Saat kedua matanya terbuka, Nanney menyempurnakan pandangannya. Kemudian ia membenarkan posisinya yang semula dan menoleh pada suaminya.
"Sayang, kita sudah sampai ya?" tanya Nanney sambil melihat disekeling mobil yang ia naiki.
"Ya, sayang. Dari tadi aku tuh bangunin kamu, tetap aja kamu tidur pulas. Ayo kita turun, nanti keburu hujan loh. Lihat lah, cuaca sedang tidak bersahabat." Kata Regar.
"Ya ya, sepertinya mau turun hujan." Ucap Nanney saat melihat cuaca lewat kaca mobil.
Setelah merapihkan pakaiannya, Regar dan Nanney segera keluar. Dilihatnya pemandangan yang begitu memukau saat pandangannya lurus pada sebuah pulau terpencil.
"Sayang, bagus banget pemandangannya. Wah ... jadi tidak sabar deh, pingin cepat cepat sampai di pulau itu." Kata Nanney sambil memuji keindahan pulau terpencil yang akan ia datangi.
"Nanti akan banyak kejutan didalamnya, ayo kita menuju kapal yang akan mengantarkan kita ke pulau itu." Ucap Regar sambil menunjuk pulau yang ia maksudkan dan juga mengajak istrinya untuk segera naik ke kapal.
Sedangkan di lain tempat, tepatnya di sebuah gedung yang menjulang tinggi, tempat mana lagi kalau bukan kantor perusahaan milik keluarga Huttama.
Dengan langkah kaki yang terburu buru, Gane segera menuju ke ruang kerjanya. Tidak memakan waktu yang lama karena melewati jalan pintas, disaat itu juga Gane telah berdiri didepan pintu ruang kerjanya.
"Selamat pagi, Tuan." Sapa seorang kepercayaannya.
"Kemana perginya Ciko? katanya sudah datang." Bukannya menjawab, justru Gane langsung mencari keberadaan Ciko.
"Pagi, Bos Gane." Sapa Ciko yang sudah berdiri di belakangnya, dan tidak lupa juga sambil tersenyum mengembang. Bukannya balas senyum, justru Gane hanya meliriknya tajam.
"Ayo masuk. Dan kamu Doin, kembali ke tempat kerjamu." Ajak Gane kepada Ciko, dan juga memberi perintah pada Doin. Kemudian Gane segera masuk bersama Ciko ke ruang kerjanya. Seorang lelaki yang sudah dianggapnya saudara dan tidak lain remot kontrolnya dalam bidang yang digeluti bersama.
"Bos Gane sedang tidak dilema, 'kan?" tanya Ciko setengah meledek. Gane menatapnya heran, kemudian meletakkan ponselnya dimeja kerjanya.
"Maksudnya sedang tidak dilema, apa Ciko?" Gane balik bertanya.
"Dilema ditinggal menikah, maksudku Bos." Jawab Ciko sambil mengalihkan pandangannya ke sudut ruangan.
"Tidak lucu, sudahlah cepetan duduk. Tidak perlu kamu membahas sesuatu yang tidak penting, lebih baik kita bicarakan tujuan kita." Ucap Gane yang tidak menyukai sesuatu yang membuang buang waktu. Namun tidak dengan Ciko, sedikitpun tidak ada rasa takut ketika meledek Gane dengan sepuasnya.
"Kalau tidak lucu, sekali kali melucu kenapa Bos." Kata Ciko sambil mengedipkan matanya, Gane bergidik ngeri melihat Ciko yang mulai kambuh sifat kejahilannya.
"Makanya buruan kamu menikah, nanti aku bakal menyusul kamu menikah, puas."
"Belum puas Bos, soalnya belum punya calonnya Bos." Kata Ciko yang terus mengerjai Bos nya sendiri.
"Makanya sukses dulu, baru menikah." Ucap Gane seolah memberi nasehat bijak kepada Ciko.
"Perasaan kita ini sudah sukses loh Bos, kita tinggal menikmatinya saja." Jawab Ciko dengan asumsinya sendiri.
"Sukses kamu bilang, hem. Apakah kamu sudah lupa, kita ini sedang tidak baik baik saja." Ucap Gane mengingatkan.
"Ya sih Bos, kita sedang dalam incaran. Sekali kena, maka habis lah riwayat kita." Kata Ciko yang juga sudah menyadarinya.
"Nah, itu kamu tahu."
"Terus, apa yang harus kita lakukan Bos. Apakah aku perlu turun tangan? ah tidak mungkin, sia sia mempunyai anak buah kalau tidak digunakan." Ucap Ciko, Gane tetap fokus dengan sesuatu yang sedang ia kerjakan sambil berbicara dengan Ciko.
Sedangkan di lain tempat, Regar dan Nanney sudah berada di dalam kapal. Keduanya benar benar menikmati liburan untuk berbulan madu.
"Sayang, mau berapa lama kita akan berada di pulau terpencil itu?" tanya Nanney sambil menunjuk pulau yang dimaksudkan.
"Satu minggu, dua minggu, atau ... kita akan menetap disana." Jawab Regar, justru Nanney tersenyum kecut mendengarnya.
"Hem, memangnya kamu tidak akan kerja?"
"Ya kerja lah sayang, aku tadi cuman bercanda. Kita akan berbulan madu selama satu minggu, bisa jadi sepuluh hari." Kata Regar dan kembali memeluk erat istrinya.
Disaat keduanya saling memeluk, tiba tiba Regar menghirup sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Tuan! awas, Tuan." Panggil sala seorang dari kejauhan, Regar menoleh ke sumber suara.
"Kebakaran, Tuan."
"Apa! kebakaran? ditengah laut seperti ini, oh! tidak mungkin." Ucap Regar seperti tidak percaya saat kepulan asap begitu cepat mengudara.
Regar semakin panik saat dirinya terjebak api bersama istrinya, keberadaannya bersama anak buah dari keluarganya kini terpisah.
"Tuan, tangkapa pelampungnya." Seru seorang anak buah sambil melempar beberapa pelampung.
Naas, pandangan Regar dan Nanney tidak mampu untuk menembus dari kepulan asap yang mulai merata di sekitarnya.
"Sayang, bagaimana ini? kenapa kapalnya tiba tiba terbakar? kita harus bagaimana? aku takut." Ucap Nanney sambil memegang erat lengan suaminya.
"Kita tidak punya cara lain selain melewatinya. Ayo ikut aku, kita kesana."
"Tidak, itu bahaya." Kata Regar untuk menembus asap yang ada dihadapannya.
"Kita tidak mempunyai jalan lain, sayang. Semua pelampung ada disana, bersama yang lainnya." Ucap Regar yang tidak mempunyai cara lain selain terpaksa menembus asap yang cukup tebal di hadapannya itu.
"Tidak, aku takut terbakar." Kata Nanney yang terus menolak ajakan dari suaminya.
"Terus kita harus bagaimana? ayo lah, ayo kita kesana. Kamu tidak perlu cemas dan khawatir, kamu bersamaku." Ucap Regar meyakinkan sang istri, Nanney tetap saja merasa takut.
"Tuan!" ayo terjun, Tuan." Seru dari banyak orang dari bawah yang rupanya sudah terjun ke laut. Nanney semakin ketakutan saat dirinya dan suami masih berada di kapal.
"Sayang, kita tidak mempunyai cara lain selain ikut mereka terjun."
"Tidak, aku tidak berani."
"Kamu jago renang, kenapa mesti takut? sama aja, itu air."
"Aku takut jika terpisah dengan mu, itu saja. Aku tidak ingin berpisah denganmu, matipun aku bersedia, asal bersama kamu."
"Sayang, kita tidak perlu berdebat seperti ini. Percayalah denganku, kita akan selamat. Mereka semua pasti sudah menghubungi keluarga, termasuk kak Gane. Ayolah kita loncat bersama, kita berpegangan."
"Tidak, aku tidak berani." Ucap Nanney yang terus menolak.
Regar yang tidak mempunyai cara lain selain mengajak paksa pada istrinya untuk terjun, Regar langsung menarik tangan istrinya.
"Tunggu,"
"Apa lagi, sayang.
"Kita tidak mungkin terjun asal terjun, kita juga harus berpikir."
"Maksud kamu itu apa? kita tidak mempunyai waktu lagi untuk berpikir, lihat api itu." Sambil menunjukkan kobaran api, Regar kembali menarik tangan istrinya.
"Sayang, itu ada dirigen." Ucap Nanney sambil menunjuk kearah yang ada beberapa dirgen di sudut kapal.
"Untuk apa?"
"Ya untuk terjun, apa lagi."
Disaat itu juga, Nanney dan Regar segera mengambilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
yatun divia
Makin penasaran
2022-01-27
2
Henny Triana
seru......
2022-01-24
1