Mantra Kutukan
Kayra hanyalah seorang anak kecil, belum genap 8 tahun. Namun ia harus menanggung beban yang sangat berat. Kematian ibunya setahun lalu, sangat menggoncang kehidupannya. Membuatnya kehilangan figur seorang ibu yang penuh kasih. Hidup hanya berdua dengan seorang ayah.
Ayahnya yang hanyalah seorang pedagang kecil-kecilan harus banting tulang hanya untuk sekedar mencari sesuap nasi. Mencoba menolak untuk mati kelaparan dengan berjuang mengais sekeping recehan. Menjajakan setetes demi tetes minyak wangi dari satu kampung ke kampung yang lain. Menjual parfum racikan sendiri dari bahan - bahan alami.
Suatu pekerjaan yang menguras waktu dan tenaga. Namun ayahnya adalah seorang yang ulet. pantang menyerah, dia percaya pada waktunya nanti ia pasti bisa membangun perusahaan parfum terkenal. Itulah yang menjadi penyemangat nya. Hingga tetap bekerja dalam keadaan apapun. Sekalipun saat sakit, dia tidak menyia - nyiakan waktunya. Masih terus bekerja.
Kayra kecil selalu setia menyertai ayahnya kemanapun. Saat mereka menjajakan dagangannya ke pelosok - pelosok desa, Kayra tidak ketinggalan ikut serta. Namun perjalanan mereka tidak selalu mulus ada saat ketika mereka tidak ada sepeserpun uang penjualan, mereka terpaksa menahan lapar dan rela tidur beralas kardus beratap langit penuh bintang. Udara dingin menusuk tidak dihiraukan. Apalagi kalau hanya panasnya cuaca, tidak menyurutkan langkah ayah dan anak untuk terus berjuang.
Bagi Kayra kebersamaannya dengan sang Ayah menjadi pelipur lara. kelaparan
ataupun kedinginan bukanlah suatu masalah baginya. Selama bersama ayah, dalam keadaan apapun ia tetap bisa tersenyum. Kayra sangat mudah untuk bahagia. Ia bisa menikmati petualangan perjalananya dengan sang ayah. Melihat hal - hal baru. Mengenal budaya - budaya daerah. Bertemu orang - orang baru sudah membuat bibirnya tersenyum lebar. Terlebih saat ayahnya menjelaskan dengan sabar saat ia penasaran ingin tahu akan segala hal. Kalaupun ayahnya sudah bosan menjawab pertanyaanya, ayahnya akan segera mengangkatnya tinggi - tinggi dan menggelitiknya. Kayra akan berhenti bertanya dan ia akan tertawa terbahak - bahak sampai air matanya keluar.
Namun kini kenangan bahagia bersama satu-satunya orang di dunia yang sangat ia sayangi terasa seperti uap air, datang sesaat dan menghilang lenyap tak berbekas. Seakan kebahagiaan itu hanya dongeng semata.
Dia hanya seorang anak terbuang. Kehilangan kasih sayang.
Setiap kali dalam mimpinya ia mencoba merangkai kenangan indah bersama ayah dan ibu yang tak pernah dapat diingat wajahnya.
Sesaat ia mengagumi kenangan itu namun detik yang sama kenangan itu retak dan hancur berkeping-keping seperti gelas terhempas diatas lantai batu.
Hari itu, Ayahnya melambaikan tangan perpisahan kepadanya. "Da.... Kayra jaga dirimu sayang.... " Ayahnya segera berbalik dan sama sekali tidak pernah menoleh kembali kearahnya.
Kayra segera mengejar serpihan-serpihan itu namun.... wusssssss serpihan itu seakan terbakar dan hanya meninggalkan asap hitam dan seonggok abu. Tertiup angin tidak meninggalkan jejak.
"Ayah... jangan tinggalkan Kayra" semakin Kayra mencoba mengejar, ayahnya semakin jauh meniggalkannya.
"Hosh.....hosh...hosh" nafasnya tersengal keringat membanjiri keningnya.
Sekuat tenaga Kayra berlari namun bayangan ayahnya semakin memudar dan menghilang.
"Ayah..... ayah...." Kayra tidak melihat ada sebuah batu tergeletak ditengah jalan hingga ia tak sengaja menginjaknya membuat ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Brukkk.... "Aduh" Kayra mengaduh ia segera bangkit dan melihat telapak tangannya berdarah terkena permukaan lantai semen kasar.
Rasa perih itu nyata namun dimana ia sekarang. Bukan jalan raya dimana ia mengejar ayahnya yang pergi menjauh namun ia sekarang berada di sebuah ruangan sempit.
Sebuah ruangan berukuran 2x3m dimana hanya ada sebuah sofa usang. Dibeberapa bagiannya banyak lobang dan hanya ditutupi kain horden bekas yang sudah kehilangan warna aslinya.
Dipojokan berdiri sebuah lemari kayu lapuk dengan beberapa helai baju yang dilipat rapi. Dan sebuah meja kecil bertumpuk beberapa buku tulis diatasnya.
Kayra menghela nafas berat "Lagi-lagi aku bermimpi mengejar ayah, hik..hiks.. Ayah, Ibu, mengapa kalian tega meninggalkanku sendiri?" Tanpa terasa air mata berlinang membasahi pipinya yang tirus.
Kayra mengatur nafas dan mulai mengumpulkan kesadarannya.
"penderitaan ini pasti akan berlalu, kalau aku masih diberi hidup berarti aku masih
punya harapan."
"Ayo Kayra semangat, taklukkan hari ini!" Kayra menyemangati dirinya sendiri dengan mengepalkan tangan dan membulatkan tekat "Aku pasti bisa".
Jam dinding kecil diatas lemari baru menunjukkan pukul 4 pagi. Matahari pagi belum juga menampakkan diri. Ayam jago yang biasanya menjadi weker alam masih malas-malasan belum juga memamerkan suara merdunya.
Tapi Kayra sudah memulai segala rutinitas pekerjaan di pagi hari. Menyapu, ngepel, memasak, mencuci baju, membersihkan kamar ibu dan saudara tirinya.
Sungguh ironis, ia menjadi babu dirumahnya sendiri.
Terkadang ada penyesalan dan menyalahkan keputusan ayahnya karena telah menikahi seorang janda dengan seorang anak perempuan yang seumuran dengannya.
Saat itu ia duduk di kelas ix, ada perasaan takut ketika membayangkan mempunyai seorang ibu tiri.
Gambaran ibu tiri dan saudara tiri yang kejam.
Namun saat awal perkenalan mereka, calon ibu tiri dan saudara tirinya begitu manis, lemah lembut dan memberikan perhatian lebih terhadapnya.
Benar-benar musang berbulu domba. Kayra terpedaya, saat itu ia begitu kagum pada sosok calon ibu tirinya, sehingga dengan mudahnya ia mengijinkan ayahnya menikah lagi.
Kebaikan ibu dan saudara tirinya hanya saat ada didepan ayahnya. Namun saat ayahnya keluar kota untuk berbisnis. Ibu dan saudara tirinya tidak segan menindasnya dengan segala pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya sendiri.
Harusnya dengan penghasilan sang ayah yang cukup besar dari keuntungan berjualan parfum dan perhiasan, lebih dari cukup untuk mempekerjakan dua puluh orang pembantu.
Namun sang ibu tiri berdalih tidak perlu pembantu, cukup mereka yang akan mengurus semua pekerjaan rumah tangga. Kenyataannya, Kayra lah yang mengerjakan semua pekerjaan. Membersihkan rumah besar dua lantai dan semua kebutuhan harian keluarga.
pernah sekali Kayra mengadukan perlakuan ibu dan saudara tirinya kepada ayahnya namun ayahnya tidak peduli.
Ayahnya lebih membela ibu dan saudara tirinya. Hari lepas hari berganti, semakin lama ayahnya serasa jauh darinya bahkan Kayra tidak mendapati kehangatan dari
pancaran mata ayahnya.
Ayahnya seperti boneka hidup, seperti kerbau dicucuk hidungnya. Apa saja yang disuruh Neta, ibu tirinya selalu saja dengan
patuh dilakukan.
pernah sekali waktu, tidak sengaja Kayra merobekkan baju Cerry saudara tirinya. Cerry mengadu pada Neta yang meluapkan kemarahan dengan mencaci maki Kayra.
Saat melihat Kayra dicaci maki ayahnya malah membela Cerry dan menampar Kayra. Saat itu Kayra sangat terpukul dan sakit hati. Namun Kayra tidak bisa membenci ayahnya ketika melihat tatapan kosong ayahnya.
Kayra benci Neta dan Cery, namun ia juga takut kepada mereka. Ada rasa intimidasi dan aura menakutkan setiap Kayra mau melawan mereka.
Mungkin Neta dan Cerry seorang penyihir, tukang santet atau tukang teluh.?
Kayra selalu diliputi ketakutan saat memikirkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Happy♡~
Mampir kak ☺
2021-06-19
0
NAY
ngintip.
2020-11-02
2
Radin Zakiyah Musbich
up yg banyak kak... ❤️❤️❤️
ijin promo 😀
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🎉🎉🎉
kisah cinta beda agama 🍦🍦🍦
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍦🍦🍦
2020-10-18
2