Suasana kamar Lily ramai seketika karena kehadiran ketiga sahabatnya. Tadi pagi mereka menjenguk Papa di rumah sakit.
Alhamdulillah, keadaan papa sudah sangat baik. Menurut dokter, besok papa sudah boleh pulang. Tentu saja ke depannya masih harus periksa rutin ke dokter. Papa juga harus benar-benar menjaga pola makannya dan menjaga tubuhnya agar tidak terlalu letih saat beraktifitas.
" Sekarang perasaanmu bagaimana, Ly? tentang Rakha"Wini memulai pembicaraan.
"Awalnya aku memang nangis. Tapi bukan sedih karena aku gagal jadi istri dia. Nangisnya itu lebih ke perasaan kecewa karena selama ini dia diam-diam mempersiapkan pernikahan dengan orang lain" Ucap Lily
"Karena dia bukan hanya membohongi aku, tapi bohongi papa dan kak Angga juga"
"Dia menikah dengan orang lain silahkan saja. Berarti dia bukan jodohku. Tapi jangan bohongi aku dan keluargaku"
"Aku tidak mau menangisi orang yang menyakitku"
"Betul, Ly. Berarti dia memang tidak baik. buktinya sekarang dia asik bulan madu dengan istri yang katanya terpaksa dia nikahi karena dibawah ancaman" seru Anna kesal
"Hussh, kamu Na. Bicara jangan terlalu nyeplos doonk"Lita mencubit paha Anna. Anna meringis.
"sakit, tahuuu" seru Anna
" Tapi Anna benar. Kalau dia tidak suka, mana mungkin dia bisa menjalani semua persiapan pernikahan yang butuh persiapan matang" kata Winni
"Dia kan laki-laki. Harusnya bisa bersikap tegas. Apalagi kan saat itu, dia sedang punya komitmen dengan Lily. Dia bukan pula dijodohkan orangtua yang harus berbalas budi kepada orangtua si mantannya itu kan?" Sambung Anna
"Bagaimana ceritanya, di saat dia punya komitmen dengan Lily, tiba-tiba dia menikah dengan mantannya" Anna berapi-api
"pernikahan butuh persiapan. Berarti selama ini dia juga berhubungan dengan mantannya itu"
"pasti ada proses lamaran, membawa keluarga besar kan. Membawa seserahan. Itu sudah dipersiapkan jauh hari oleh mereka. Alasan yang katanya si mantannya mengancam bunuh diri sepertinya terlalu konyol" Anna memang selalu bicara apa adanya. Tapi apa yang dia katakan memang masuk akal.
"Memang dia bukan jodohnya Lily. Tapi caranya itu lhoo menyebalkan banget"Lita menahan kesal
"Di malam pernikahannya dia meneleponku, meminta waktu bertemu di hari kamis berikutnya"Ucap Lily
"Apaaaa??" teriak ketiga sahabatnya bersamaan.
"Akhirnya kami bertemu di Kafe sebelah kantorku"
"Dia memintaku jangan menikah dengan siapapun. Katanya tunggu dia, dia akan bercerai dengan istrinya. Dia minta waktu tiga bulan"
"Beneran gila itu orang. Dia pikir dia siapa? setelah menyakiti Lily, lalu minta Lily menunggu dia" Lita meremas bantal di dekapannya dengan kesal
"Lalu apa kabar istrinya yang katanya maksa dinikahin karena mau bunuh diri? kalau tahu mau diceraikan bagaimana lagi nanti model ancamannya?" Anna mengerutkan keningnya.
Wini memeluk Lily, diikuti Lita dan Anna.
"kamu tidak bersedia kan, Ly?" tanya Wini
"Aku menolaknya."Sahut Lily.
Ketiga sahabatnya semakin memeluk Lily erat.
Pintu kamar diketuk. "Neng Lily, Ini croissantnya sudah bu Lim panaskan di microwave" Suara bu Halimah.
"Terimakasih, Bu Lim"
"Hmmmh sepertinya enak" Anna lantas meraih satu buah Croissant
"Ya ampuun beneran ini enak banget. Renyah di luar, lembut di dalam. Wangi butternyaa mmmmhhhhh" Anna makan sambil memejamkan matanya.
"Kenapa laki-laki bernama Yudhistira mengirimimu banyak croissant?" Winni menatap Lily seraya menikmati croissant.
"siapa dia?" Lita mengedipkan mata kirinya.
Lily menceritakan kejadian pertemuannya dengan Yudhistira sampai dengan tiba-tiba dikirimi satu box croissant lezat.
Ketiga temannya menyimak serius.
"Kalau kita pakai nalar kita. Seharusnya yang mengirimkan hadiah itu Lily ke laki-laki itu. Bukan sebaliknya. Kan dia sudah menolong Lily. Kenapa dia yang kirim hadiah ke Lily?"Anna berkomentar.
"Apa mungkin dia mau promosikan toko kuenya? rencana meng-endorse kamu gitu Ly?" Lita meneruskan komentar Anna.
"kamu tidak diminta buat video review ini makanan kan?" Anna menggoda Lily
"Mungkin hatinya mau di endorse" Ucap Lita membuat semua tertawa.
"Entahlah apa tujuannya. Yang pasti, aku rasa dia orang baik" ucap Lily.
"Dari namanya, aku membayangkan pria itu berkaca mata tebal. Seorang yang pintar dan kalau berbicara sangat sopan"Kata Lita.
Wini mencubit pipi Lita dengan gemas " sok tahu, kamu"
"Dia memang sangat sopan" ucap Lily.
"Kamu tahu tidak karakter Yudhistira dalam kisah Mahabharata? Yudhistira adalah sosok yang bijaksana, adil, tidak mempunyai musuh, mudah memaafkan orang lain dan taat beragama" Kali ini Anna berseru menjelaskan.
"Semoga dia seperti itu. Dan semoga dia adalah jodohnya Lily" ucap Wini. Diaminkan semuanya.
"Lihatlah. Istri Rakha memposting foto mereka di Bali" Anna memperlihatkan layar ponselnya.
"Aku membuat akun baru, lalu follow instagram Rakha dan istrinya" ucap Anna menjawab wajah kebingungan ketiga sahabatnya.
"Aku penasaran. Aku ingin buktikan omong kosongnya Rakha tentang pernikahannya yang terpaksa itu. Yang katanya di bawah ancaman" lanjut Anna berapi-api.
"Kalau pengacara apapun butuh pembuktian" gumam Lita dibalas cubitan Anna di pipinya.
"Kenapa dari tadi pipiku dicubit terus sih?" Lita menggerutu.
"Pipi kamu soalnya empuk, kenyal seperti bakpao" jawab Anna kembali mencubit pipi Lita.
"Iish fotonya...sok mesra banget siih, foto dengan latar sunset di pantai kuta" Lita mencebik kesal.
"Aku mau lihat" ucap Lily. Terlihat Rakha memeluk Dina dan mereka nampak bahagia di foto itu. Lily menghela nafas.
"Kamu tidak apa-apa kan, Ly?"Wini menatap Lily khawatir.
"Tidak apa-apa. Tenang saja. Setidaknya aku tahu, bahwa dia sebenarnya bahagia dengan pernikahannya. Baguslah kalau begitu" jawab Lily.
"Selama berteman dengan Lily, aku sering bertanya dalam hati. Kenapa Lily selalu baik kepada siapapun, kenapa Lily tidak pernah marah atau benci kepada orang yang tidak baik kepadanya. Kenapa bisa selalu sabar. Dan sekarang, soal Rakha. Kenapa Lily bisa begitu tenang? Tidak ada emosi meluap layaknya perempuan yang ditinggal nikah kekasihnya" Lita menatap Lily.
"Karena semuanya memang terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa. Dan aku memang seperti ini, tidak merasakan luapan emosi. Bisa jadi karena sebetulnya aku tidak mencintai Rakha" jawab Lily. Ketiga sahabatnya memeluknya erat.
"Mungkin selama ini aku bisa dekat dengannya karena merasa nyaman dengan kebaikan dia. Jadi pada saat dia bersikap tidak baik, rasa nyaman itu hilang begitu saja. Karena sudah tidak ada kebaikan lagi yang kurasakan dari dia" Lily mulai memahami perasaannya.
"Aku bahkan harus menemui psikolog akibat emosi yang meledak-ledak hanya karena stress gara-gara Mario kembali berubah jadwal kepulangannya" ucap Anna.
"Itu karena kalian saling mencintai dan melengkapi. Jadi jarak berjauhan membuat kalian tersiksa"sahut Lily.
"Aaah kamu memang sangat baik, Ly" Anna menepuk bahu Lily lembut.
Hari sabtu itu Lily lewati bersama ketiga sahabatnya hingga sore.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Arinda 🌹🌹
😂😂 hatinya donk yang diendorse
2022-04-25
0
Anita Junaedi
hehe.. hatinya diendorse
2022-04-05
0