"dinda mulai hari ini kamu diantar supir!" perintah papi tirta pada anaknya yang kemarin ada laporan bahwa dinda hampir menabrak orang karena mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.
"kenapa pi? dinda kan ngga aneh-aneh" dinda kesal pagi-pagi papinya sudah melarangnya membawa mobil
"hari ini kamu ikut papi ke kantor, besok baru boleh kerja dikator om mu lagi" papi tirta mengajak dinda agar mau mengenal perusahaanya yang kelak akan menjadi miliknya
"iya pi" jawab singkat dinda meski kadang suka konyol tapi dinda paling takut dengan papinya itu
"ayo berangkat!" perintahnya pada sang anak
"mi papi berangkat dulu ya, hati-hati di rumah" papi tirta mengecup kening istrinya membuat dinda menganga melihatnya.
"astaga sama anaknya galak banget sedangkan sama mami aja kayak kucing" gumam dinda yang masih didengar oleh maminya
"dinda" mami ana menggingatkan dengan halus
"iya mi, dinda berangkat ya mi emmmuuaahhh" dinda mencium pipi maminya sambil menirukan suaranya untuk menyindir papinya. maminya hanya geleng-geleng kepala jika anak dan suaminya sudah bertemu
dinda dan papinya berangkat ke kantor dengan diantarkan supirnya. saat sampai di kantor perusahaan pak tirta keduanya turun dan melangkahkan kakinya ke ruangan CEO nya "pi nanti dinda diruangan papi aja ya, dinda bantuin deh kerjaan papi hari ini" dinda bernegosiasi
"hemmm" jawab pak tirta singkat saat masuk kedalam ruangnya yang sangat besar dengan satu set sofa didalamnya
"dinda nih anak papi bukan sih? " dinda menggoda papinya yang fokus pada dokumen di mejanya
"dinda kamu mau bikin papi serangan jantung haah!" papinya benar-benar merasa heran pada dinda, maminya sangat kalem dan lembut namun anaknya sangat bar-bar
"maaf pi, habisnya papi kalau sama mami aja bisa lembut kalau sama dinda selalu saja kesal" keluh dinda pada papinya
"sudah sana ke ruangan mu saja, disini malah menggangu kerjaan papi" pak tirta tak lagi melihat dinda yang tiba-tiba menghilang
"za kamu melihat dinda?" tanya pak tirta pada reza asistenya melalui panggilan telfon kantor
"sebentar saya cek dulu pak, nanti langsung saya informasikan pada bapak" jawab reza yang sangat tegas cocok sekali dengan pak tirta
reza mencari keruangan yang disediakan untuk dinda disebelah ruangan papinya. reza mengetuk pintu ruangan tidak ada yang menyahut dia memutuskan untuk masuk kedalam ruangan begitu saja.
"permisi bu, pak tirta mencari keberadaan ibu dinda" ucap reza datar
"bilang saja pak saya disini!" jawab dinda yang sedang bermain ponselnya dikursi wakil direktur miliknya
"baik bu!" reza keluar ruangan dinda dan masuk ke ruangan pak tirta untuk melapor. setelah melaporkan keberadaan dinda reza kembali keruangan untuk melanjutkan pekerjaanyaa
waktu berlalu tibalah waktu makan siang, seperti biasa oarang tua dinda akan makan bersama diluar saat papinya tidak sibuk. dinda kembali keruangan papinya setelah lelah bermain ponsel di ruangan sebelahnya
"pi dinda ikut papi mami makan siang ya?" pinta dinda dan ditolak oleh pak tirta
"makanya cari pacar, eh harusnya cari suami umurmu sudah sangat tua. apa kau mau menunggu papimu tak bisa menggendong cucu" papi tirta berlalu begitu saja melewati dinda
"papi sangat menyebalkan!" dinda keluar ruangan dengan tubuh lemas "harusnya aku makan siang bekal maya yang sangat nikmat" dinda bermonolog
"ehemmm , bu dinda mau makan siang apa biar saya pesankan" tanya reza yang hendak keluar untuk makan siang
"boleh deh pak, apa saja aku pemakan segalanya" ucap dinda asal karena lagi malas untuk banyak bicara
reza tak menjawab ia hanya mengangguk dan pergi ke kantin kantor untuk memesankan makanan dinda dan juga untuknya sendiri
tak lama reza membawa dua porsi makanan ditanganya dan mengantarkanya pada dinda. "silahkan bu maaf saya tidak tau apa kesukaan bu dinda" ucap reza
"sama saja akan masuk perut juga kan, terima kasih ya" dinda membuka makananya dan mulai melahap makanan tersebut. orang tua dinda memang sepakat untuk membuat dinda merasa kesepian agar cepat mencari pasangan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments