...🍬Soundtrack #Don't fight the feeling 🍬...
...💌Pernah berpikir apakah selamanya aku akan seperti ini? 💌...
Sejak tadi Yara merasakan tidak nyaman dengan pergelangan kakinya, karena sempat keseleo tadi. Namun, ia tidak memperlihatkan nya karena takut akan membuat sang ayah khawatir.
Kini Yara dan keluarga nya sudah berkumpul diruang makan untuk makan malam, wajah gadis itu sejak tadi terlihat sangat tidak senang dan seperti memiliki banyak sekali beban hidup saja.
"Yatuhan! Apa aku harus satu kamar dengan bocah itu? Kenapa aku sampai segila itu untuk mengajaknya menikah? " Batin Yara merasa bodoh dengan dirinya.
"Aku sungguh tidak mengira akan menjadi seorang istri dari bocah berusia 19 tahun, sedangkan aku sendiri sudah berusia 31 tahun. "
Yara terus saja merutuki kebodohan nya dalam hati sembari memukul kepalanya dengan keras hingga seluruh mata bingung melihat kearah nya.
"Kenapa sayang? Apa ada yang salah? " Papah tiba-tiba menanyakan kondisi Yara yang langsung kaget itu.
"Iya sayang, apakah ada yang salah? " Lanjut Yuna yang kebetulan adalah ibu tiri Yara yang sudah menikah dengan papahnya sejak beberapa tahun lalu.
Bahkan mereka kini sudah dikaruniai anak laki-laki berusia 16 tahun, Karena mamah Yara sudah lama sekali meninggal dunia dan saat itu Yara masih sangat kecil sekali.
"Yara baik-baik saja pah, cuma capek aja mungkin. "
Papah tersenyum Karena jawaban Yara dan langsung melihat kearah menantunya yang masih terlihat belum beradaptasi dengan suasana dirumah ini.
Ia masih bingung dengan orang-orang dirumah itu, khususnya hubungan antara Yara dengan ibunya yang terlihat sangat renggang sekali.
"Menantuku, kamu tidak melihat istrimu sedang kelelahan saat ini. Bawalah istrimu ke kamar dan beristirahatlah kalian. " Papah tersenyum dan hampir tertawa saat mengatakan itu.
Mata Yara membelalak kaget saat mendengar itu, pasti papahnya salah faham dengan ucapannya yang mengatakan kelelahan itu. Jangan bilang papah beranggapan Yara sedang beralasan agar secepatnya mereka kembali ke kamar untuk berduaan.
"Papah apaan sih? " Kesal Yara dan memasang wajah kesal.
Papah terus saja tersenyum "Baiklah baiklah, kalian istirahat saja. Seharian sudah sangat lelah karena meladeni tamu undangan. "
Yara bangkit dan menarik tangan Lanang, ia hampir saja oleng karena rasa sakit di kakinya namun Lanang dengan cepat menahan nya untuk tidak jatuh.
"Kak,, "
"Diam! "
Lanang langsung kicep saat Yara menyuruh nya untuk diam dan tidak membahas kakinya itu.
"Sudah tidak sabar yah sayang sampai menarik suamimu begitu cepat? " Papah masih saja ingin menggoda putrinya itu.
Yara langsung melihat kesal kearah papahnya kemudian lanjut berjalan dengan pelan. Lanang yang melihat Yara kesulitan dalam berjalan langsung berinisiatif menggendong istrinya itu.
"Waw,,, " Papah tertawa puas karena menggoda pasangan yang baru saja bersatu itu.
"Apa-apaan kamu? Turunkan aku! " Bentak Yara dan Lanang hanya diam saja.
"Kamarnya yang mana nyonya? "
Dengan kesal Yara menunjuk kamar diujung yang terlihat mewah bahkan hanya melihat pintu nya saja.
Saat pintu terbuka wajah Lanang terpana dengan kemewahan isi di dalam kamar itu, seolah itu adalah sebuah rumah yang di dalamnya sangat lengkap sekali. Seluruhnya ada disana dan kamar itu juga sangat luas untuk disebut sebuah kamar. Kalau bisa di ibaratkan seolah itu adalah rumah di dalam rumah.
"Turunkan aku! " Bentak Yara dan Lanang langsung menurunkan Yara dengan pelan dan lembut diatas sofa disana.
"Apa-apaan kamu? Berani sekali kamu menyentuhku dengan menggendong ku seperti tadi!" Teriak Yara dengan kesal dan menghakimi Lanang yang hanya diam saja.
"Walaupun kita sudah menikah bukan berarti kamu bebas menyentuhku! Menyebalkan sekali berurusan dengan orang tidak tahu diri seperti mu ini. "
"Jangan berani modus, macam-macam dan berharap lebih dengan pernikahan palsu ini. "
"Kamu pik,, akhhh. "
Yara tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat Lanang turun tepat di depannya dan menekan pergelangan kakinya hingga gadis itu memekik kesakitan.
"Sialan,, akhh. "
Lanang lagi-lagi menekan pergelangan kaki Yara hingga gadis itu memekik kembali.
"Maaf atas kelancangan saya tadi nyonya. Tapi saya hanya sedang berusaha membantu nyonya. Nyonya tidak ingin bapak tau kan kalau pergelangan kaki nyonya sedang tidak baik-baik saja? "
Yara yang sudah terlanjur malu itu langsung menunduk dan malu bukan main, ia sudah salah faham dan berkata banyak hal kepada Lanang tadi.
"Akhhh,, "
"Apa-apaan kamu? Kamu berniat balas dendam yah sampai menekan nya begitu keras? " Galak Yara kembali dan berteriak kesal.
Lanang hanya diam saja dan kembali melanjutkan aktivitas nya mencoba untuk mengobati pergelangan kaki Yara.
"Akhh,, sakit woyy. Kamu sengaja kan? "
"Tadi saja nyonya sangat kuat dan kasar saat berbicara, kenapa hanya ditekan sedikit saja sudah kesakitan begitu? Jangan manja nyonya! "
Lanang bangkit dan matanya sedang mencari-cari sesuatu didalam ruangan itu.
Yara langsung terdiam dan tidak menyangka laki-laki muda dihadapannya juga sangat ahli dalam berkata-kata. Laki-laki itu seolah sedang mengembalikan semua kata-kata yang yara ucapkan padanya tadi.
"Ah disana rupanya! "
Lanang berjalan kearah lemari dengan pelan namun tiba-tiba Yara berteriak keras.
"Jangan berani menyentuh apapun diruangan ini! "
"Apa saya tidak boleh memegang Kotak p3k juga nyonya? Apa ini juga berharga jutaan rupiah? " Lanang terlihat bingung.
"Sial, kenapa aku tidak kepikiran kesana sih? Memalukan sekali sudah menuduh dan mencurigai nya. " Batin yara.
"Khem,,, terserahmu saja. "
Yara sudah terlanjur malu karena salah sangka dengan Lanang, dia pikir laki-laki itu akan panjang tangan dan lancang memegangi barang-barang disana.
Lanang datang dengan pelan sembari membawa kotak p3k itu dan berjongkok kembali di hadapan Yara yang masih merutuki kebodohan nya yang langsung saja blak-blakan tanpa tau apa pun.
Dengan lembut laki-laki itu mengangkat kaki Yara yang keseleo tadi diatas pahanya. Dengan pelan ia mengoleskan beberapa obat di kaki yara hingga gadis itu terdiam dan melihat kearah Lanang yang sedang fokus itu.
Mata Yara sekilas terhipnotis dengan wajah tampan Lanang, dengan rambut yang rapi, kulit yang tergolong putih, mata ramah, dan juga hidung yang sangat mancung hingga menambahkan kesan tampan diwajah laki-laki yang terpaut usia jauh sekali dengan nya.
"Kenapa dia terlihat sangat hangat sekali? Dia begitu lembut memperlakukan ku! " Batin Yara masih saja melihat kearah Lanang yang sedang berusaha mengobati kakinya itu.
"Mikir apa sih kamu Yar? Jangan sampai gadis hebat sepertmu jatuh dengan laki-laki yang masih ingusan dan hanya lulusan SMA sepertinya. Sungguh tidak bisa dibayangkan. "
"Ck, sudahlah! Biar aku saja. Tidak usah sok perhatian begitu padaku, " Ucap Yara dengan cepat ia menarik kakinya dan melanjutkan pengobatan di kakinya sendiri.
Lanang hanya diam saja menggeleng karena sikap gadis dihadapan nya sangat susah untuk ditebak.
...🍒Bersambung 🍒...
Waduhhh yara mulutnya pedes amat yah bund? Gak kira-kira kalo ngomong wkwkw.
Jangan lupa yah like, komen dan votenya wan kawan.
Semoga pada suka sama ceritanya.
See you guys🧀.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Anisa Ratiba Hanum
hadir
2023-10-05
0
Mom Dee 🥰
beda nih ceritanya.. ceweknya yg tua dan kaya, sekali² baca yg beda ya kan 😁
2022-02-16
0