Hijrah Cinta

Hijrah Cinta

satu

Pagi ini di sebuah rumah yang sangat indah dengan pepohonan yang berada di sekitarnya uang menunjukkan si pemilik rumah suka sekali bercocok tanam namun sangat disayangkan keadaannya sangat berbeda dengan sang pemilik karena terlihat dari wajah mereka yang penuh amarah dan kekecewaan.

"Sudah berapa kali ayah bilang jangan pernah menginjakkan kaki di tempat laknat itu, apa pernah ayah ajarkan kamu hal seperti itu?" teriak sang laki-laki paruh baya itu sambil menunjuk kepada seorang gadis yang tertunduk berderai air mata.

"Maaf ayah aku salah" cicit seorang gadis yang tertunduk itu.

"Selalu seperti itu mau sampai kapan kamu?" tanya laki-laki itu dan hanya dijawab diam oleh sang gadis.

"Ayah tanya jawab Zahra, sekarang kamu bereskan pakaian kamu ayah akan antar kamu ke rumah bibi mu sebelum kamu berubah jangan pernah kamu menginjakkan kaki di sini atau bertemu dengan bunda maupun ayah, cepat ayah antar kamu" setelah mengucapkan itu laki-laki yang dipanggil ayah itu meninggalkan anak gadisnya dan bunda dari gadis itu.

"Ayah kita bicara baik-baik dulu ya" bujuk seorang perempuan berhijab yang dari tadi hanya terdiam.

"Tidak"

"Ayo nak bunda bantu bereskan baju kamu" ucap lembut bunda sang gadis sambil membantunya berdiri.

"Bunda aku tidak mau" tatap mata memohon Zahra kepada sang bunda.

"Kamu salah jadi ini hukuman buat kamu dari ayah dan bunda, bunda yakin putri kecil bunda ini pasti bisa berubah, jangan menangis lagi kamu harus tunjukkan kepada ayah dan bunda bahwa kamu pasti bisa berubah"

Zahra hanya bisa menerima keputusan itu walaupun berat tapi ini adalah hukuman buatnya dia tau dia salah karena dengan berani masuk ke dalam tempat laknat itu bukan sekali dua kali ia sudah sering masuk ke sana tapi bukan untuk meminum minuman haram itu tetapi dia kerja di sana dan ayah serta bundanya tidak tau tentang hal itu karena dia sadar jika keduanya tau pasti tidak akan pernah di perbolehkan.

"Kamu sudah siapkan, ayo kita berangkat"

"Iya ayah" cicit Zahra

"Bunda ayo"

"Kenapa hidup aku seperti ini, maafkan aku Ya Allah aku sudah jauh dari engkau izinkan aku dan tuntun aku kembali ke jalanmu" batin Zahra.

Zahra hanya mampu meneteskan air matanya sambil memandang ke arah jalan, bibi Zahra ini adalah seorang Ustadzah di sebuah pesantren di daerah Bandung namanya Aisyah Humairah perempuan yang sekitar 2 tahun lalu di tinggalkan suaminya pergi dari dunia ini, dia tidak mempunyai anak jadinya ia sangat sayang kepada keponakannya itu yang tak lain Alifa Zahra Fitriani.

Sebenarnya Zahra berasal dari keluarga yang islami namun sangat disayangkan dikarenakan pergaulan yang bebas membuat ia terseret ke dalam jurang kemaksiatan sebenarnya ia sudah ada niat untuk keluar dari jurang itu namun sayang saat ia sedikit lagi berhasil keluar temannya kembali menyeret ia kembali ke jurang itu.

"Ayah tidak marah sama Ara, ayah hanya kecewa sama ara, Ara dulu menolak untuk masuk pesantren mungkin masih ayah maklum walaupun sebenarnya ayah sedikit kecewa, tapi ini sekarang Ara sudah melewati batas dan hal itu membuat ayah merasa gagal menjadi seorang ayah untuk Ara, Ara mau berubah kan kembali ke jalan yang benar nak jalan yang di ridhoi " ucap ayah lembut ayah yang sedang menyetir.

"Ayah maafkan ara, ayah tidak gagal menjadi sosok ayah bagi Ara, ara yang gagal jadi anak buat ayah, ayah jangan menyalakan diri ayah lagi, Ara akan berubah ayah Ara akan berusaha" ucap Zahra dibarengin dengan air matanya yang terus mengalir.

Jam demi jam terus berlalu tak terasa sekarang sudah terlihat rumah joglo yang merupakan rumah dari bibi Aisyah, sudah setahun lebih rasanya Ara tak pernah lagi menginjakkan kaki di sana semenjak dirinya masuk ke dalam jurang kemaksiatan itu.

"Tok. Tok... Assalamualaikum" ayah mengetuk pintu rumah bibi Aisyah.

"Waalaikumsalam"

"Kerek..."(anggap saja suara pintu dibuka)

terlihat perempuan yang merupakan ART di rumah bibi Aisyah namanya mbok Sum.

"Oh tuan Goufar" Goufar adalah nama ayah dari Zahra.

"Iya mbok Aisyah ada?"

"Ada dari tadi ibu sudah tunggu dari tadi " jawab mbok sum sambil menganggukkan kepalanya.

"Ayo silakan masuk" lanjut mbok sum mempersilahkan Ara dan keluarga masuk.

Terlihat di depan sana ada seorang perempuan berhijab syar'i yang tersenyum ke arah mereka.

Dia adalah seorang yang sudah seperti ibu bagi Ara orang yang sebenarnya Ara rindukan.

"Wah akhirnya sampai juga, ayo duduk-duduk" sambut bibi Aisyah dengan ramah dan jangan lupakan senyum yang begitu menyejukkan.

"Maaf ya Asiyah kami sekeluarga merepotkan kamu lagi"

"Tidak apa-apa mbak aku malahan senang karena ada temannya sekarang tidak cuma sama mbok sum saja"

...°°°°

...

Suara merdu itu mengalun indah di telingaku, aku malu rasanya aku begitu merepotkan bibiku sudah sekian lama tak kesini malah merepotkannya saja sekarang.

Selain itu aku malu bibiku orang yang Solehah lembut perkataannya dan bahkan dia tidak meninggikan suaranya di depan siapa pun sedangkan aku keponakannya, aku hina aku terlalu banyak dosa dan lagi perkataan ku selalu kasar kepada orang lain.

"Syah mas minta tolong ya, tolong bantu Ara untuk kembali ke jalan yang benar tuntun dia jika jatuh maka bantulah dia untuk kembali berdiri jika dia sedih hibur dia" ayah mengucapkan kata-kata itu sambil melihatku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku pasti bantu ara, Ara sudah seperti anak bagiku, aku sayang dia kamu tau itu mas dari dulu."

"Iya syah mas tau, Ara ini anak aku satu-satunya kalo dia tetap di jalan itu maka aku harus menerima kegagalan menjadi seorang ayah tapi kalau dia berhasil ada rasa kebanggaan dan rasa lega tersendiri."

"Aku pasti aku bantu dia jangan khawatir mas, sudah yuk mendingan kita makan dulu yuk kalian kan abis perjalanan jauh pasti lapar aku sudah masak in makanan kesukaan kalian" ajak bibi Aisyah sambil mengarahkan kami kemeja makan.

beberapa menit kemudian.....

"Ara ayah sama bunda pamit ya kamu jangan nakal dan ayah menunggu kabar baik darimu" ucap ayah sambil mengelus kepala ku.

"Iya ayah insya Allah Ara akan usahakan"

"Syah aku pamit ya titip Ara bantu dia"

"Iya mas kamu sama mbak hati-hati di jalan jangan Ara dia aman sama aku"

"Iya aku percaya itu kalo begitu aku sama istriku pamit ya, assalamualaikum" ayah dan bunda sudah lenyap dari hadapanku mereka benar-benar menitipkan ku kepada bibi Aisyah dan mereka sangat berharap kau bisa kembali ke jalan yang benar.

"Ya Allah apa aku bisa kembali ke jalan yang Engkau kehendaki" batin ku sambil melihat mobil ayah yang sudah menjauh.

"Ayo masuk Ra" ajakan bibi sambil mengelus kepalaku yang tidak tertutup hijab.

"Iya bibi"

Kami masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintu kembali.

Terpopuler

Comments

pensi

pensi

harus lebih filter lingkungan pertemanan Zahra

2022-03-14

0

pensi

pensi

semangat ka

2022-03-14

0

Ummi_ Qiadina

Ummi_ Qiadina

nyimak

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!