Saat malam tiba, Rina duduk di meja belajarnya sambil menulis sesuatu di kertas kemudian Rina membuang kertasnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kamar rina sudah seperti pabrik kertas, kertas di mana-mana.
Ibu rina yang melihat kejadian tersebut sangat khawatir dengan tingkah putri mereka. Ibu rina mengintip dari luar pintu, melihat tingkah anaknya.
"Yah... cepat kesini!!" Ucap ibu rina memanggil suaminya yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton Tv.
Jangankan Ibu rina yang terkejut, Ayah rina lebih terkejut lagi melihat tingkah rina. Bukan tanpa alasan, pasalnya Rina adalah orang yang paling malas soal belajar. Tapi malam ini Rina belajar dengan sungguh-sungguh, terlihat sekali dari wajah rina.
"Wah.... ini berita besar bu, sepertinya Rina sekarang sudah berubah. Dia sudah rajin belajar" ucap Ayah Rina bangga.
"Biasanya dia hanya menonton Tv atau lebih sering membaca komik" tutur ayah rina
" bukan begitu yah, coba perhatikan. Ada yang aneh dengan belajarnya. Ko, rina buang kertasnya?" Ucap ibu rina sambil menunjuk rina yang sedang melempar kertas.
Sesekali ekspresi Rina kesal sambil memukul meja atau melempar pulpennya. Ibu dan ayah Rina hanya saling menatap sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah rina.
"Mungkin, Rina sedang berusaha belajar bu. maklumi saja" Ucap ayah rina
Ibu rina ingin masuk tetapi di halangi oleh suaminya.
"Bu.., ini pertama kalinya rina belajar, jadi wajar jika seperti itu. Dulu Ayah juga seperti itu" jelas Ayah Rina
" pertama kali belajar memang ngeri sekali, mata pelajaran tidak ada yang mau masuk ditambah lagi pusing mikirin pelajaran jadi begitu dehh"
Ibu rina tidak peduli dengan perkataan suaminya, Dia tetap menghampiri rina.
"Na, kalau tidak mau belajar, jangan dipaksa" ucap ibu rina dengan lembut dan suara kasihan.
"Ibu ini aneh , kemarin-kemarin saat rina tidak belajar dimarah. Ehh, pas rina belajar di suruh tidak belajar. Mau ibu itu seperti apa?" Ucap Ayah Rina
Ekspresi wajah ibu Rina berubah seketika, mama menatap Ayah dengan Tatapan tajam. Ayah yang melihatnya pun serasa takut dan Gugup.
"Bukan melarang yah.." ucap ibu dengan suara rendah " daripada dipaksa, tidak akan masuk juga kan. Yang ada malah pusing terus nanti sakit. Sudah rina bodoh di sekolah, ke sekolahpun sering absenkan" jelas ibu rina dengan suara keras
Rina hanya diam. Sudah biasa bagi Rina mendengar nada suara seperti itu.
"Na, bagaimana kalau kamu belajar dengan Qin-she saja. Dia kan pintar!" Saran mama rina.
Mendengar nama Qin-she Rina jadi tersenyum. Tapi tunggu dulu, menulis puisi dengan Qin-she? Sepertinya tidak bisa. Rina kan ingin membuat puisi kemudian memberikannya pada Qin-she. Ini mustahil pikir rina
"Ahhh, sudalah Aku mau tidur saja" ucap rina seketika. Rina langsung berdiri dan membuang dirinya di kasur.
" bagaimana dengan belajarnya? Apakah kamu sudah tidak mau belajar lagi" ucap Ayah kepada Rina
"Sudahlah yah, dia pasti capek" ucap ibu rina sambil memakaikan selimut kepada Rina.
Ayah dan ibu Rina keluar dari kamar dan mematikan lampu kamar rina.
Pagi datang, tetapi cuaca mendung sepertinya akan turun hujan.
"Rina berangkat ke sekolah" teriak rina
"Bawa payung na, nanti turun hujan" ucap ibunya dari dapur
Tapi pada saat Rina ingin mengambil payung, Dia tidak melihat payung.
"Payungnya ada dimana? Biasanya disimpan di sini. Ahh, sudahlah nanti terlambat" ucap rina dalam hati. Rina pun tidak membawa payung
Saat datang ke sekolah, rina terlihat tidak bersemangat. Woobin yang melihat rina datang, bingung.
"Na, kamu kenapa lagi? Ditolak lagi sama Qin-she" ucap woobin bercanda
"Woobin, tetang menulis puisi..." belum selesai rina berbicara, woobin langsung memotongnya. "Kenapa, kamu sudah memberikan kepada Qin-she tetapi Qin-she menolaknya?" Kata woobin sambil tertawa kecil. Kali ini ekspresi woobin terlihat menjengkelkan di mata rina.
Rinapun menepuk meja woobin dan membuat woobin berhenti tertawa.
"Bukan seperti itu" kata rina
"Aku tidak bisa menulis puisi" ucap rina sedih
"Apa, menulis puisi saja tidak bisa?" Tanya woobin. " menulis puisi berarti menulis semua perasaanmu, perasaan cinta, senang dan bahagia ketika bertemu dengannya" lanjut woobin dengan percaya diri
"Apakah kamu bisa membuat puisi"tanya rina dengan ekspresi berharap.
" tentu saja. Kamu harus belajar dariku, hanya aku yang bisa membuat puisi yang menyentuh hati" ucap woobin bangga.
Qin-she baru masuk ke kelas karena dari ruang guru tadi. Saat masuk, Qin-she melihat Rina sangat bersemangat lagi. Qin-she ingin mengetahui apa yang membuat gadis itu bersemangat lagi, tadi rina terlihat seperti orang kehabisan oksigen.
Qin-she melangkah secara perlahan berharap dapat memdengarkan obrolan rina dan woobin. Tetapi Rina melihat Qin-she dan seketika Qin-she pun mempercepat langkahnya dan duduk di kursinya.
"Jadi kapan kamu mengajariku" ucap Rina kepada woobin
"Bagaimana setelah istirahat" ucap woobin
"Baiklah" ucap rina sambil tersenyum kemudian kembali menghadap ke depan.
Qin-she diam-diam mendengarkan pembicaraan rina dan woobin. Mengajari apa woobin kepada rina? Tidak mungkin belajar bukan, mereka berdua bahkan membuka buku saja sudah mengantuk ucap Qin-she dalam hati. Tapi perasaan apa ini? Kenapa Qin-she sangat penasaran dengan pembicaraan rina dan woobin.
Jam istirahat yang ditunggu-tunggu rina sudah tiba. Rina dan woobin langsung keluar dari kelas dan mencari tempat yang bagus untuk membuat puisi.
Mereka berdua memilih kantin sebagai tempatnya. Berhubung karena rina dan woobin juga laper, mungkin di temani dengan makanan mereka tambah semangat. Tapi satu yang membuat rina semangat yaitu Qin-she.
puisi yang dibuat woobin membuat rina senang. puisi itu jelas mengespresikan perasaan yang memdalam bagi rina. Rina akan memberikan puisi yang sudah dibuatnya dengan lelah kepada Qin-she sepulang sekolah nanti. pikiran rina pun melayang-layang. betapa bahagianya Qin-she membaca puisi ini pikir rina.
"selesai" ucap woobin
"biar ku lihat"kata rina sambil mengambil kertas dari tangan woobin.
"Takkan aku biarkan kamu menjauh dariku, akanku buat diriku menjadi magnet bagimu, sehingga kita bisa saling tarik menarik....." baca rina. "benarkah ini puisi?" tanya rina
"hei, apa maksudmu: jelas ini adalah puisi yang paling romantis tis tis...." jawab woobin
"apakah Qin-she menyukainya?" Tanya rina lagi
"jika aku jadi Qin-she, aku akan terbawa dalam perasaaanku saat membaca puisi ini" tutur woobin.
"lalu kenapa, aku tidak terbawa dalam perasaanku?"
"itu karena kamu cukup bodoh, coba jika orang pintar yang membaca dia akan terbawa dalam emosi puisi ini" kata woobin.
mendengar perkataan woobin, rina langsung memukul kepala woobin. " kamu lebih bodoh dariku. aku urutan ke 2 dari belakang sementara kamu urutan 1 dari belakang" tegas rina. setelah mengatakan itu, rina langsung pergi ke kelas.
Dikelas, rina tidak hentingnya berpikir tentang puisi itu.
"apa aku harus memberikan ini kepada Qin-she? tapi puisinya cukup norak. bagaimana kalau Qin-she menolakku lagi. ini bukan pertama kalinya" pikir rina
"baiklah, aku akan tetap memberikan kepada Qin-she. Aku tinggal mengatakan kalau puisi ini dari woobin" pikir rina sambil tersenyum
"baiklah tunggu sampai jam pulang saja" ungkap rina dalam hati.
sementara diluar sedang hujan. Hujan turun sampai jam waktu pulang.
Rina menunggu Qin-she di depan pintu, sambil melihat siswa lainnya pulang. Rina harus menunggu waktu yang pas untuk memberikannya kepada Qin-she. saat melihat Qin-she ingin keluar, Rina langsung membuat buku di mejanya jatuh. Berharap Qin-she memungut buku itu, hal ini membuat rina bisa mengulur waktu. Ternyata benar, Qin-she melihat buku rina terjatuh dan langsung memungutkannya. Rina pun pura-pura sibuk lagi, berharap Qin-she mau menunggu untuk memberikan bukunya. tapi harapan itu sia-sia, melihat rina sibuk dengan tasnya, Qin-she pun meletakan buku rina di atas meja kemudian pergi. tetapi rina berhasil memegang tangannya, melihat tangannya dipegang rina. Qin-she langsung menatap rina, rina langsung melepaskan tangannya. "Aku hanya mau berterima kasih saja" ucap rina
Qin-she hanya mengangguk saja. kemudian pergi meninggalkan rina. Rina langsung berlari dan mengejar Qin-she sampai di depan sekolah. Semua orang memakai payung karena diluar sedang hujan, Qin-she langsung mengambil payungnya. sementara rina menyesal tidak memdengarkan ibunya tadi.
Qin-she yang melihat rina tidak membawa payung, malah memyodorkan payungnya kepada rina. Melihat itu, Rina sangat senang.
"Qin-she terima kasih. sudah meminjamkan aku payung, kamu memang yang terbaik" ucap rina sambil memakai payung yang diberikan Qin-she
Di saat rina berjalan, Qin-she langsung menarik Tangan rina.
"hey, kita perlu berbagi payung" ucap Qin-she meyakinkan
"aku bisa basah kuyup sampai rumah, bagaimana jika aku sakit?" lanjut Qin-she
mendengar itu, Rina jadi malu sendiri. Rina pun memberikan payung itu kepada Qin-she, sambil mulai memdekatkan tubuhnya dekat Qin-she. "perasaaan apa ini? kenapa jadi deg-degan begini?" ucap rina dalam hati. bukan hanya rina, Qin-she juga merasakan hal yang sama.
Karena sedang hujan, maka jalanan jadi licin. Rina terpeleset dan hampir jatuh. Qin-she yang melihat rina hilang keseimbanganpun langsung menolong rina. Dan akhirnya rinapun tidak jatuh. merekapun saling menatap, ditambah payung yang dipegang Qin-she terlepas jadi merekapun kehujanan dijalan. wahh, jadi romantis mereka.
Rinapun langsung berdiri dan memungut payung Qin-she. sementara Qin-she masih syok.
Mereka berdua basah kuyup. Rina dan Qin-she hanya saling tertawa. Rina ingat, Rina harus memberikan puisinya kepada Qin-she. Tetapi, pada saat Rina melihat puisinya di tasnya, Ada keraguan untuk memberikannya pada Qin-she. Rinapun memutuskan untuk tidak meberikannya.
mereka berdua melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ukhty Fillah
Lanjut
2022-02-14
0