...🍬Soundtrack #into your arms-Ava max Witt Lowry 🍬...
...💌Salah paham dan tidak mau diluruskan adalah hal paling menyebalkan untuk dihadapi 💌...
Setelah acara obat dan perdebatan ringan tadi Yara mulai mencoba untuk membuka gaun nya dan menggantinya dengan piyama mandi sebelum Lanang keluar dari dalam kamar mandi.
"Akhh,, " Gadis itu memekik lirih saat merasakan ujung beberapa helai rambutnya tersangkut diantara resleting gaun nya yang berada tepat dibelakang dan diarea punggung nya.
Gadis itu perlahan mencoba untuk menarik rambutnya dengan pelan namun tidak bisa lepas, bahkan ia tarik dengan keras pun rambut nya tidak bisa untuk dilepaskan.
"Akhh,, menyebalkan sekali sih!"
Sudah berkali-kali ia mencoba untuk melepaskan rambut itu tetap saja tidak bisa, belum lagi lehernya sudah sangat pegal karena mendongak sejak tadi.
"Sial sekali sih hari ini, semenjak bocah itu datang aku semakin sial saja. Akhh. " Kesal Yara karena merasa sangat sial hari ini.
Cleck,
Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Lanang yang keluar dari kamar mandi dengan handuk berwarna coklat tua yang melilit diarea perutnya.
Mata Yara tak sengaja melihat kearah Lanang karena sejak tadi ia memang menghadap kearah kamar mandi. Jujur saja melihat tubuh Lanang yang hanya dibalut handuk itu membuat Yara terpaku tak menyangka laki-laki itu memiliki tubuh sebagus itu.
Laki-laki muda berusia 19 tahun itu memang memiliki postur tubuh laki-laki dewasa yang sudah sangat Matang. Dengan otot-otot di lengan nya dan juga tubuh six pack yang dialiri beberapa rintik air sisa ia mandi tadi sempat mambuat Yara hilang akal.
Dengan cepat ia berbalik karena tak ingin berlama-lama melihat tubuh bocah kurangajar itu.
"Kenapa dengan nya? Kenapa dia keluar dengan handuk saja? " Tutuk Yara karena merasa Lanang sudah gila keluar dari kamar mandi tanpa baju dan berdiri dihadapan seorang perawan kesepian seperti Yara.
"Ke,, kenapa kamu keluar hanya dengan handuk saja sih? Jangan seenaknya yah berbuat sesukamu di kamar ku! " Kesal Yara.
Lanang melihat kearah Yara yang terlihat sedang tidak baik-baik saja itu, melihat rambut gadis itu tersangkut diantara resleting gaunnya membuat Lanang sadar bahwa gadis itu tengah butuh bantuan saat ini.
"Apa nyonya butuh bantuan? "
"JANGAN BERGERAK! " Teriak Yara.
Langsung saja Lanang menghentikan langkah kaki nya yang hendak ia langkahkan kearah Yara.
"Nyonya baik-baik saja? " Lanang lagi-lagi merasa ada yang janggal dengan Yara.
"Kubilang jangan bergerak! " Kesal Yara dan berteriak lagi saat Lanang hendak menghampiri nya.
"Aku tidak apa-apa, jangan bergerak kesini. "
"Lalu sedang apa nyonya mendongak seperti itu sejak tadi? Apakah tidak pegal? " Lanang.
"Bukan urusanmu, aku sedang olahraga leher kok. " Elakkan Yara dengan wajah dan gerakan seolah ia sedang berolahraga leher.
"Akhh,, " Karena tak sengaja ia menggerakkan terlalu keras lehernya semakin sakit saja.
Lanang tersenyum pelan karena melihat tingkah Yara yang gengsinya setinggi tugu Monas saja. Apa salahnya mengaku sedang butuh bantuan?.
"Nyonya yakin tidak butuh bantuan saya? " Lanang menahan tawa karena melihat Yara yang sudah mulai kewalahan karena kelamaan mendongak.
"Kubilang bukan urusanmu! Tidak faham bahasa manusia yah? "
"Baiklah walaupun nyonya tidak ingin bantuan saya, saya akan tetap ingin membantu nyonya. Kalau dibiarkan begini terus leher nyonya bisa patah nanti. "
Lanang hendak mendekat kearah Yara yang langsung panik karena melihat laki-laki dengan handuk saja datang kearahnya. Ia tarik kembali kata-kata bocah untuk saat ini, karena melihat tubuh Lanang ia sungguh tak pantas disebut bocah.
"BERHENTI! "
Lanang kebingungan karena tingkah gadis itu sungguh aneh sekali. Mau dibantu saja banyak sekali dramanya.
"Kalau kamu memang ingin membantu ku jangan kesini dengan keadaan seperti itu, pakai bajumu dahulu. "
Lanang sedikit mengeryit karena bingung dengan ucapan Yara. Ia melihat kearah tubuhnya yang hanya dibalut handuk saja.
"Apa nyonya merasakan sesuatu saat melihat saya seperti ini? Seperti grogi atau semacamnya? " Tanya Lanang pelan.
"Tutup mulutmu sebelum aku jahit 38 jahitan! "
Lanang langsung diam karena ancaman Yara.
"Lagian kenapa kamu hanya keluar dengan handuk saja? Menyebalkan. "
"Saya tidak melihat koper saya nyonya, sejak tadi saya mencari koper berisi seluruh baju saya. "
"Punya mulut kan? Kenapa tidak bertanya tadi? "
"Saya hendak bertanya tapi nyonya dengan keras menyuruh saya secepatnya mandi. "
"Aahh sudahlah, tanggungjawab melulu bisanya. Kopermu ada di ruang ganti. Secepatnya pakai bajumu tidak sadar apa kalau tubuhmu itu merusak penglihatan orang. " Kesal Yara dengan sarkastis.
Lanang dengan cepat berjalan menuju ruangan ganti yang disebutkan oleh Yara tadi.
"Kenapa sih dengan nya? Apa? Grogi? Untuk apa aku grogi hanya Karena tubuh bocah seperti itu? " Elak Yara dengan wajah tidak Terima itu.
Sementara diluar kini sudah berdiri dua orang pelayan sambil menempelkan telinga mereka di depan pintu kamar Yara.
"Sedang apa kalian berdua? " Tegur Bu tati karena melihat Atun dan Sinen sedang sibuk menguping dikamar majikan mereka itu.
Seketika mereka kaget dan berdiri tegak menghadap Bu Tati.
"Kami mendapatkan tugas penting dari Tuan besar Bu. Kami disuruh untuk, "
"Sudah mulai, sudah mulai. " Ucap Sinen memotong ucapan Atun dan langsung menempelkan telinganya di dekat pintu.
Bu Tati yang sempat menegur tadi langsung ikut bergabung karena penasaran juga dengan apa yang sedang terjadi didalam sana.
"Akhh,,, pelan-pelan! "
Mata Atun dan Sinen langsung terbelalak saat mendengar ringisan dari dalam kamar Yara begitu juga dengan Bu Tati yang tersenyum karena ia seolah tau apa yang sedang terjadi di dalam sana.
"Akhh,, akhh,, pelan -pelan ihh. "
Mereka sama-sama tersenyum dengan pikiran traveling kemana-mana hanya karena mendengar beberapa ringisan Yara dari dalam kamarnya yang tentunya tertutup rapat itu.
"Sepertinya mereka sedang hmmm didalam sana heheh. " Smirk Sinen dan langsung ditanggapi dengan senyuman oleh Atun.
"Sudah-sudah jangan disini lagi, laporkan saja sesuai dengan apa yang kalian tau dan kalian dengar. Biarkan nona Yara dengan den Lanang dan jangan diganggu. " Bu Tati berlalu dan diikuti oleh kedua pelayan itu.
Mereka meninggalkan kamar Yara dengan bibir menyunggingkan senyum seolah tau ada apa di dalam sana.
"Akhh,, kamu sengaja yah menariknya dengan keras? Sakit woyy. " Teriak Yara kesal.
Lanang menggeleng melihat kelakuan gadis dihadapan nya itu. Padahal ia hanya menarik beberapa helai saja dengan pelan tapi reaksi gadis itu seolah ia menarik seluruh rambutnya saja.
"Ini sudah sangat pelan nyonya. "
"Oohhh, jadi maksud mu aku bertingkah seolah aku sengaja mengeluh kesakitan? " Kesal Yara.
"Saya tidak bilang begitu nyonya. "
"Sudahlah! Kalau tidak niat membantu tidak usah banyak gaya. "
"Baiklah nyonya, saya akan mencoba untuk menariknya lebih pelan lagi. "
Lanang melihat dengan pelan kearah resleting itu dan melihat cara lebih mudah untuk melepaskan rambut Yara.
"Bagaimana kalau rambut nyonya kita gunting saja agar bisa dilepaskan? " Tanya Lanang.
"Tutup mulutmu! Berani menggunting nya satu helai pun kamu akan ku bunuh! "
Lanang tersenyum karena gadis itu selalu saja berbicara seolah ia mampu saja melakukan nya.
"Saya bercanda nyonya, sudah terlepas kok rambut nya. "
"Hah? "
"Coba nyonya menunduk, rambut nyonya sudah terlepas. "
Yara menurut dan benar saja rambut nya sudah terlepas dari resleting itu hingga ia tak perlu lagi mendongak seperti tadi lagi.
"Baiklah, Terima kasih banyak. " Ucap Yara sedikit gagap.
Lanang tersenyum melihat Yara yang langsung berlalu meninggalkan nya disofa. Gadis itu memang sangat kasar saat berbicara dan juga blak-blakan namun ia tidak pernah lupa untuk berterima kasih saat menerima bantuan dari orang lain.
"Manis sekali, " Ucap Lanang tersenyum.
...🍒Bersambung 🍒...
Duhh pikiran para pelayan traveling semua wkwkw, padahal realita nya gak gitu kok wkwkw.
Jangan lupa yah like, komen dan votenya wan kawan.
See you guys🧀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yuni Rahma
waduhh perawan tua dpt berondong.
2023-02-21
0