Bunga Lily Untuk Pangeran
Lily berlari-lari kecil menuju kafe yang berada di sebelah gedung kantornya.
Hujan rintik-rintik membasahi wajahnya dengan lembut. Perlahan Lily menghapus wajahnya yang basah dengan tisu.
Hari ini Lily ijin pulang cepat setelah seminggu kemarin lembur menyelesaikan laporan akhir tahun. Lily melirik jam tangannya. Jam 13.25
Dia harus pulang ke Bandung. Papa masuk rumah sakit lagi. Kak Angga, Kakak tertua, tadi mengabari Lily.
Namun sebelum ke Bandung, Lily ada janji bertemu dengan Rakha sebentar.
Rakha melambaikan tangannya ke arah Lily. Duduk di kursi meja sebelah jendela kafe sehingga bisa menikmati pemandangan ke luar.
Lily terlebih dahulu memesan coklat hangat dan croissant keju kismis kesukaannya.
"Apa kabar, Ly?" sapa Rakha saat Lily tiba di meja.
"Aku baik. Kamu bagaimana?" Lily bertanya balik.
Rakha hanya tersenyum seraya mengangkat pundaknya.
"Makanlah dulu" ucap Rakha.
Lily memang tadi sengaja tidak makan siang.
Sambil menikmati croissant keju kismis kesukaannya, Lily sesekali menatap Rakha.
Lima hari yang lalu Rakha menikah dengan mantan kekasihnya, Dina. Meninggalkan Lily. Dengan alasan terpaksa menikahi Dina karena katanya wanita itu mengancam akan bunuh diri memotong nadinya dengan gunting.
Aah terdengar seperti drama. Tapi itu yang terjadi. Rakha meninggalkannya dengan alasan seperti itu.
Mereka bahkan mempersiapkan pernikahan saat Rakha masih bersama Lily. Sering antar jemput Lily. Seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.
Bahkan dua minggu sebelum mereka menikah, Rakha masih menemani Lily pulang ke rumah bertemu Papa.
Lily mengetahui rencana pernikahan Rakha dan Dina dari dua sahabat Rakha. Dion dan Billy. Lalu seminggu sebelum mereka menikah, Rakha memberikan surat undangan kepada Lily.
Lily datang ke pernikahan Rakha bersama Billy dan Dion. Lily ingin membuktikan bahwa dia kuat dan tidak terpuruk walau Rakha meninggalkannya.
Walau sebenarnya, Lily menangis semalaman. Kecewa dan sakit hati sudah pasti. Yang membuatnya sangat berat adalah memikirkan bagaimana caranya memberitahukan Papa dan keluarganya mengenai Rakha. keluarganya tahu bahwa Rakha adalah laki-laki yang sedang dekat dengan Lily.
Malam setelah pernikahannya, Rakha menelepon Lily. Meminta waktu bertemu di hari kamis.
Dan hari ini dia sudah ada di depan Lily. Entah apa tujuannya.
"Ada yang mau disampaikan?" tanya Lily setelah makanannya habis.
"Aku minta tolong. Lily jangan dekat dengan laki-laki lain dulu" ucap Rakha membuat Lily bingung.
"Tunggu aku. Aku mau bercerai dari Dina." lanjutnya membuat Lily semakin bingung.
"Aku tahu aku salah. Aku jahat ke Lily. keputusanku menikahi Dina itu kesalahan besar dalam hidupku"
"Berikan aku waktu tiga bulan untuk menyelesaikan proses perceraianku dengan Dina"
"Tolong jangan menerima cinta dari siapapun. Tunggu aku ya, Ly"
Rakha menatap Lily. matanya penuh harap.
"Kenapa mau bercerai. Kamu baru menikah 5 hari" tanya Lily merasa aneh.
"Aku tidak mencintai dia, aku terpaksa, Ly"
"Sejak hari pertama menikah, kami sudah bertengkar hebat hanya karena hal sepele. Dia tidak bisa berbicara lembut, selalu kasar"
"Aku sadar, yang aku cintai adalah kamu" Rakha menggombal.
"Aku minta maaf ya, Ly. Aku mohon jangan tinggalkan aku ya"
"Tunggu aku, Ly. please" tatap Rakha penuh harap.
Lily tidak menjawab. Dia menatap ke luar jendela kafe seraya mencoba menghabiskan coklat hangatnya yang berangsur dingin.
"Aku tidak bisa, Rakha" ucap Lily dingin.
"Tolong kamu pikirkan lagi, Ly. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Please"Rakha menatap Lily penuh harap.
"Aku tidak bisa, Rakha. Kamu sudah menikah. Aku punya hak untuk mencari kebahagiaanku sendiri"
"Setelah ini aku mau pulang ke Bandung. Papaku masuk rumah sakit tadi pagi" Lily melirik jam tangannya. Jam 15.22.
"Maaf, aku tidak bisa antar. Karena aku harus jemput Dina di kantornya" Rakha menatap Lily dengan perasaan bersalah.
"Tidak masalah. aku naik Ztrans travel di gedung sebelah" sahut Lily.
"Lagipula, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa kan?"
"Keluargaku tidak ada yang mengetahui soal pernikahanmu" sambung Lily.
Bagaimana mungkin Lily memberitahu soal ini di saat papa sedang sakit.
Rakha tertunduk. sikap duduknya nampak serba salah.
"Baiklah. aku pergi dulu. sampai jumpa" pamit Lily bergegas.
"Aku antar ke kantor travel, Ly" Rakha menyusul Lily yang sudah melangkah pergi tanpa memghiraukannya.
Hanya perlu jalan kaki menuju kantor travel minibus Ztrans. Karena hanya berjarak 200 meter dari Kafe tempat mereka barusan bertemu.
"Sampai jumpa, Lily" ucap Rakha saat Lily hendak naik ke dalam minibus.
Lily hanya melambaikan tangannya dengan wajah tanpa ekspresi dan tanpa mengucapkan apapun. Sama seperti dalam perjalanan singkat tadi, Lily hanya terdiam.
Lily hanya memikirkan kondisi Papa.
Sepanjang perjalanan, pikiran Lily melayang memikirkan Papa. Semoga Papa keadaannya tidak terlalu buruk. Semoga lekas kembali sehat.
Lily menyandarkan punggungnya di kursi , lalu mencoba memejamkan mata sebentar. Hanya melepaskan penat sebentar. Lalu menahan mata untuk tidak tertidur. Dia sangat takut jika bepergian seorang diri lalu tertidur di perjalanan.
Ada enam penumpang di minibus dengan tiga baris kursi penumpang. Setiap baris hanya diisi oleh dua orang.
Lily duduk di kursi barisan pertama di belakang pengemudi. di dekat pintu.
Penumpang di sebelahnya seorang pria berbadan tinggi, berkulit putih seperti bukan orang Indonesia asli. Mungkin ada keturunan Eropa, seperti Perancis atau Inggris. Dia sedang asik membaca buku.
Empat orang di belakangnya sepertinya anak SMA yang sedang mau berlibur ke Bandung. Sepanjang jalan obrolan mereka sangat seru khas anak SMA, membuat Lily terhibur mendengarnya. Celoteh-celoteh khas anak sekolah yang ceria.
Sekitar setengah jam lagi kendaraan tiba di shuttle Ztrans Cihampelas. Lily sudah mengabari kak Angga, supaya Pak Min, Sopir Papa bisa menjemputnya.
Ponsel kantornya berbunyi. Pak Bram, atasan Lily sekaligus direktur di kantornya menelepon.
Tadi pak Bram sedang meeting, jadi Lily mengirim pesan via whatsapp bahwa Lily ijin pulang cepat karena papa sakit. Semua laporan sudah Lily selesaikan dan sudah Lily letakkan di meja pak Bram.
"Selamat sore, pak Bram. Saya ijin pulang cepat hari ini. Papa saya terkena serangan jantung"
ucap Lily.
"Baik, Lily. Saya baru baca pesan kamu. Kamu ajukan cuti saja sampai papamu pulih"
jawab Pak Bram.
"Baik, Pak. Nanti saya ajukan cuti. Terimakasih ya, Pak"
"Sama-sama, Ly. semoga Papamu lekas pulih ya. kamu yang sabar. Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan beliau ya" ucap pak Bram.
Pak Bram memang orang baik. Walaupun seorang direktur, tapi selalu memperlakukan semua karyawan seperti teman.
Baru saja Lily menutup ponsel kantor, ponsel pribadinya berbunyi.
Sebuah pesan dari Rakha
"Aku akan merindukanmu, Lily sayang"
"Semoga Papa lekas sehat ya" pesan kedua.
Hhhhhh...Lily masih bingung dengan semua yang terjadi. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini terhadap Rakha setelah pertemuan tadi. Rasanya dia semakin enggan melihat Rakha. Pembicaraan tadi mengganggunya. Kata-kata permintaan Rakha membuat harga dirinya tersinggung. Setelah dia meninggalkan Lily, tiba-tiba dia datang dan memintanya menunggu. Lily berusaha meredam rasa marah di dadanya.
Lily membalas pesan Rakha " terimakasih"
terkesan dingin memang. Tapi hanya itu yang sanggup Lily tulis.
Lily segera memasukan ponselnya ke dalam tas.
Ciiiiiit.....braaak.
Kendaraan berhenti mendadak. Semua penumpang terkejut.
"Mohon maaf bapak dan Ibu, kendaraan di depan tiba- tiba berhenti" Bapak pengemudi nampak merasa bersalah.
"Ternyata ada kecelakaan di depan kita. Harap tidak panik ya bapak dan Ibu. Kita aman. Sebentar lagi kita sampai" lanjut sang pengemudi.
Lily meraih tasnya yang terjatuh ke bawah kursi. Penumpang pria di sebelahnya juga melakukan hal yang sama. Dia hendak mengambil bukunya yang terjatuh. Kepala mereka beradu.
"aduuh" Lily meringis pelan memegang kepalanya.
"Sorry...sorry" ucap pria tersebut. Lily menoleh dengan wajah masih meringis. Matanya.....
"kamu baik-baik saja?" pria itu bertanya.
"lumayan sedikit sakit"ucap Lily segera mengalihkan pandangannya
"tapi tidak apa-apa. hanya sakit biasa" lanjut Lily saat pria tersebut merasa kebingungan dan salah tingkah.
"syukurlah" gumamnya lega.
Kendaraan sudah memasuki shuttle Cihampelas. Lily melihat Pak Min sudah menunggunya.
Pak Min segera meraih tas bawaan Lily dan menuju mobil.
Mobil langsung menuju rumah sakit.
***
Papa berada di ruang ICU. Ada pak Yan di sana. Pak Yan adalah asisten papa sejak dulu. Selalu menemani papa kemanapun. Pak Yan dan Bu Halimah, istrinya, memang tinggal di rumah papa. Mereka tidak memiliki anak. Bu Halimah adalah orang yang membantu Mama di rumah sejak dulu.
Saat Mama meninggal Bu Halimah pun merasakan kesedihan mendalam seperti kami. Mama memperlakukan bu Halimah seperti keluarga.
Meskipun Papa tidak bisa terus ditemani di dalam ruangan. Setidaknya ada keluarga yang berjaga-jaga di ruang tunggu jika sewaktu-waktu diperlukan.
Papa mengalami serangan jantung. Menurut pak Yan, Papa tiba-tiba sesak nafas sewaktu sedang berkeliling pabrik.
Pak Yan langsung membawa Papa ke rumah sakit. Sehingga Papa cepat mendapatkan pertolongan.
Lily melihat Papa dari balik jendela kaca. Papa sedang tertidur. Tubuhnya dipasang beberapa alat dan kabel-kabel.
Papa sering sakit sejak kepergian Mama dua tahun yang lalu. Bagaimana tidak, Mama menemani Papa selama 32 tahun. Pastilah Papa merasakan kehilangan yang amat mendalam.
***
drrtttt..telepon masuk dari Ka Angga. "Kakak nanti malam sekitar jam sepuluh ke rumah sakit. Tadi ada meeting penting yang tidak bisa dibatalkan. Kakak harus gantikan Papa tadi"
"kamu pulanglah dulu. istirahat"
"Lily mau bertemu Papa, Kak" sahut Lily
"besoklah kamu ke rumah sakit lagi, ya. skarang sudah malam"
"Besok kita ketemu di rumah sakit"
"baik, Kak. Lily pulang sekarang" Lily menurut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Zia Amaya
Mulai baca, br mampir nih thor
2022-04-25
0
Arinda 🌹🌹
hadir karna muncul direkomendasi. Lanjut Thor
2022-04-25
0
Shen月呀
Mampir kak.
salam dari my crush
2022-04-23
1