kenapa?" reza tersenyum singkat
"ngga apa-apa tanya saja. hanya saja istrinya pasti akan bosan jika tak diajak bicara" ucap dinda dan tak disahuti lagi oleh reza. keduanya sudah tiba dirumah megah dinda
"terima kasih pak, ngga mampir dulu" tanya dinda
"terima kasih bu, lain kali saja" ucap reza dan melajukan mobilnya ke arah apartemen miliknya
sampai disebuah kamar apartemen milik reza, ia merebahkan dirinya menghilangkan rasa lelahnya. ia teringat dengan orang tua nya diluar negeri yang sudah lama tak ia temui namun saat ini waktunya belum tepat untuk kembali ke orang tuanya
reza mencari kabar tentang orang tuanya melalui sahabatnya yang juga berada diluar negeri dimana orang tua reza tinggal. setelah mengetahui bahwa orang tuanya baik-baik saja reza merasa sangat lega dan ia memutuskan untuk mandi agar badannya lebih segar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments