Hari Senin pun tiba, pukul 04:00 pagi Diandra sudah bangun dan sibuk menyiapkan sarapan untuk sekeluarga dan juga bekal untuk sang kakak dan juga dirinya. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja, dia tak mau terlambat, ditambah semalam ada chat dari Bayu, yang memberitahukan bahwa dia harus tiba di perusahaan tepat pukul 07:30 pagi.
"Ade ngapain?" tanya Danu yang baru bangun.
"Siapin sarapan sama bekal, ade berangkat awal ini kak, soalnya harus sampai kantor jam 07:30." jawab Diandra sambil memasukkan nasi, lauk dan sayur ke dalam 2 electric lunch box.
"Berangkat sama kakak saja, kakak mandi dulu ya!" ucap Danu bergegas masuk kamarnya untuk mandi.
"Rara, baik-baik kerja ya nak!" ucap Kakek Broto yang baru keluar dari kamarnya bersama Nenek Sundari.
"Iya kek, pasti." jawab Diandra.
"Jaga diri baik-baik juga, pakai pakaian yang sopan ya nak, jangan salah bergaul!" tambah sang Nenek.
"Iya, Nek... Rara tau kok" jawab Diandra.
"Buruan mandi sana, habis mandi langsung sarapan." Nenek Sundari mendorong lembut punggung Diandra.
Diandra pun masuk ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap.
Pukul 06:00 Danu dan Diandra sudah siap untuk berangkat. Danu memanaskan mobilnya sedangkan Diandra mengambil tas dan juga bekal dari atas meja, setelah berpamitan pada kakek dan nenek mereka, akhirnya Danu menjalankan mobil perlahan menuju arah kota Yogyakarta.
Jarak antara rumah mereka dan tempat kerja terbilang cukup jauh, Diandra sebetulnya ingin mencari rumah kost yang dekat dengan kantornya sekarang, tapi Danu tidak memberinya ijin, Danu memilih mengantar dan menjemputnya setiap hari.
"Kakak.... Ade gugup...." gumam Diandra.
"Wajar gugup karena hari pertama, tarik nafas panjang, kakak yakin, Rara bisa lancar kerja di sana, Rara kan cerdas. Katanya atasan Ade itu orangnya baik?" Danu mengusap kepala Diandra. Danu menatap Diandra lalu tersenyum, adiknya sudah dewasa, walau masih manja, tapi dia sekarang sudah jadi wanita dewasa.
Danu menilai penampilan Diandra hari ini, celana high waist hitam, kemeja ruffle putih dan blazer hitam melekat pas di tubuh sang adik, dengan rambut curly sepunggung yang diikta ekor kuda dan dijepit dengan jepitan rambut warna hitam dan make up nude tipis membuat Diandra terlihat manis dan imut.
"Rara, hati-hati sama cowok ya, jangan sembarangan berteman sama cowok!" Danu menghentikan mobilnya di lampu merah.
"Kak... Ade kan selama ini juga ga pernah punya kawan cowok, kawan cewek aja ade cuma punya satu!" jawab Diandra.
"Iya, kakak tau Ra, kakak cuma mengingatkan aja kok, ga usah ngambek." Danu tersenyum melihat mulut manyun Diandra. Kadang dia heran, di harapannya dan kakek nenek mereka, Diandra adalah gadis manja, tapi jika bersama orang lain, kepribadiannya berubah 180°, Diandra akan berubah jadi gadis yang teguh dan kuat, walau tetap ramah.
Pukul 07:15 mereka tiba di depan kantor tempat Diandra bekerja. Danu menghentikan mobilnya di sebelah pintu masuk perusahaan. Tepat saat itu juga, sebuah Bentley hitam berhenti tepat di depan pintu masuk perusahaan.
Diandra keluar dari mobil sang kakak, diikuti Danu, lalu Diandra menghapiri Danu dan memeluknya.
"Doain ade ya kak!" pinta Diandra sambil mempererat pelukannya.
"Iya, kakak doain Ra. Sudah sana masuk, katanya harus absen jam 07:30!" Danu melepas pelukan Diandra lalu mengecup keningnya.
"Kakak hati-hati ya!" ucap Diandra sambil mencium tangan Danu.
"Iya, bye Rara." Danu masuk ke dalam mobilnya dan perlahan menjalankannya keluar dari area perusahaan tempat Diandra bekerja.
Diandra membalikkan badan dan hendak melangkah masuk ke dalam perusahaan. Sampai di pintu masuk, Diandra berpapasan dengan Haryo dan Bayu.
Diandra mengangguk sopan ke arah Haryo yang berwajah tampan tapi menakutkan, lalu tersenyum ke arah Bayu, "Selamat pagi Kak Bayu!" Sapa Diandra, suaranya terdengar begitu merdu di telinga Haryo, tetapi saat sadar kalau Diandra memanggil Bayu dengan sebutan 'Kak' matanya langsung memancarkan kemarahan.
GLEK!! Kenapa nih si bos, sejak lihat Diandra sama lelaki yang antar tadi kok nyeremin gini sih auranya. Batin Bayu.
"Pagi, Rara... Diantar siapa tadi?" balas Bayu mencari tahu siapa yang mengantar Diandra pagi ini.
"Oh, tadi diantar kakak, kebetulan satu arah, jadi kakak sekalian antar saya nanti pulang juga kakak yang jemput." jawab Diandra ramah.
"Oh... Kakaknya." batin Haryo, seketika aura dingin dan menyeramkan di sekeliling Haryo berkurang drastis.
"Ohhh... Kakak yang IT di perusahaan komonikasi itu?" tanya Bayu.
"Iya, Kak Bayu masih ingat cerita saya waktu interview?" mata Diandra berbinar saat tahu kalau Bayu mendengarkan semua jawabannya dengan baik saat interview dulu.
Haryo menatap tajam ke arah Bayu membuat Bayu berkeringat dingin. Haryo bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan Bayu dan Diandra yang heran melihat tingkah Haryo
"Jelas ingat, Rara kan salah satu calon karyawan berprestasi. Ehem... Rara tunggu di lobby ruang rapat di lantai 3 ya, nanti biar diantar receptionist. Aku masuk dulu ya!" Bayu membetulkan kacamatanya lalu bergegas menyusul Haryo dengan langkah lebar.
"Maaf, mba Diandra Ayu Perwita? Silakan ikut saya ke lobby ruang rapat di lantai 3." seorang receptionist menghampiri Diandra dan mengantarnya menuju lobby ruang rapat di lantai 3.
Sementara itu di dalam lift khusus untuk CEO, Bayu berulangkali menelan ludah melihat Haryo menatap tajam ke arahnya.
"Kak Bayu? Rara??? Sejak kapan kalian akrab?" tanya Haryo geram.
"Glek.... Saat wisuda saya ga sengaja ketemu sama Diandra di lorong, Diandra ingat kalau saya yang menginterviewnya dulu, lalu dia minta saya panggil dia dengan sebutan Rara dan saya jadi tidak enak kalau dipanggil pak, jadi dia minta kalau boleh panggil saya dengan sebutan kak, karena saya seumuran sama kakaknya." jelas Bayu.
"Bayu... Sudah berapa lama kita berkawan?" tanya Haryo dingin.
"Dua puluh tahun!" jawab Bayu.
"Kau tahu kalau aku tak pernah menaruh hati pada perempuan?" Haryo memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Iya" jawab Bayu pendek.
"So...." Haryo menjeda kalimatnya.
"I got it ok, I got it... Aku ga akan dekat-dekat Rara, she is yours!" Bayu menyambung cepat perkataan Haryo.
Haryo tersenyum puas. Dalam hati Bayu mengumpat, dia yang pertama kali bertemu Diandra tapi kenapa Haryo juga suka ke Diandra, dasar Bos tukang rebut.
Diandra dengan sabar menunggu di lobby lantai 3 sambil duduk tegak di sofa yang tersedia di sana, di hadapannya tampak pintu besar berwarna hitam yang tertutup rapat sedangkan di ujung koridor ada meja receptionist dan 1 buah pintu hitam berukuran sedang. Seorang lelaki yang ada di meja receptionist tampak sedang menerima telepon, setelah meletakkan teleponnya, dengan segera dia menghampiri Diandra.
"Halo, Diandra Ayu Perwita? Perkenalkan, saya Indra Herlambang, salah satu staff sekretaris di sini." Pria bernama Indra itu mengulurkan tangannya pada Diandra.
"Hai, salam kenal, panggil saja Diandra." balas Diandra sambil menyambut uluran tangan Indra tersenyum ramah padanya.
"Saya diminta Pak Bayu untuk mengantar Diandra ke ruang CEO untuk penandatanganan surat kontrak magang." Indra menjelaskan tujuannya.
"Oh, terima kasih Pak Indra." ucap Diandra sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Indra saja, sepertinya kita hanya selisih 1-2 tahun." pinta Indra.
"Terima kasih, Indra." Diandra tersenyum manis pada Indra.
"Sama-sama.... Mari!" Indra menunjukkan jalan ke arah ruang CEO yang ternyata ada di dalam pintu di ujung lorong ini.
Diandra memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas Doraemonnya, lalu perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan setelah Indra membukakan pintu.
"Masuk saja, CEO dan Pak Bayu ada di dalam." pinta Indra.
"Terima kasih, In" suara Diandra yang mengalun merdu membelai telinga Indra, ditambah senyuman manis yang menggugurkan iman, membuat Indra tersipu malu.
"Sama-sama" Indra lalu menutup pintu.
Diandra memasuki ruangan bernuansa hitam putih abu-abu. Di tengah ruangan tampak meja besar berisikan tumpukan berkas, sebuah LCD monitor dan satu buah laptop. Di belakang meja terlihat seorang pria berwajah tampan dengan garis rahang tegas, rambut agak ikal dan berkulit sawo matang tengah duduk di kursi besar CEO.
Di sebelahnya tampak Bayu yang berdiri tegak disampinya.
Diandra membaca plakat kayu yang terletak di atas meja kayu besar itu, "RADEN MAS HARYO WICAKSONO, CEO".
Lalu Diandra dengan gesture setengah membungkuk memberi salam.
"Selamat pagi Pak CEO dan Pak Bayu, perkenalkan saya Diandra Ayu Perwita, karyawan magang baru lulusan Universitas XX, Yogyakarta. Mohon bimbingannya." Diandra memperkenalkan diri dengan baik.
Haryo menatap lembut ke arah Diandra yang mebuat Bayu bergidik, karena baru kali ini dia melihat Haryo menatap seseorang dengan tatapan penuh cinta.
"Rara, ini adalah pemilik sekaligus CEO dari PT. Wicaksono World, Raden Mas Haryo Wicaksono, kamu bisa panggil beliau dengan Pak Haryo." Bayu memperkenalkan Haryo pada Diandra, dan Diandra menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala dan senyuman.
"Silakan duduk!" Haryo meminta Diandra duduk di kursi yang ada di hadapannya, Diandra meletakkan tas di lantai dan duduk dengan gerakan anggun tanpa dibuat-buat yang membuat Haryo dan Bayu makin terpesona.
Bayu menatap Diandra tanpa berkedip, mengagumi betapa sempurnanya gadis ini. Wajah oval, mata bulat cemerlang, bulu mata lentik, hidung mbangir dan bibir yang ranum, membuat dia enggan berkedip. Tapi sialnya sahabat sekaligus bosnya ini menaruh rasa juga pada Diandra, Bayu mendengus kesal.
Haryo yang mendengar dengusan Bayu langsung menatap Bayu penuh tanya. Sadar karena dengusannya terlalu keras, Bayu segera duduk di samping Diandra dan menyerahkan berkas peraturan perusahaan dan perjanjian kerja magang yang harus Diandra tanda tangani.
"Rara, ini adalah peraturan dari perusahaan ini, salah satunya tentang cara berpakaian dan larangan menjalin hubungan dengan sesama pegawai di perusahaan ini." Bayu membuka lembar bagian peraturan perusahaan. Di sana tertulis bahwa pakaian pegawai bebas dan rapi, tetapi tidak diperbolehkan bagi karyawan wanita memakai rok di atas lutut dan atasan yang tidak berlengan dan berleher rendah. Serta larangan bermake up tebal.
Lalu tentang larangan menjalin hubungan dengan sesama pegawai tertulis jelas konsekwensinya kalau salah satunya akan dikeluarkan dan membayar penalti.
Diandra tersenyum ke arah Bayu ,"Saya mengerti Pak Bayu." jawab Diandra.
Haryo mendengus kesal melihat keakraban Diandra dan Bayu. Bayu yang tahu kekesalan Haryo, segera berdiri, "Untuk selanjutnya Rara bicara dengan Pak Haryo ya, kebetulan saya harus menyiapkan berkas untuk meeting jam 09:00 ini, saya permisi dulu." Bayu pamit undur diri. Diandra tiba-tiba berdiri dan mengucap terima kasih pada Bayu.
"Terima kasih Pak Bayu, mohon bimbingannya selama saya bekerja di sini." Diandra membungkuk hormat.
"Sama-sama Ra... Pak Haryo, saya permisi." Bayu buru-buru keluar meninggalkan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Anggita Nurie
mas haryo
2022-03-20
1