Selesai menikmati sarapan pagi bersama anggota keluarga, Regar dan Nanney kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap siap berangkat ke pulau terpencil.
Begitu juga dengan Ganenta yang ikut bergegas meninggalkan tempat tersebut, buru buru dirinya harus pergi ke suatu tempat yang dimana dirinya akan melakukan pertemuan sesuai janjinya dengan orang kepercayaan serta sudah dijadikannya kaki tangan yang handal. Tentu saja tidak jauh bagaikan remot kontrolnya.
"Gane," panggil Tuan Pras menghentikan langkah kaki dari keponakannya yang hendak meninggalkan ruang makan.
Gane langsung menoleh kebelakang, namun tidak untuk membalikkan badannya.
"Ada apa, Paman?" tanya Gane.
"Temui Paman di ruang kerja, ada sesuatu yang ingin Paman sampaikan." Jawab Beliau, Gane mengangguk tanpa berucap sepatah kata pun dan segera kembali ke kamarnya.
"Pa," panggil David.
"Kenapa?" tanya sang ayah.
"Bener nih, kalau paman Hardika mau datang ke rumah bersama Vandu?"
"Benar, mereka sedang dalam perjalanan ke rumah." Jawab sang ibu ikut menimpali.
"Oh, ya sudah kalau gitu. David mau berangkat ke kantor." Ucap David sekaligus berpamitan.
Sedangkan di ruang kerja, Gane sudah duduk santai sambil memainkan benda pipihnya.
Pintu pun terbuka dari luar, Gane tetap fokus dengan aktivitasnya.
"Silahkan duduk, Paman." Kata Gane dengan santainya, Tuan Pras duduk di hadapan keponakannya.
"Ada perlu apa, Paman? apakah ada sesuatu yang penting? aku tidak mempunyai waktu di rumah ini. Aku masih banyak tugas dan pekerjaan yang lebih penting dari apapun."
"Begini, hari ini paman kamu yang bernama Hardika dan Vandu akan datang ke rumah. Paman minta sama kamu untuk tidak pergi kemana mana, sambut lah paman kamu dari kota sebrang."
Gane langsung mendongak kearah Tuan Pras, pandangannya seakan menolak permintaan dari pamannya.
"Katakan pada paman Hardika jika aku tidak bisa menyambutnya dengan hangat, karena pekerjaanku jauh lebih penting dari apapun." Kata Gane tetap pada pendiriannya.
"Gane,"
"Maaf, Paman. Aku tidak mempunyai waktu lagi untuk membahas soal paman Hardika. Aku akan pulang dengan tepat waktu, sambut lah paman Hardika dengan baik. Pastikan tidak ada kekurangan apapun untuk menyenangkan paman Hardika dan Vandu." Ucap Gane, kemudian ia langsung bergegas keluar dari ruang kerjanya.
Tuan Pras hanya menggelengkan kepalanya, kemudian Beliau ikut keluar dari ruangan tersebut.
"Papa, bagaimana hasilnya?" tanya sang istri, Tuan Pras menggelengkan kepalanya.
"Gane tetap keras kepala, bahkan dia tetap pergi juga." Jawab Tua Pras sambil berjalan menuju anak tangga sebelah, sang istri mengikutinya dari belakang.
Sedangkan didalam kamar, Nanney dan suami sudah bersiap siap untuk berangkat.
"Sayang, ayo kita berangkat. Hari ini kita akan berlibur sepuasnya."
"Apa kamu tidak kasihan dengan kak Gane?"
"Kasihan kenapa?" tanya Regar.
"Kakak kamu harus bekerja, sedangkan kamu liburan. Apa tidak sebaiknya kamu ajak kak Gane berlibur? kasihan jika harus sibuk dengan pekerjaan terus menerus." Kata Nanney.
"Jangan melucu yang tidak tidak dong, sayang. Kita ini berbulan madu, bukan liburan keluarga." Ucap Regar tertawa kecil.
"Kok tertawa sih, padahal tidak lucu loh."
"Sudah lah, ada waktunya untuk kak Gane liburan. Tapi bukan untuk sekarang, nanti kalau kak Gane menikah."
"Gitu ya,"
"Ya, sayang. Sudah lah, ayo kita berangkat."
Kata Regar dan mengajak istrinya pergi, Nanney langsung menggandeng tangan milik sang suami sampainya didepan rumah.
Setelah mobil sudah ada didepan mata, Regar dan istri naik mobil dan berangkat ke tempat yang akan dituju. Tentu saja akan mengunjungi Villa yang tempatnya ada di pulau terpencil.
Sedangkan Gane tengah sibuk untuk berangkat ke Kantor, dan tentunya melakukan pertemuan rahasia bersama orang yang dipercayainya. Siapa lagi kalau bukan kaki tangannya serta yang sudah di jadikan remot kontrolnya.
Dengan langkah kaki yang terburu buru, dengan gesit Gane menuruni anak tangga.
"Gane, tunggu." Seru Tuan Pras menghentikan langkah kaki keponakannya.
Gane berhenti, tapi tidak untuk menoleh. Tuan Pras menghampirinya.
"Ada apa lagi, Paman."
"Tidak apa apa, hati hati di jalan." Jawab Tuan Pras, Gane langsung pergi begitu saja.
Bukan tidak hormat, memang seperti itulah sikap dari seorang Gane. Tidak menyukai basa basi, apa lagi harus membicarakan sesuatu yang tidak penting, tidak ada untungnya, pikir Gane.
"Sudah lah, anak itu memang seperti itu. Tidak perlu kamu pikirkan, yang harus kita pikirkan adalah kedatangan kak Hardika dan Vandu." Ujar sang istri menenangkan hati suaminya.
"Ya, benar. Aku hanya memikirkan bagaimana Gane mau mempunyai istri, coba. Jika sikap dinginnya masih saja dikuasai, perempuan mana yang mau menikah dengan dirinya."
"Tidak perlu pusing, nanti juga bakalan menikah." Kata sang istri, Tuan Pras membuang napasnya kasar.
Sedangkan dalam perjalanan, Gane tengah sibuk dengan benda pipihnya. Kemudian ia menghubungi seseorang.
"Tunggu saja di Kantor, aku akan segera datang. Tetap lah di situ, jangan pergi dulu." Kata Gane memberi perintah kepada seseorang diseberang telpon. Setelah itu ia mengirimkan pesan text.
Lain tempat, Regar masih dalam perjalanan menuju pulau terpencil. Disaat itu juga, Regar merasakan sesuatu pada ponselnya. Regar segera merogoh dan melihat ada pesan masuk.
"Kak Gane tumben banget kirim pesan, ada apa ya?" gumam Regar saat melihat nama kontak pesan yang masuk.
"Ada apa, sayang?" tanya Nanney.
"Tidak ada apa apa, ini ada pesan dari kak Gane."
"Apa katanya?" Nanney pun penasaran.
"Aku belum membacanya, tunggu sebentar." Ucap Regar, kemudian ia segera membuka pesan masuk dari sang kakak.
"Paman Hardika datang ke rumah? sama Vandu juga." Ucapnya lirih setelah membaca pesan dari sang kakak, Nanney sendiri dapat mendengarkannya.
"Siapa paman Hardika, sayang? terus sama Vandu."
"Adik dari Papa, tapi keberadaannya di kota sebrang. Aku juga tidak tahu maksud kedatangannya bersama Vandu, mungkin sedang berlibur." Jawab Regar, Nanney masih menyimpan rasa penasarannya.
"Vandu itu siapa?" lagi lagi Nanney kembali bertanya.
"Sepupu aku, seperti aku dengan David. Papa anak pertama, paman Hardika anak kedua, paman Pras anak ketiga. Mereka sama sama mempunyai anak laki laki, tidak ada keluarga kami keturunan anak perempuan."
"Wah, keren juga ya."
"Hem, sudahlah. Sini bersandar dibahuku, biar tidak capek." Ucap Regar, Nanney hanya bisa nurut dan akhirnya bersandar dibahu milik suaminya.
Cukup lama dalam perjalanan menuju pelabuhan, kini Nanney telah tidur dipangkuan suaminya dan tidak lama kemudian telah sampai ditempat penyebrangan.
"Sayang, kita sudah sampai." Panggil Regar sambil menepuk pipi milik istrinya berulang ulang, Nanney masih tidur dengan pulasnya.
Regar yang juga tidak mendapati istrinya bangun dari tidurnya, segera ia berbisik di dekat daun telinganya.
"Sayang, kita sudah sampai. Katanya kita mau berbulan madu, hem." Ucap Regar, Nanney yang merasa geli saat mendengar sesuatu didekat telinganya segera membuka kedua matanya pelan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
yatun divia
Masih trs stay dan mengikuti alur ceritanya 😘
2022-01-27
3
Surtinah Tina
masih nyimak...
2022-01-26
1
Kim
kayaknya paman hardika jahat nihh
2022-01-24
0