Setelah mendengar perkataan Kirana, tanpa berkata apapun Adnan langsung menarik tangan Kirana, dan memaksa Kirana untuk masuk kedalam mobilnya. Membuat Kirana bingung melihat kelakuan gurunya itu.
"Apaan sih Pak! Lepaskan tangan saya! Saya bisa masuk sendiri!" sentak Kirana sambil menghentakkan tangannya agar terlepas dari jeratan tangan Adnan.
"Bagus! Sekarang masuklah" balas Adnan dengan memasang wajah datarnya.
Dengan wajah kesal, akhirnya Kirana pun memasuki mobil Adnan dan duduk di kursi penumpang. Adnan mengerutkan keningnya sambil menatap dingin pada Kirana.
"Saya bukan supir kamu! Jadi cepat kamu pindah kedepan!"titah Adnan dengan tegas. Karena malas berdebat dengan guru yang amat tidak ia sukai. Akhirnya Kirana pun menuruti perintahnya dengan wajah yang masih terlihat kesal pada Adnan.
Setelah Kirana berpindah duduk, Adnan pun mulai melajukan mobilnya menuju kerumah sakit tempat Erlina di rawat saat ini. Dan karena Adnan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi akhirnya mereka sampai dalam waktu 40 menit saja. Setelah itu Mereka pun turun dari mobilnya, Dan Adnan langsung mengajak Kirana memasuki rumah sakit dengan langkah cepat, membuat Kirana harus berlari kecil untuk menyeimbanginya.
Sesampainya di ruangan Erlina di rawat, Kirana langsung kaget melihat kondisi sang ibu bahkan ia langsung menangis saat melihat sang ibu yang terlihat begitu lemah.
"Bundaa.. hiks.. apa yang sudah terjadi pada Bunda? Hiks..hiks.." tanya Kirana yang tangisnya langsung pecah.
"Maafkan Tante Nak, tadi ketika di pasar, Tante lengah dan hampir saja di tabrak mobil, dan Bunda kamu datang menyelamatkan Tante, hiks..hiks.. tapi malah Bunda kamu yang akhirnya tertabrak mobil tersebut, hiks..hiks.." jelas Sari mengwakili Erlina.
"Tante siapa?" tanya Kirana setelah mendengar penjelasan dari Sari.
"Tante teman Mama kamu Nak, panggil saja Tante Sari" jawab Sari.
"Ka-na ma-ukah ka-mu meme-nuhi ke-ingi-nan bun-da ya-ng ter-ak-hir Nak? tanya Erlina dengan suara yang terdengar lemah.
"Bunda ngomong apa sih? Hiks..Tidak ada kata terakhir Bunda, hiks..apapun keingin Bunda hiks..Kana akan memenuhinya Bunda hiks..hiks.. tapi jangan katakan itu permintaan terakhir ya Bun..hiks..hiks.." balas Dinda di barengi dengan isakan tangisnya.
"Ka-mu mau ber-jan-jikan Nak..sa-ma Bun-da ak-an me-menu-hin ke-ingi-nan Bun-da Nak?" tanya Erlina lagi dengan suara terbata-bata dan sangat lemah.
"Kana janji Bunda..hiks .Kana janji hiks . akan memenuhinya.. keinginan bunda.. hiks..Bunda ingin apa hiks.. dari Kana bunda? hiks.." tanya Kirana sambil menggenggam tangan sang Bunda, dan masih terisak-isak.
"Bu-nda ha-nya ing-in me-lihat Ka-na meni-kah de-ngan Nak Ad-nan. Bi-sakah ka-mu meng-wujud-kan-nya Nak?" pinta Erlina.
Mendengar permintaan sang Bunda, Kirana tersentak kaget, "Apa?! Apa Dinda tidak salah dengar bunda? Bunda bercandakan?" tanyanya sambil menatap lekat pada wajah sang ibu.
"Ti-dak Nak, ka-mu ti-dak sa-lah de-ngar. Ha-nya itu+lah ke-ingi-nan ter-akhir Bu-nda Nak" balas Erlina, yang terlihat nafasnya semakin sulit serta matanya yang mulai kerem melek.
"Tapi Bunda, Kanakan masih sekolah, bukankah Bunda ingin Kana harus kuliah juga, tapi kenapa Bunda menyuruh Kana menikah Bunda, apalagi sama dia!" ujar Kirana dan saat ia mengatakan Dia. Tatapannya mengarah ke Adnan yang sedang berdiri di sisi sebrang pembaringan Erlina. Dengan tatapan penuh kebencian.
"Kamu tenang saja Nak, pernikahan kamu tidak akan menggangu pendidikan kamu. Jadi kamu masih tetap bisa bersekolah, bahkan kamu tetap akan kuliah nantinya Nak" sela Sari meyakinkan Kirana.
"Tapi Kana..."
"Apa-kah ka-mu akan mengi-ngkari jan-jimu Nak? Buka+nkah ta-di ka-mu bi-ang a-kan meme-nuhi ingi-nan Bun-da ya-ng terak-hir?" potong Erlina masih terbata-bata Bahkan semakin melemah.
"Nak, kasihan Bunda kamu Nak, jadi kabulkanlah keinginannya" timpal Sari, yang terlihat tak tega melihat sahabatnya yang semakin melemah.
Kirana tak kuasa lagi menahan kesedihannya, yang melihat tatapan sang Ibu, dengan tatapan pengharapan pada, hingga akhirnya ia menghelakan nafas pasrah seraya berkata.
"Baiklah Bunda, Kana bersedia memenuhi keinginan bunda" katanya terlihat pasrah. Sambil menangis ia menaruhkan kepalanya di pembaringan Erlina agar sang ibu mau mengelus kepalanya
"Alha-mdu-lillah.. ma-ka-sih Nak" balas Erlina yang seperti paham dan ia pun mengelus kepala Kirana walaupun terlihat begitu sulit saat mengangkat tangannya. Lalu tatapan berpindah kearah Adnan. "Nak, bi-sa-kah ka-mu mela-kukan-nya se-ka-rang, ka-rena Tan-te in-gin ikut menya-ksikan perni-kahan ka-lian, Nak" pintanya pada Adnan.
"Baiklah tante, sesuai dengan keinginan tante," bales Adnan yang kemudian iya manatap wajah Rizwan sang Ayah. Dan Rizwan seperti memahami tatapan kebingungan si putranya.
"Kamu tenanglah Nak, Papa akan mempersiapkan semuanya," ujar Rizwan yang kemudian ia mengambil benda pipihnya. Setelah ruangan menjadi hening, hanya terdengar isakan Kirana saja.
Setengah jam kemudian, terdengar ketukan pada ruangan rawat Erlina. Rizwan yang sepertinya tahu siapa yang datang, ia pun langsung bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri pintu, dan langsung membukanya.
"Assalamu'alaikum" ucap ketiga Pria yang sedang berdiri di depan pintu ruangan tersebut.
"Wa'alaikumus salam, Alhamdulillah.. Silakan masuk Ustadz Rahman, Pak Anton Pak Zuhri" balas Rizwan sekaligus mempersilakan ketiga Pria itu masuk. Dan mereka bertiga pun langsung masuk.
Setelah ketiganya duduk, Rizwan pun langsung mengungkapkan niatnya mengundang mereka yang ingin menikahkan anaknya dengan Kirana. Dan setelah mendapatkan penjelasan dari Rizwan, sang ustadz pun memulai membimbing Adnan dan mengajarkan cara tata cara Ijab qobul setelah Adnan paham sang ustadz pun memulainya.
Karena Kirana sudah tidak memiliki ayah maka pengganti wali diserahkan pada wali hakim. Dan Adnan pun di perintahkan untuk menjabat tangan wali hakim tersebut. Dan di awali membaca basmalah, ritual ijab pun di mulai dengan penuh hikmah.
Sedangkan Kirana hanya diam tak bisa protes sama sekali dan masih posisi yang sama yang kepalanya masih di ranjang sang ibu dengan wajah membelakangi Adnan yang sedang mengijabnya, ia hanya menangis tanpa suara, hanya isakannya saja yang terdengar sesekali. Setelah mendengar kata sah dari para saksi, tiba-tiba tubuh sang ibunya bergetar, Kirana langsung menegakkan kembali wajahnya.
"Bunda?! Bunda kenapa hiks..? Jangan bikin takut Kana Bunda hiks..hiks.." tanya Kirana yang terlihat diwajahnya ada rasa ketakutan. Adnan yang mendengar itu langsung menghampiri ranjang Erlina.
"Al-ham-du-lillah ak-hirnya ka-mu su-dah sah men-jadi is-tri Nak Ad-nan Nak, ja-dilah is-tri ya-ng ba-ik ya Nak" ujar Erlina yang suaranya semakin lemah dan nafas semakin sulit "Nak Ad-nan be-rja-nji pa-da Bun-da, ka-mu a-kan se-lalu men-ja-ga Ka-na a-nak Bun-da ya, dan ja-ngan per-nah mele-pas-kan-nya, wa-lau apa-pun ya-ng ter-ja-di," lanjut Erlina pada Adnan sembari ia menarik tangan Adnan dan tangan Kirana dan menyatukan tangan keduanya di atas perutnya.
"Iya Bunda, Adnan berjanji in shaa Allah tidak akan pernah melepaskan Kana dan Adnan berjanji akan menjaganya Bunda," balas Adnan dengan tegas.
Setelah mendengar janji dari Adnan Erlina tersenyum penuh rasa syukur seraya berbisik "Te-rima-ka-sih N-ak hek.." bisiknya lalu ia beralih pada Kirana, " Hes..Ma-af-kan hes..Bu-nda heks..Nak..heumms" ucapnya pada Kirana sambil melepaskan nafas terakhirnya dan matanya langsung terpejam. Kirana yang melihat itu langsung menjerit histeris.
"Bundaaaa! Tiidaaaak hiks..Bundaaa! banguun Bundaaa! huhuhu.. Banguun Bundaaa! hiks.." jeritan pilu Kirana terdengar begitu menyakiti hati.
Bersambung
____________
Berikan dukungan ya guys 🙏😘 jangan lupa untuk memVote, Like, komentar Oke 🙏🥰 Syukron 🙏🥰.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
ruswandi jayanegara
bru juga brp bab udah sedih bikin nangis aja thor.....
2022-09-15
0
Eman Sulaeman
di awal yg sedih 😭😭😭😭😭😭😭
2022-08-19
0
itanungcik
😭😭😭😭😭
2022-07-03
0