Winda sudah sampai di mall dan ia langsung berbelanja bahan makanan serta kebutuhannya. Dengan teliti dia memilih dan mengambil barang yang sudah habis.
“Kayaknya ada yang kurang deh, tapi apa ya??” gumam Winda.
Winda meletakkan telunjuk kanannya di dagu, tanda ia sedang berpikir.
“Oh iya, coklat.”
Winda langsung berjalan ke tempat coklat sambil membawa keranjang belanjaannya. Dia mengambil beberapa rasa varian coklat itu. Lalu ia pergi ke kasir dan membayar semua belanjaannya.
Setelah selesai membayar, pada saat Winda sedang berjalan ke luar toko. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menabraknya. Untung saja barang belajaannya tidak sampai terjatuh.
“Maafkan aku, hiks… hiks… hiks…” anak itu menundukkan kepalanya dan menangis.
Winda menatap anak yang menabraknya tadi. Menurut perkiraannya, mungkin anak itu berumur 6 tahun.
Winda mendekati anak itu. “Hei, kenapa kamu menangis Nak?”
Anak itu tidak menjawab, malah sekarang tangisannya semakin kencang.
“Aduh, perasaan dia deh yang nabrak. Tapi, kok malah dia yang nangis ya.” Batin Winda.
Oke, Winda mulai bingung sekarang. Dia juga mulai risih dengan tatapan yang diberikan orang-orang di sekitarnya. Pasti mereka mengira bahwa Winda yang membuat anak itu menangis.
Winda memegang dagu anak itu, sehingga membuatnya mendongak.
“Sayang, udah ya nangisnya. Nanti tante kasih kamu coklat atau ice cream deh.”
Bujukan Winda berhasil, anak itu berhenti menangis.
“Beneran?” tanya anak itu sambil menghapus jejak air mata di pipinya.
Winda tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menuntun anak itu untuk duduk di kursi yang ada di dekat mereka.
Winda mengambil coklat di kantong belanjaannya.
“Ini buat kamu ganteng.” Ucap Winda sambil menyodorkan coklat pada anak itu.
Anak itu langsung mengambilnya dan melahapnya dengan semangat.
“Tadi nangis, sekarang lahap banget makan coklatnya. Aneh.” Batin Winda.
Dalam sekejap coklat itu sudah habis. Mungkin karena terlalu bersemangat, membuat noda coklat berada di sekitar bibir anak itu.
Winda mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa di dalam tas dan membersihkannya.
“Terima kasih, Mommy. Coklatnya enak banget, Arka suka.” Ucap anak yang bernama Arka itu.
“Mommy?” Winda membeo.
Anak itu menganggukkan kepalanya dengan antusias.
"Iya, Mommy. Arka boleh kan panggil Mommy?"
"Hmm. Jadi gini Nak, kamu kan baru kenal sama tante dan kita juga baru ketemu sekarang kan. Gak mungkin kan kamu langsung panggil tante dengan sebutan Mommy. Nanti kalau Mommy kamu dengar gimana? Pasti Mommy kamu bakal sedih, karena anaknya yang cantik ini panggil orang lain dengan sebutan Mommy. Jadi, kamu panggil tante aja ya sayang." Bujuk Winda.
Raut wajah Arka tiba-tiba berubah menjadi murung. "Arka udah nggak punya Mommy."
Winda terkejut, dia jadi merasa bersalah sekarang.
"Maafin tante ya sayang. Tante nggak tau." Ujar Winda sambil mengelus puncak kepala Arka.
"Jadi, Arka bolehkan panggil mommy?" Tanya Arka dengan penuh harap.
Winda jadi tak tega dengan anak ini. Tapi tidak mungkin kan dia mengizinkan anak yang baru di kenalnya memanggilnya dengan sebutan mommy. Winda tidak tahan dengan tatapan dengan penuh harapan dari Arka.
Oke, tidak masalah anak ini memanggilnya mommy. Toh, hanya sebatas panggilan kan.
Winda tersenyum. "Hmm.. ya udah deh. Kamu boleh panggil tante dengan sebutan mommy."
"Beneran?" Tanya Arka dengan mata berbinar.
Winda hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan Arka langsung berhambur ke pelukan Winda.
"Oh iya sayang, kamu kesini sama siapa?" Tanya Winda.
Arka melepaskan pelukannya dan menjawab, "Sama daddy dan abang."
"Tapi kok kamu bisa sendiri. Dimana mereka?" Tanya Winda penasaran.
"Enggak tau. Arka tadi pengen banget makan ice cream. Jadi Arka langsung kesini deh." Sahut Arka.
"Kamu memangnya gak bilang ke mereka?" Tanya Winda.
Arka menggelengkan kepalanya.
"Lain kali, kamu nggak boleh gitu lagi ya. Sekarang pasti mereka lagi khawatir sama kamu." Ucap Winda.
Tiba-tiba perut Arka bunyi, yang menandakan bahwa ia sedang lapar.
"Kamu lapar?" Tanya Winda.
"Iya mom. Arka belum makan siang." Jawab Arka.
"Ya udah, sekarang kita ke restoran dulu, habis itu baru cari daddy dan abang kamu."
Mereka pun pergi ke restoran yang berada di lantai satu mall itu. Kemudian mereka memesan makanan.
"Nak, gimana ciri-ciri daddy sama abang kamu? Biar nanti kita gampang nyari nya." Tanya Winda pada Arka.
"Daddy sama abang aku itu orangnya ganteng banget. Pokoknya ngalahin artis papan atas deh." Sahut Arka dengan percaya dirinya.
Winda yang mendengar jawaban dari Arka hanya bisa membulatkan matanya.
"Bukan gitu Nak. Maksudnya daddy kamu itu orangnya gimana? Apa tinggi, putih, gemuk, atau yang lainnya." Ucap Winda.
"Oh kayak gitu. Daddy itu tinggi, putih, hidungnya mancung, daddy itu nggak gemuk tapi berotot."
Winda hanya menganggukkan kepalanya. Tak lama makanan yang mereka pesan pun tiba. Mereka langsung memakannya. Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk mencari daddy dan abang Arka.
Winda dan Arka mencari di mall tersebut, tapi hasilnya nihil.
"Mom, Arka capek nih muter-muter terus. Mendingan kita telpon daddy aja." Kata Arka yang membuat langkah Winda terhenti.
"Memang kamu hafal nomor handphone daddy kamu?"
"Hafal. Kata daddy buat jaga-jaga kalau tiba-tiba Arka nyasar." Ucap Arka dengan polosnya.
Winda membulatkan matanya.
"Kok kamu nggak bilang dari tadi sih?" Ucap Winda.
"Mommy kan nggak nanya. Jadi ya Arka nggak bilang."
Mulut Winda terbuka lebar mendengar jawaban yang diberikan Arka.
Winda segera mengambil handphonenya di tas.
"Berapa nomor nya?" Tanya Winda.
Arka menyebutkan beberapa angka yang langsung di ketik oleh Winda.
*****
Joseph sedang berjalan bersama anak-anaknya, setelah lama bermain.
"Sekarang kalian mau main apa lagi?" Tanya Joseph pada anak-anaknya.
"Kalau Varrel sih terserah daddy aja." Sahut Varrel.
Joseph menghentikan langkahnya, ada yang aneh di sini. Biasanya Arka akan menjawab dengan antusias.
"Loh, Arka kemana?" Tanya Joseph pada Varrel saat menyadari bahwa Arka tidak ada.
"Varrel nggak tau, dad. Tadi kan ada di samping Daddy. Kok sekarang nggak ada, ya." Jawab Varrel sambil melihat sekitarnya.
"Aduh, Arka kok bisa ngilang gini sih. Ya udah sekarang kita cari Arka."
Mereka mencari Arka di setiap sudut mall. Mereka juga menanyakan kepada orang-orang di sekitar sana yang mungkin dapat melihat Arka. Tapi hasilnya nihil.
"Dad, kalau Arka di culik sama penjahat gimana? Kita udah cari di semua tempat, tapi nggak ada." Ujar Varrel.
"Adik kamu pasti masih disekitaran sini dan baik-baik saja. Jadi jangan berpikiran yang macam-macam."
Drrt... Drrt...
Handphone milik Joseph berbunyi dan ia segera mengangkatnya.
"Halo."
"Halo. Apa benar ini nomor daddy nya Arka?"
"Iya, benar. Tapi saya sedang berbicara dengan siapa ya?"
"Saya Winda, Winda Alexandra. Sekarang Arka lagi sama saya."
"Sekarang kalian dimana? Kok dia bisa sama kamu?"
"Kita lagi ada di lantai satu. Di depan toko pakaian pria. Ceritanya panjang, kamu kesini aja."
"Oke, sekarang juga saya kesana."
Joseph langsung mematikan sambungan telponnya.
"Arka udah ketemu dad?" Tanya Varrel.
"Udah. Ayo, sekarang kita ke bawah! Arka ada di sana."
...Jangan lupa dukung karya ini dengan Like, comment, gift 🌹 dan vote ya....
...Bantuan jempol kalian membantu Author untuk semangat menulis🤗...
...Terima kasih🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments