dua

"Ara bangun nak, ayo kita sholat subuh" suara lembut itu mengalun indah di telingaku.

" Lima menit lagi, Ara masih ngantuk" ucapku sambil menarik selimutku, jujur aku masih sangat mengantuk karena aku tidak berubah bangun sepagi ini sebelumnya.

"Ara ayo ah bangun nanti sholatnya keburu lewat" bibi Aisyah tidak menyerah dia masih terus menggoyang-goyang tubuhku aku yang tubuhnya terus digoyang-goyang membuat ku memutuskan untuk bangun dari tidurku.

"Bibi inikan masih pagi" ucapku sebal.

"Iya bibi tau tapikan kamu harus sholat ayo ah, ambil wudhu sana bibi tunggu di mushola di bawah"

sebelum bibi Aisyah pergi aku dengan cepat memegang tangannya.

"Ada apa?"

"Hehehe Ara lupa urutan wudhu nya" ucapku dengan menggaruk kepalanya yang padahal tidak gatal.

"Hmm ayo bangun nanti bibi contoh in urutan wudhu nya."

Bergegas aku bangun dari tempat tidur dan mengikuti bibi Aisyah yang berjalan kearah kamar mandi, ku perhatikan bibi Aisyah yang sedang mencontohkan cara berwudhu.

"Sudah paham?" tanyanya kepadaku.

"Sudah"

"Ya udah bibi kebawah duluan kamu jangan lama-lama ya keburu waktunya habis"

beberapa jam kemudian...

Kami semua, yah kami semua aku bibi Aisyah mbok Sum yang sekarang sedang hikmat sarapan pagi bersama di meja makan, mbok Sum memang selalu makan bersama karena bibi Aisyah tidak punya anak dan suaminya pun sudah tiada akhirnya ia menyuruh mbok S.um untuk menemaninya makan katanya agar tidak kesepian.

"Ara nanti kamu ikut bibi ya ke pesantren, nanti bibi kenalin kamu sama Abah dan umi, sama ustadz dan ustadzah di sana nanti kamu ikut ngaji saja sama para santri" ucap bibi Aisyah ketika sudah selesai makan.

"Anu bibi, Ara gak punya gamis"

"Ya Allah, ya udah kamu pake baju punya bibi aja dulu nanti kita pulang dari pesantren baru kita beli baju buat kamu"

"Apa gak apa-apa"

"Gak apa-apa"

Aku merasa tidak enak kepada bibiku aku sering sekali merepotkannya sampai masalah baju pun aku merepotkannya.

Setelah ku bantu bibi Aisyah dan mbok sum membersihkan piring bekas maka kami aku segera siap-siap berganti pakaian dengan pakaian yang di kasih bibi Aisyah.

"Ara ayo cepat nanti bibi bisa telat"

"Iya"

Aku dengan cepat menghampiri bibi ku yang sedang duduk di sofa.

"Sudah ayo berangkat"

"Iya "

"mbok kita berangkat dulu ya, assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Kami berjalan kaki menuju pesantren tempat bibiku mengajar, kata bibi pesantren lumayan dekat jadi tidak perlu naik mobil ataupun motor.

Jujur sebenarnya aku sedikit ada rasa takut dan juga malu, aku merasa tak pantas berada di samping bibiku ini, tidak butuh waktu yang lama didepan sana sudah terpampang jelas gerbang tinggi yang diatasnya terdapat tulisan

" PESANTREN AN-NUR"

"Ara nanti kamu jangan takut ya mereka baik kok" ucap bibi disela-sela kami berjalan.

"Aku tidak takut hanya sedikit malu saja"

"Tidak usah malu nanti bibi kenalin kamu sama umi dan Abah beliau orang lembut dan juga penyabar, pasti beliau menerima kamu kok"

"Tapi...bi"

"Udah santai aja, ingat kamu punya sang maha kuasa"

Tak terasa kami sudah berada di depan gerbang, melihat kami , ah tidak lebih tepatnya bibi Aisyah santri yang berjaga pun membukakan pintu untuk ku dan bibi.

"Assalamu'alaikum ustadzah" salam santri itu sambil menyatukan kedua tangannya didepan dadanya (aku bingung bahasanya jadi maklum aja yah)

"Waalaikumsalam, kamu jaga?"

"Iya ustadzah"

"Makasih ya udah dibukain"

"Sama-sama ustadzah"

°°°°

Ara hanya diam saja karena Ara juga tidak kenal meraka, setelahnya Ara dan bibi meneruskan berjalan ke rumah abah dan umi, terlihat banyak para santri yang berlalu lalang dari yang hijab nya biasa saja sampai juga ada yang pakai cadar, ada juga santri putranya.

"Yang tadi bukain pintu kita itu Faris namanya jadi setiap hari di pintu gerbang pasti ada yang jaga tapi yang kebagian jaga gerbang hanya santri senior saja"

"Oh gitu ya, terus yang Ara tau biasanya santri putri dan santri putra dipisah atau gak pasti ada gerbang pemisahan, tapi kok disini gak ada?" tanyanya karen terlihat tadi santri putri dan putra berlalu lalang.

"Oh itu ada sebenarnya, tapi sudah lama tidak dipakai akhirnya dibongkar dan lagi walaupun mereka tidak ada pemisahan bukan berarti mereka bisa seenaknya karena apa? setiap sudut itu pasti ada yang mengawasi dan juga meraka tau bahwa Allah itu tidak tidur dan yang biasanya bibi dengar sih mereka takut dihukum karena disini hukumannya gak main-main"

"Oh gitu pantesan Ara liat walaupun mereka campuran baur meraka gak ada yang namanya ngobrol dengan lawan jenis"

"Iya walaupun begitu masih ada aja yang ngelarang"

Kami terlarut dalam obrolan sampai tidak sadar sudah sampai depan rumah Abah dan umi.

"Assalamu'alaikum" ucap kami setelah sampai didepan pintu.

"Waalaikumsalam, akhirnya sampai juga umi tunggu-tunggu, jadi ini yang namanya Zahra" ucap perempuan cantik berhijab syar'i dengan senyuman yang begitu menyejukkan hati.

"Iya umi maaf ya tadi ngobrol-ngobrol dulu soalnya, dan iya ini Zahra yang waktu itu aku ceritain" jawab bibi sambil mengelus lenganku.

kemudian dilanjutkan dengan kami mencium tangan umi dan umi mengajak kami untuk masuk kedalam.

"Teh tolong bikini minuman ya" pinta umi kepada santri yang lewat.

"Baik umi"

"Ara ini dari mana asalnya" tanya umi kepada ku.

"Dari Jakarta"

"Umi sudah dengar cerita kamu dari ustadzah Aisyah, setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan orang orang yang hebat ada mereka yang mau berusaha keluar dari kubangan dosa itu dan umi yakin Ara pasti berhasil"

"Iya umi"

"Jangan canggung bias aja, umi ini udah tua umi punya cucu dua sama satu nya masih jadi calon cucu, anak umi tiga yang pertama laki-laki namanya Fatih sudah menikah, sudah punya anak dua dan tinggal di Semarang Alhamdulillah dia berhasil dalam misi nya mensyiarkan agama islam dan dia sudah punya pesantren sendiri, nah anak umi yang kedua namanya Nisa dia tinggal disini sementara tapi sedang keluar sama suaminya periksa kandungan, terus anak umi yang ketiga namanya Faiz dia ngajar disini belum menikah, kalo umi tanya "kapan Faiz ngasih umi menantu" jawabnya pasti belum ada calon yah umi mah hanya bisa menunggu saja umi gak akan pernah menjodohkan anak umi karena umi tau masalah hati tidak bisa dipaksakan"

"Iya umi"

"Apa mungkin nak Ara mau jadi calon anak umi" ucap umi sambil tersenyum kepada ku.

"Hehehe belum ada kepikiran untuk ke sana"

"Iya iya, Ara nanti ngajinya sama umi dulu yah nanti kalo sudah lancar baca Alquran nya dan sudah tau tata cara shalat dan sudah ngelogat kitab baru deh ngaji bareng sama santri yang yang lain, tidak apa umi"

"Tidak apa umi malahan Ara lebih bersyukur seperti itu"

"Alhamdulillah Ara mau tinggal disini dan rumah umi juga tidak apa malah umi senang"

"Tidak terima kasih umi Ara tinggal dirumah bibi Aisyah saja kasian bibi tidak ada temannya" tolak ku karena aku lebih nyaman dirumah bibiku daripada disini.

"Dia sangat sayang kamu ya Syah"

"Iya umi udah kaya anak aku dia mah"

"Iya, sampai umi ayo diminum airnya"

Ketika aku sedang minum ada suara laki-laki yang mengucapkan salam dari luar sambil di barengi dengan kemunculan laki-laki berbaju koko putih peci hitam dan sorban hijau di bahunya.

"wa'alaikumsalam" jawab kami.

Tidak sengaja mataku menatap matanya ketik tersadar langsung ku palingkan wajahku kebawah.

"Sudah pulang iz"

"Sudah mi"

°°°°

Lelah sekali rasanya ba'da subuh tadi aku harus membadali abah mengajar karena beliau ada keperluan di luar pesantren, ku langkahkan kaki ku masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam "assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Saat ku tengokan kepalaku aku tersadar bahwa tidak hanya ada umiku di sana juga ada ustadzah Aisyah dan juga seorang perempuan yang tak ku kenal.

"Subhanallah matanya begitu indah parasnya begitu ayu" batinku tak sadar sudah mengagumi sesuatu yang buakan mahram dariku sampai pertanyaan umi membuatku tersadar.

"Kamu sudah pulang iz" tanya umi

"Sudah umi"

"Astaghfirullah apa yang aku lakukan kenapa ku menatap perempuan yang buka mahram ku" batinku.

kemudian tundukan kepalaku dan dan berpamitan kepada umi.

"Umi Faiz kebelakang dulu"

"Iya iz"

°°°°

"Itu tadi anak umi yang terakhir"

"Iya umi"

"Gimana tertarik tidak"

"Tidak tau umi"

Aku malu rasanya tadi tidak sengaja menatap wajah laki-laki tersebut.

"Umi Aisyah izin mengajar dulu sudah waktunya Aisyah untuk mengajar" pamit bibi Aisyah.

"Oh iya tidak apa"

"Assalamu'alaikum" salam bibi sambil mencium tangan umi dan dilanjutkan aku yang mencium tangan bibi.

"Waalaikumsalam"

"Nah sekarang Ara ikut umi ke gazebo belakang kita ngaji di sana"

"Iya umi"

Kami bangun dan aku mengikuti umi kearah gazebo.

bersambung

Assalamu'alaikum semuanya gimana ceritanya seru gak.

dan di part ini Ara sudah mulai mengaji ya teman-teman dan lagi Ara sudah ketemu sama Fariz terus stay ya bakal ada keseruan di part-part selanjutnya.

jangan lupa untuk like oke.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, dah🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!