Tidak Tanpamu
"Masak kayak gini cara ngelipat bra dan cd ?"omel seorang wanita paruh baya berperawakan kecil seksi dan berpakaian elegan pada pegawai tokonya.
"Ini sih bukan lipatan untuk dijual ! tapi untuk beberes mau minggat tau nggak ?" serunya.
Sang pegawai yang berpostur tinggi sedang dengan wajah sedikit panik,namun tetap terlihat cantik natural dengan rambut yang di ikat jadi satu ke belakang ,hanya berdiri tak bergeming,di sudut bibirnya terukir senyum kecut bersama tatap mata yg tampak canggung dan bingung harus berbuat apa.
"Begini nih,susahnya ambil pegawai yang gak berpengalaman sama sekali.Winda ! Kasih contoh sama Anin cara melipat bra dan cd yang bagus tuh..!" perintahnya pada pegawai yang lain,kemudian berlalu menuju meja kasir.
Winda yang berambut sebahu digerai dan tampak ayu menghampiri Anin,lalu tangannya dengan terampil melipat barang dagangan bra dan cd di depannya juga Anin dengan apik.
"Oo...seperti itu," kata Anin."Sabaar...emang begitu si bos sama pegawainya,suka galak.Apalagi sama pegawai baru..aku dulu juga ngalamin,"hibur Winda.
"Iya, aku emang buta sama dunia pertokoan,orang aku di SMA jurusan IPS..belum dapat ijazah pula..aku ngelamar kerja di sini soalnya aku baca dibutuhkan lulusan SMA fresh graduate, ijazah bisa menyusul," kata Anin.
"Udah jangan ngobrol aja...tuh ada pengamen lekas kasih uang biar cepat pergi ! atau sekalian ajak ngobrol..kenalan gtu..siapa tau pengamen itu jodoh kamu Nin..." seru si pemilik toko galak.
"Astaghfirullooh..tuh mulut emang butuh terasi ama garam kayaknya...biar sedap dikit..gak pedes doang,"gerutu Anin sambil berlalu menuju si pengamen.
"Iya Buu...mari silahkan masuk..mau cari baju atau yang lainnya...semua lengkap di toko ini.silahkan pilih-pilih.."ucap si pemilik ramah dan sopan pada seorang ibu-ibu bersama anak kecil yang barusan masuk ke dalam toko.
"Tuh lihat...sama pelanggan aja ramah dan sopannya gak wajar...giliran sama pegawai-pegawainya aja kayak mak lampir !"gumam Winda pada Anin.
"Ya jelas aja oon...kalau pelanggan dijutekin mana laku dagangan dia,"kata Anin sambil menjitak kepala Winda.
"Iya juga sih."jawab Winda sambil mengelus kepalanya walaupun tidak sakit.
"Dengan ridho Alloh..aku janji klu suatu hari nanti aku bakal masuk ke toko ini sebagai pelanggan..bersama jodohku.aku mau lihat apa masih bisa jutek sama aku dia..."kata Anin gereget banget.
Hari mulai gelap,jam 9 malam udah waktunya pulang,Anin pulang nebeng ke Winda yg membawa sepeda motor dan rumah mereka satu arah,rumah Winda lebih jauh dari Anin,jdi pulang pergi membawa sepeda motor,berbeda dengan Anin yang biasa berangkat naik angkot dan pulang nebeng Winda,karena jam 9 malam udah gak ada angkot.
Sesampainya di rumah,Anin sudah disambut senyuman hangat sesosok wanita tua yang tak lain adalah si Mbahnya,wanita yang setia menemani Anin selama ini,selain kucing kesayangan peliharaannya si pussy.
Mereka hanya tinggal bertiga di rumah sederhana di pinggir kota Jawa Timur,karena Anin sudah piatu sejak kecil,ibunya meninggal sedang ayahnya yang merupakan anak kandung dari Mbah, menghilang tanpa kabar entah dimana.
Hanya samar gambaran wajah kedua orang tuanya,juga beberapa foto dan secuil kenangan masa kecil yang dia miliki.Fokus Anin hanya ingin lulus SMA lalu mencari kerja agar Mbah tidak perlu bersusah payah lagi ikut orang sebagai ART.
Mbahnya memang masih terlihat kuat dan sehat dan selama ini dialah yang bekerja untuk biaya hidup juga biaya sekolah Anin.Tapi Anin bertekad mengambil alih tugas Mbah, dengan bekerja setelah lulus SMA,bahkan sebelum pengumuman kelulusan dan ijazahnya keluar.
Tapi karena sekolah sudah tidak aktif jadi Anin bisa mengisi waktunya dengan bekerja di toko,yang pemiliknya galak akut kayak mak lampir.
"Assalamu'alaikum Mbah..halo pussy.."ucap Anin saat memasuki rumah,menyapa Mbah dan mengelus bulu kucing kesayangannya."Gimana pekerjaan kamu nduuk...?lancar?" tanya Mbah dengan logat jawa medognya,pada cucunya yang sedang mengambil air dingin di lemarj es untuk menghilangkan dahaganya.
"Alhamdulillah Mbah.." jawab Anin singkat.Dia tidak mungkin menceritakan soal pemilik toko yang galaknya akut itu,pasti neneknya kepikiran dan gak akan tega biarin Anin kerja nanti.
"Ya sudah..lekas bersih-bersih badan lalu makan Nduuk...Mbah udah siapin masakan kesukaan kamu,sambal goreng tempe kering sama sayur bening."kata Mbah.
"Sipp ! Tapi sayangnya Mbah gak ijinin Anin masak sendiri siih..." kata Anin mengacungkan ibu jarinya kemudian melangkah ke kamarnya mengambil baju.Neneknya membuntuti dari belakang.
"Kamu gak usah susah payah masak Nduuk...mumpung Mbah masih kuat dan sehat biar si Mbah yang masakin buat kamu.Emang kamu gak suka masakan Mbah?"ujar Mbah sambil menyiapkan makanan di meja makan untuk Anin.
"Masakan Mbah mah terbaik gak ada duanya.."jawab Anin sambil berlalu masuk ke kamar mandi
"Nduuk..Mbah mau bicara sama kamu..." kata Mbah dengan logat medognya,setelah mereka berdua duduk di kursi,menikmati hidangan di atas meja makan.
"Enggeh Mbah...soal apa ?"tanya Anin menoleh sambil terus menyendok makanan di piringnya.
"Apa kamu gak kepingin kuliah ?"lanjutnya.
"Mboten Mbah..Anin cuma ingin kerja...setelah ijazah Anin keluar,Anin akan melamar kerja ke pabrik -pabrik, gak di toko lagi,"kata Anin mantap.
"Kalau kamu pengen kuliah...Mbah bisa jual rumah ini kayak tetangga kita yang lain.. mumpung ada yang mau beli lahan di sekitar rumah ini untuk membangun restoran cepat saji.Uangnya bisa kamu pakai untuk kuliah juga beli rumah yang lebih kecil Nduk..."sambung si Mbah.
"Udah Mbah...gak usah terbebani fikiran macem-macem..beneran Anin cuma fokus pengen kerja,biar Mbah gak capek-capek lagi...rumah ini gak usah dijual...klu bisa diperbaiki malah Mbah..InsyaAlloh klu Anin udah ada rezeki lebih,"kata Anin sambil menggenggam jemari wanita sepuh itu.
"Eman-eman Nduuk..kamu kan pinter."sambung si Mbah.
"Klu takdir Anin emang bisa kuliah pasti ada aja jalannya Mbah,"Anin mencoba meyakinkan Mbah.
Keesokan harinya,seperti biasa Anin naik angkot untuk pergi ke toko tempat dia berkerja.Sampai di dalam toko,ternyata teman kerjanya udah pada ngumpul.
"Nin..toko buka setengah hari..katanya ada konvoi kelulusan anak SMA,biasanya jalanan macet." kata salah satu temannya.
"Beneran ?" tanya Anin singkat.
"Iya, malahan kayaknya rute angkot dialihkan gak lewat sini deh.."tambah temannya lagi.
' Waduh gawat ini..mana hari ini Winda izin gak masuk kerja lagi..aku nanti pulangnya gimana ?' batin Anin.
Waktu menunjukkan jam 12.30 wib, rasa lega menyeruak di hati Anin dan teman-temannya karena bisa pulang lebih cepat hari ini,gak perlu waktu lebih lama lagi merasakan kejutekan sang pemilik toko.
Tapi bagi Anin,hal itu menimbulkan satu masalah baru,gimana cara dia pulang ? sementara angkot gak lewat rute biasa hari ini,teman- temannya kebanyakan minta dijemput,ada yang nebeng ke lainnya.
Anin hanya berdiri mematung menyadari gak mungkin ada yang jemput dia,dia tidak punya ayah ataupun saudara.
Diamatinya kendaraan yang lalu lalang yg mulai berjubel dipenuhi pelajar SMA dengan seragam penuh coretan warna-warni,dari berbagai sekolah,termasuk sekolah Anindya,tapi kebanyakan dari mereka anak laki-laki,hanya sebagian kecil anak perempuan..menunjukkan euforia kelulusan mereka.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi Anin..dia tidak berniat datang ke sekolah sekedar mengetahui pengumuman kelulusan..pikirnya tidak mungkin dia tidak lulus,sebab selama ini dia selalu masuk 3 besar murid berprestasi di kelasnya.
'Moga aja ada yang aku kenal..itu si Arvi..' batin Anin sembari beranjak ke tengah jalan mencoba menembus kerumunan sepeda motor dengan suara klakson dan knalpot bisingnya...dia terus meringsek berusaha menghampiri tujuannya..teman sekelasnya bernama Arvi untuk minta tolong diantar pulang.
Tubuh kecilnya sesekali berpapasan dengan bodi sepeda motor,tangannya mencoba meminta jalan,sesekali tangan itu juga menutup telinga karena tak kuat suara bisingnya.
Sesekali dia juga terbatuk terkena kepulan asap knalpot..namun tujuannya itu belum juga terjangkau, suaranya sesekali meneriaki nama tujuannya itu,yang kira kira masih berjarak 10 meter dari tempatnya saat ini,
"Ar..Arvi!!"teriaknya yang masih kalah jauh dengan suara bising klakson dan knalpot konvoi anak SMA.
"Aduh !" sambatnya saat bahunya terkena setir srpeda motor dengan lumayan keras.
"Awas awas..minggir !"pekik pengendara motor yang menabrak bahunya tadi.
Dia spontan mundur..namun saat mundur,punggungnya pun menabrak sepeda motor lain.
Anindya mulai panik...apalagi setelah disadarinya Arvi sudah semakin bergerak ke depan..lebih jauh dari jangkauannya,menoleh pun tidak.
Tubuhnya semakin terkepung dalam jubelan dan kebisingan konvoi..sampai tiba-tiba ada yang menarik tangannya hingga tubuhnya berbalik arah mengikuti sang empu penarik tangannya...
Ditelisiknya dari atas hingga bawah sosok yang menarik tangannya itu dari belakang...ternyata seorang lak-laki..berhelm full face,berjacket parka,bercelana cargo dan bersepatu converse.
Anindya terpaku menatap tubuh tegapnya dari belakang..hingga tak melakukan penolakan saat tangannya ditarik oleh laki-laki itu..belum ada kata yang terucap dari laki-laki itu, satu tangannya menggandeng tangan Anindya,satu tangan lainnya sibuk memecah jalan dari tengah-tengah konvoi menuju ke tepi..tampak sekilas orang yang berada di tepi jalan memandang mereka dengan acuh tak acuh.
"Maaf..anda siapa ? tolong lepas tangan saya,"pada akhirnya itulah kata yang terucap dari Anindya,sambil mengibas tangan kekar itu.
Laki-laki itu kemudian membuka helm full facenya.Anindya terpaku mencoba membuka memorinya tentang laki-laki di depannya ini..hasilnya nihil.
Dia benar-benar tidak mengenalnya sebelumnya.
"Kamu mau kemana kok ada di tengah konvoi,manis ?"ucap laki-laki itu yang menurut pengamatan Anin good looking.
"Manis manis...emang aku kucing apa ?"kata Anin sewot.
"Heheh...ada yang sewot..kan aq gak tahu nama kamu.
"Lagian.. bukannya makasih udah ditolongin...tadi tuh aku ngliatin kamu dari kejauhan tau nggak ? Kamu tuh kayak bingung gitu di tengah hiruk pikuk konvoi...jadi gemes aku ngeliatnya.Ya aku samperin aja..aku ajak ke tepi jalan."kata laki-laki itu.
"Sorry....aku Anindya,btw makasih udah nolongin aku..aku tadi emang udah panik banget terjebak di tengah konvoi..aku tadi mau..eh..."kata Anin terbata-bata.
"Barra...namaku."kata laki-laki itu sembari menyodorkan tangannya lagi.
"I..iya.."sambung Anin menyambut uluran tangan Barra.
"Kamu mau kemana?dari tadi perasaan belum kamu jawab deh..."tanya Barra.
"Mau pulang..sekali lagi makasih.."jawab Anin sambil berlalu balik badan,berniat menjauh dari Barra..dia agak kurang nyam-an ngobrol dengan orang asing..apalagi laki-laki.
"Boleh aku antar ?" Barra memberanikan diri,karena melihat lawan bicaranya itu mau menjauh.
"Enggak..makasih."jawab Anin singkat.
"Emang mau pulang naik apa ?"tanya Barra lagi.
"Biasanya sih angkot...tapi
karena ada konvoi,rute angkot gak sampai sini."terang Anin soalnya gak enak hati gak menjawab jujur pertanyaan orang yang telah menolongnya.
Anin berjalan di trotoar.
"Rumahmu daerah mana ?"telisik Barra lagi.
"Mayjen Sungkono."jawab Anin singkat sambil tetap jalan.
Barra berbalik arah.
'Syukurlah dia udah pergi,'batin Anin lega sambil terus melangkah di trotoar.
Tak lama kemudian,ada suara sepeda motor sport mendekat ke sampingnya.
"Naik..kita satu arah."ternyata Barra pengendara sepeda motor itu.
"Makasih..aku jalan kaki aja.olahraga."tolaknya sopan karena sejauh ini Barra juga bersikap sopan.
Anindya tetap melangkah menyusuri trortoar,langkahnya terlihat dipercepat dengan sesekali tangannya memainkan sling bagnya yang disilangkan ke bahunya...menutupi rasa paniknya karena sedang dibuntuti laki-laki asing.
Walaupun tidak bisa dia pungkiri,Barra itu good looking dan sejauh ini masih bersikap sopan,tapi sikon seperti ini tetap horor bagi Anindya yang belum pernah dekat dengan cowok...walau teman sekolahnya sekalipun.
"Ayolah...jarak rumah kamu itu lumayan jauh lho klu harus jalan kaki."lanjut Barra.
'Emang benar sih kata Barra, ' batin Anin.
' Tapi aku takut nanti diculik atau hal lain yang tidak-tidak...' pikir Anin dalam hati.
"Tenang aja..aku gak akan nyulik atau bawa kabur kamu..niat aku baik kok..daripada kamu jalan kaki sendirian malah bahaya..hari mulai gelap lagi...sepanjang jalan ini pasti juga banyak laki-laki iseng yang biasa gangguin cewek yang lagi sendirian..."papar Barra yang membuat Anin berfikir lagi untuk jalan kaki.
"Apa perlu KTP-ku untuk jaminan...atau dompetku sekalian ?"kata Barra lagi mencoba meyakinkan Anin,sambil terus mengendarai sepeda motor sportnya pelan di samping trotoar tempat Anin jalan.
Anin berhenti dan mengarahkan pandangan ke wajah Barra..hatinya mulai gamang,capek juga seandainya dia jalan kaki pulang ke rumahnya..tapi diantar laki-laki yang baru dikenalnya juga beresiko.
"Apaan sih..?Oke..aku mau..tapi awas ! jangan berani macam-macam !"kata Anin pada akhirnya.
Dia menaiki sepeda motor masih dengan agak ragu.
' Aku boncengnya posisi nyamping aja..klu seandainya nanti aku gak diturunin depan rumahku,aku lompat aja lalu teriak minta tolong...' kata batin Anin.
"Sìip...aman deh.."kata Barra kemudian melajukan sepeda motor sportnya,setelah memakai helmnya terlebih dahulu.
Dalam perjalanan Anin masih saja kaku dan ragu,dia juga ambil ancang-ancang untuk lompat klu seandainya Barra macam-macam padanya.
Tangannya berpegangan sekenanya pada sadel sepeda motor,ngeri juga kalau jatuh dari sepeda motor yang lajunya cukup kencang ini...Barra tersenyum kecil sendiri melihat polah Anin dari spion sepeda motor.
' Lucu dan polos..' gumamnya lirih dalam hati.
"Kamu kerja ?"tanya Barra memecah kekakuan di antara mereka.
'Iya," jawab Anin singkat.
"Dimana ?" lanjut Barra.
"Toko,ngisi waktu nunggu ijazah keluar.." terang Anin.
"Lulusan apa ?"tanya Barra lagi.
"SMA," jawab Anin.
"Jadi teman-teman kamu asyik konvoi,kamu udah kerja gitu ?" kata Barra seakan tak percaya.
"Hehe.." Anin hanya terkekeh pendek.
"Jadi kamu fresh graduate SMA..pantesan masih bocil," kata Barra.
"Hah ?" kata Anin seakan tidak terima dikatain Bocil.
"Kenapa gak kuliah aja ?" telisik Barra.
"Gak ada biaya," jawab Anin.
"Stop stop..aku turun disini aja.." pekik Anin sedikit mengejutkan Barra.
"Disini ? Mana rumahmu ?" Barra menghentikan sepeda motornya.
"Itu cat ungu," tunjuk Anin sambil buru-buru turun dari sepeda motor.
Dia sangat bersyukur dan lega tragedi loncat dari atas sepeda motor gak sampai terjadi.
"Terimakasih Barra.." Anin tersenyum sumringah karena lega sudah sampai di rumah dengan selamat.
Dia sudah akan menyeberang tapi sesaat kemudian Barra memegang lengannya.
"Tunggu !" kata Barra.
"Kalau kamu berminat,kalau ijazahmu udah keluar,coba aja lamar pekerjaan di RS ini..lagi butuh OG.Gajinya pasti lebih lumayan daripada kerja di toko,"lanjut Barra sambil menyodorkan kartu nama RS ke tangan Anin.
"Terimakasih sekali lagi atas infonya.."kata Anin lalu menyeberang jalan menuju rumahnya.
Barra belum mau beranjak,dia mengamati gadis yang baru di kenalnya itu sampai menyeberang jalan.
Gadis itu diam-diam telah menarik perhatiannya.....
Beberapa saat yang lalu di rumah Anin.
"Kenapa tuan dan nyonya repot-repot datang ke gubug saya ini..kan saya bisa datang kesana kalau ditelfon.." kata Mbah menyambut 2 orang tamunya di depan rumah.
Tamu yang tampak baru turun dari mobil mereka,setelah dibukakan pintu oleh sopir pribadinya.
"Emang kami gak boleh datang ke rumah Mbah Rasni ?" kata wanita yang bertamu tadi sambil merangkul bahu Mbah.
Pria disampingnya hanya tersenyum kecil.
"Tentu saja boleh Nyonya,mari silahkan masuk..." seru Mbah mempersilahkan sepasang suami istri yang bertamu itu.
"Sampai hampir 20 tahun Mbah Rasni kerja di rumah kita,kita belum pernah berkunjung ke rumah Mbah.."kata tamu wanita.
Suami istri itu kemudian duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah si Mbah.Mereka adalah majikan tempat Mbah bekerja selama ini.Tuan Wirawan dan Nyonya Mira.
"Tuan dan Nyonya mau Mbah buatin minum apa ? " tanya Mbah hendak berdiri dari kursi. " '' '' Nggak usah repot Mbah..kita gak lama kok.." kata Nyonya Mira.
Mata mereka berdua memindai rumah Mbah Rasmi..tampak sederhana,tapi asri.
Dari ruang tamu mereka bisa menikmati pemandangan teras dan halaman rumah yang dihiasi tanaman bunga warna warni tertata rapi.
Lantai keramik dan kursi ruang tamu yang jauh dari kesan mewah,mereka duduki saat ini.
Memang sangat jauh berbeda dari rumah mereka,megah dan dipenuhi barang mewah.
Tapi ada satu barang yang menarik perhatian mereka.
Sebuah bingkai foto yang bersandar di pojok meja.
Sesaat mereka berdua berpandangan setelah mrlihat foto yang terpampang di figora kecil itu.
Foto anak,menantu dan cucu Mbah Rasni.
"I..itu foto siapa Mbah ?"tanya Tuan Wirawan terbata bata.
"Itu keluarga saya Tuan..anak laki-laki saya bersama istri dan anaknya waktu kecil...tapi sekarang dia sudah dewasa...sayangnya ibunya sudah lebih dulu meninggal,ayahnya pergi entah kemana,sekarang tinggal saya dan cucu saya berdua di rumah ini.." papar Mbah Rasni yang menbuat Tuan dan Nyonya Wirawan mematung,membeku mulut mereka.
Entah pikiran apa yang tengah bergelayut di kepala keduanya saat ini........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Ryoka2
Hai kak, saya mampir👍
2022-05-23
0
Nur Yuliastuti
semangaaat 🤗
2022-05-12
0
Nur Yuliastuti
Aamiin
2022-05-12
0