Kayra akhirnya sampai dirumah. Ia segera menyimpan sepedanya dan segera mandi dan berganti pakaian.
Setelah mencuci dan menggantung baju seragamnya, ia segera masuk ke dapur untuk membersihkan piring-piring kotor dan menyimpan sisa-sisa makanan yang masih berserak diatas meja.
"Rara, siapkan makan siang!"
"Ya, nyonya akan segera saya siapkan."
Masih ada ayam, ikan, telur dan beberapa sayuran dalam kulkas. Kayra memutuskan memasak sup ayam, sambal tomat dan pergedel kentang, juga telur balado. Satu jam kemudian semua telah tersaji dengan manis diatas meja makan.
Kayra pun sudah kenyang, karena ia tidak mau menyia-nyiakan waktu, setiap mencicipi makanan ia akan mengambil bagian lebih banyak.
pengalamanlah yang mengajarinya, karena kalau ia menunggu sisa makanan dari ibu tirinya pasti ia tidak akan mendapat bagian yang layak, seringkali yang tersisa hanya sesendok makan nasi dan kuah sayur saja. Kayra butuh makanan yang cukup untuk menyuplai energinya.
Tiga tahun kebersamaannya dengan ibu tirinya, tidak pernah ada kasih sayang. Hari-harinya lebih banyak penyiksaan secara fisik dan mental.
Tapi anehnya, dia sama sekali tidak ada keinginan untuk kabur. Ia merasa sejahat-jahatnya ibu tiri masih lebih jahat orang diluar sana yang tidak dikenalnya.
Kayra merasa ada sebuah ikatan tak kasat mata antara dia dan ibu tirinya.
Saat menyadari hal itu, Kayra berasumsi mungkin dibawah sadar ia mengharapkan sosok seorang ibu. Walau sangat kecil kemungkinan bisa terjadi mujizat kecil. Neta berbelas kasih dan berbalik menyayanginya.
Dalam hati kecilnya juga timbul perasaan curiga, apa mungkin ia terkena mantra sehingga menjadi penurut sekalipun menjadi budak Neta dan Cerry.
Ada misteri yang disembunyikan Neta dan Cerry. Sebuah Kamar paling ujung selalu terkunci, dia sama sekali tidak diperbolehkan membersihkannya.
Kadang-kadang saat ia mengambil air minum di dapur, ia melihat Neta dan Cerry masuk ke dalam kamar terlarang. Entah apa yang mereka kerjakan di dalam kamar itu.
Kadang-kadang ia juga mendengar suara-suara berisik, erangan dan tangisan di tengah malam dan sepertinya berasal dari kamar terlarang.
Sebenarnya Kayra penasaran ingin tahu apa
yang ada dalam kamar terlarang itu.
Namun ketakutan Kayra, lebih mendominasi dari pada rasa penasarannya. Kayra memilih mengabaikannya.
"Biarlah tetap jadi rahasia asal tidak mengganggu ku."
Setelah semua persiapan makan siang selesai, Kayra berjalan menuju kamar Neta. Saat ia akan mengetuk pintu, terdengar desahan-desahan ibu tirinya. Tengkuknya serasa meremang" ... ih... ngeri".
Kayra mengabaikannya dan segera mengetuk pintu kamar Neta. Tok...tok... tok
tak berapa lama sebuah kepala muncul mengagetkan Kayra.
Seorang pria muda berumur tiga puluh tahunan, tersenyum memamerkan seringai aneh. Membuat Kayra spontan mundur.
"Ada apa....?"
"E... e....mau memberitahu nyonya Neta kalau makan siang sudah siap."
"Kamu pembantunya Neta? cantik-cantik jadi babu? gimana kalau jadi simpananku saja?" pria itu mengulurkan tangan hendak membelai pipi Kayra.
Segera Kayra melangkah pergi meninggalkan pemuda itu yang mendengus kecewa. "Dasar... babu aja belagu, tunggu waktunya aku pasti mendapatkanmu."
"Sayang.... ada apa?" suara Neta dari dalam kamar.
"Itu... pembantu ngasih tahu kalo makan siang sudah siap."
"Kalau gitu ayo turun, kita makan dulu." Sahut Neta.
"Gimana acara kita tadi? yukkk bentar aja kita lanjutkan dulu." Sela si pemuda.
"Ah sudah gak asyik, gara-gara ada gangguan tadi, nanti aja kalau perut sudah kenyang kita lanjut lagi supaya ada tenaga. heheheh." "Ayuk sayang kita turun dulu".
"Oke. tapi janji nanti lanjut lagi ya?"
"Iya.... pasti sayang..."
Saat mendengar percakapan Neta dan pemuda itu, membuat hati Kayra mendongkol. "Semudah itukah Neta melupakan ayahnya?" "Ah mungkin Neta memang tidak mencintai ayahnya, tapi hanya mencintai hartanya saja." gumam Kayra dalam hati.
Neta dan pemuda itu melangkah menuju meja makan. Sekilas Kayra melirik kedua orang itu, Neta menggelayut manja pada lengan kokoh si pemuda. Membuat hati Keyra tambah panas.
Rupanya si pemuda menyadari kalau Kayra memperhatikannya, dengan sengaja ia memberikan kedipan menggoda pada Kayra.
"Hahh dasar genit". Kayra segera memalingkan muka dan melangkah pergi menuju kamarnya.
Sesampai dikamar ia segera mengunci pintu dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa kesayangannya. Kakinya harus ditekuk untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Maklum sofa itu terlalu pendek dibadingkan tubuhnya yang semakin tinggi.
Terakhir ia mengecek berat badan dan tingginya sebulan yang lalu di uks sekolah. 168cm dengan berat badan 45 kg. Terlalu kurus, teman-teman sekelasnya sering mengejeknya dengan memanggilnya papan kayu.
Tidak ada lagi perasaan tersinggung, saat teman-temannya mengejek. Karena ia terlalu biasa mendapatkan ejekan sejak dirinya masih kecil.
Bahkan saat dimana ibunya masih hidup, ketika ia masih duduk di paud. Teman-teman sering mengejeknya dengan sebutan "Si gepeng" karena badannya yang bongsor tapi kurus kering sampai terlihat tulang berbungkus kulit.
Ayahnyalah yang selalu menghiburnya. "Kayra... ejekan dan makian orang kepada kita itu sebenarnya pujian yang tertunda." Dan akhirnya mereka tertawa. saat-saat kebersamaan dengan ayahnya itulah yang selalu Kayra ingat.
Tapi aneh bagi Kayra ia sama sekali tidak ingat pada ibunya. Tidak ada satupun kenangan tentang ibunya, tidak ada foto atau barang apapun kenang-kenangan dari ibunya.
Hanya cerita dari ayahnya. Saat itu Kayra berumur tujuh tahun. Ia sudah duduk di kelas satu Sd. Ibunyalah yang mengantar dan menjemput Kayra dari sekolah.
Namun naas suatu hari saat Ibu Kayra mau menjemputnya dari sekolah, ia ditabrak mobil. Kepalanya terbentur aspal jalan raya sehingga nyawanya tidak tertolong.
Kejadian traumatis yang seharusnya dapat ia ingat. Namun tak ada sekepingpun ingatan tentang ibunya. Seakan keberadaan ibunya hanya sekedar dongeng.
Hal yang tidak masuk akal baginya, setiap tanggal 13 Maret ia dan ayahnya selalu mengunjungi sebuah makam sederhana yang hanya bertanda sepotong kayu. Tanpa ada keterangan sedikitpun.
Lagi-lagi hanya menurut cerita ayahnya.
Kayra sama sekali tidak percaya kalau pusara itu tempat tubuh ibunya terbaring.
Ia selalu berharap akan bertemu ibunya suatu saat nanti. Entah kapan dan dimana.
Sampai dua tahun lalu, saat ayahnya meninggal karena serangan jantung. Kayra tidak pernah mengunjungi makam ibunya.
Ia selalu rajin mengunjungi makam ayahnya setiap bulan ditanggal satu. Kayra selalu merindukan ayahnya. Saat rindu itu hadir, ia akan segera mengunjungi makam ayahnya. Disanalah ia dapat menumpahkan segala perasaan yang mengganjal dalam dadanya.
Sepulang sekolah tadi, Kayra berniat mengunjungi makam ayahnya namun saat melewati jembatan. Ia ingin berhenti sejenak, dan terjadilah kejadian yang menggoncangkan jiwanya.
Ya.... sebuah pertemuan dengan seorang Dariel anak SMA pelita. pertemuan yang sangat singkat, namun begitu membekas dalam diri Kayra. Sampai ia melupakan kunjungan rutinnya di pusara ayahnya.
Kayra pun mendesah "maafkan Kayra ayah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
seru thor... 🌮🌮🌮
ijin promo donk,
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🌮🌮🌮
ditunggu like and comment nya ya 🙏😊
2020-10-25
1
👑du⏤͟͟͞ReN diᏕάᏒùήᎶin 💣ᏂᏕ
tanda dulu..
2020-10-14
1
💞Adinda Tya💞
wah makin penasaran
2020-10-10
1